webnovel

Retaknya Sayap Merpati

Kategori Dewasa. Untuk Bab 100 kebawah! Volume 2: Apa rasa Cinta? Ketika mendengar itu keluar dari bibir kecil Romeo. Itu seperti rasa manis dan asam buah strawberry, Dicecap pertama tidak terasa, lalu di gigit baru merasa.. Asam tak terkendali, manis menimpali berulang Kali.. Nia suka ketika senyum itu begitu tulus dan lembut. Seperti berada dalam selimut dingin yang berbulu.. "Nia kau tau? Ada Mata Coklat yang menatapku, Mata coklat itu milikmu. jika aku bisa berikrar hari ini, kurasa waktu akan malu dengan kecepatan niatku." Romeo mengambil Bross yang sudah Nia taruh di dalam keranjang, Romeo langsung menempatkan Bros tersebut di ujung kerudung yang terselip di pundak Nia. Ini tentang Cinta, tentang bagaimana sebagian hatiku patah berulang kali, namun aku tetap memasangnya kembali - Romeo *Ini hanya cerita novel yang di buat semenarik mungkin oleh Author, ada beberapa adegan dewasa yang di tambahkan. Bukan untuk menghina apapun, hanya sebagai penambah bumbu dalam cerita.*

silvaaresta · Urban
Not enough ratings
412 Chs

jalan jalan

"Mau kamu atau aku yang ajak Na?". tanya Romeo saat mereka sudah sampai didepan Apartemen Riri.

"aku aja, nanti kamu tinggal tambahin kata-kata seperti biasa". Romeo hanya tersenyum dan mengikuti Nia masuk kedalam Apartemen Riri.

Nia masuk dan meletakan Tas yang dia bawa di atas sofa, Romeo berjalan kearah dapur dan meminum segelas Air putih. Mengetuk pintu kamar Riri, berharap Riri ada didalam sana saat ini.

"Riri, ini gue Nia. ada Romeo nih kesini". Tak berapa lama pintu kamar Riri terbuka dan menampilkan perempuan dengan baju tidur bergambar bunga mawar, dahinya sedikit mengkerut dan melihat keluar pintu kamar yang langsung terhubung dengan dapur. benar saja disana sudah ada Romeo yang tertawa cengengesan.

"Tumben Romeo main kesini". Riri keluar dari pintu kamar dan Nia mengikutinya dari belakang. berjalan bersama menghampiri Romeo dan duduk dibangku meja makan.

"lu syirik aja gue main kesini". timpal Romeo dengan tawanya yang masih terus ditampilkan.

"ya enggak gitu, maksudnya aneh aja lu main kesini sama Nia? maksudnya bareng Nia, Really?". Riri masih terlihat bingung melihat wajah sahabatnya yang cerah seperti matahari dipagi hari itu. "kalian jadian?". tebak Riri lagi.

"enggak gitu Ri, kita gak jadian". ucap Nia pelan.

"Gak jadian, tapi gue dapet jalan terbuka buat dapetin Nia". Romeo berucap dengan sedikit lantang dan percaya diri, Nia sedikit malu melihat wajah Romeo yang benar-benar senang saat ini.

"baguslah kalau begitu, setidaknya kita bisa sama-sama seperti dulu lagi". Riri tersenyum dan merangkul pundak Nia dengan sayang.

"lu udah gak marah sama gue Ri?". tanya Nia heran.

"kapan gue pernah marah sama lu?". Riri bertanya balik.

"gue kira selama ini lu marah sama gue, beberapa minggu ini lu sering pergi tanpa kabar dan cuek sama gue".

"Gue cuma bingung harus ngapain, kalian berdua sahabat gue. gue gak bisa milih salah satu, gue harus bantuin kalian berdua, makanya gue ngasih waktu lu secara gak langsung untuk memikirkan satu hal, apa selama ini lu terbiasa hidup sama kita? apa selama ini lu ngerasa nyaman dengan kesendirian? apa selama ini menjaga jarak dengan semua teman lu membuat hati lu ngerasa bahagia? gue rasa enggak kan?. gue tau hati lu na, kita gak pernah melarang lu untuk berubah atau apapun itu, kita cuma pengen lu tau bahwa kita ada disini untuk selalu bersama lu dan meminta lu untuk punya waktu buat kita. menjaga jarak dengan lawan jenis bukan berarti lu gak bisa main lagi sama kita, semua itu niat didalam hati lu. gue juga gak mau kalian berdua menjauh hanya karena perasaan cinta yang sialnya memang mampu menghancurkan persahabatan kita".

Nia hanya menatap mata Riri dengan linangan air mata yang siap jatuh, memang benar selama ini Nia terlalu berlebihan menjauhi teman-temannya, menjaga jarak dan bertindak seakan-akan mereka adalah kuman dan dirinya yang paling bersih, seharusnya Nia tau bukan begitu cara seorang manusia memperlakukan manusia lainya. Nia sudah menyakiti dua sahabatnya dan teman-temannya secara tidak langsung. mereka yang selalu ada saat Nia membutuhkan. mereka yang selalu membela Nia saat Nia diperlakukan tidak adil oleh orang lain. Nia terlalu buta karena Cinta, Nia berpikir bahwa niatnya untuk jauh lebih baik semakin lama malah membuatnya menjadi buruk bukan semakin baik.

"Maaf, gue gak tau kalau selama ini apa yang gue lakuin udah salah". ucap Nia pelan, Air matanya sudah jatuh dan Riri langsung memeluknya.

"lu gak salah, diri lu yang berubah lebih baik adalah hal yang paling kita dukung. tapi cara lu yang menjauhi kita sedikit salah menurut gue, lu boleh menjaga pandangan, menjaga pergaulan, menjaga untuk tidak bersentuhan. tapi tidak menghakimi kami secara tidak langsung dengan meninggalkan kami dan berjalan seorang diri dan menjauh. lu tetep butuh temen Nia. gue cuma mau lu tetep Jadi Nia yang baik, Nia yang dulu gue kenal. tapi sekali lagi gue bilang sama lu, jangan lepas kerudung lu, jangan berusaha berdekatan dengan lawan jenis jika lu tidak mau, jangan memaksa keluar malam jika lu gak berkeinginan. cukup berada disekitar kita dan tertawa sama kita".

"Maaf gue salah, Maaf gue terlalu memaksa untuk menjauh dari kalian. gue pikir selama ini gue yang dijauhi oleh kalian, tapi ternyata gue yang menarik diri dari kalian. Maafin gue Riri". Nia semakin kencang memeluk Riri. airmatanya sudah deras mengalir, ada satu hatinya yang terasa lega saat mendengar semua yang dikatakan oleh sahabatnya ini.

Cinta memang bisa membutakan kita, berpikir bahwa apa yang kita lakukan selama ini sudah benar. berpikir bahwa seluruh pikirannya hanya ada seorang yang kita cintai. sampai kita lupa bahwa cinta yang sesungguhnya adalah mencintai dalam diam dan berterus terang dalam setiap Doa, selama ini Nia pikir niatnya sudah baik menjauhi semua orang, tapi sekali lagi semua itu salah, Nia berjalan dijalan yang salah karena dibutakan oleh cinta.

"udah gak usah merasa bersalah gitu, gue sebagai sahabat lu hanya membuat lu sadar karena itu gunanya sahabat. jadi ada apa kalian kemarin berdua". kini Riri melepaskan pelukan Nia dan menghapus air mata Nia yang sudah benar-benar membasahi pakaiannya. Riri hanya tertawa saat air mata Nia tak ingin berhenti, dengan sabat menghapusnya dengan kedua tanganya. Riri senang jika Nia bisa berpikir sedikit terbuka atas semua sikapnya ini.

"kita mau ngajakin lu jalan-jalan, ya setidaknya ke bandung, sepertinya seru. udah lama kan kita bertiga gak jalan-jalan bareng?". Romeo menjawab pertanyaan Riri dan melihat wajah Nia yang selalu saja cantik walaupun habis nangis begini.

"Boleh juga tuh, gue juga sumpek ngurusin skripsi mulu". Riri sedikit mendengus memikirkan skripsinya yang tak kunjung kelar.

"gimana skripsi lu Ri, ada yang mau gue bantuin gak?". Nia berucap dengan sedikit sesegukan.

"skripsi gue oke oke aja, lu tenang aja. gue udah masuk Bab 2".

"gue seneng dengernya". kata Nia tulus. Riri hanya mengelus tangan Nia pelan dan tersenyum.

"jadi kapan kita berangkat?". tanya Riri tidak sabaran.

"sekarang juga boleh, kita nginap sehari gitu. soalnya senin gue harus balik kerja". kata Romeo.

"iya gue juga, senin harus udah magang. gue keterima di salah satu perusahaan yang cukup terkenal. tapi gue lupa apa namanya". kata Nia sedikit menggaruk kepalanya.

"kebiasaan, sifat tololnya gak pernah berubah". ucap Riri sedikit kasar.

"hehehehehe, gue lupa Ri. soalnya nama perusahaanya pakai bahasa inggris gitu jadi gue lupa".

"emang kapan lu dikabarin kalau lu keterima?". tanya Romeo.

"barusan pas kita jalan pulang, gue cek email dan gue ternyata keterima". ucap Nia polos.

"coba cek emailnya, kan pasti itu email perusahaan dan ada nama yang jelas tertera disitu". Riri sedikit memberi pendapat, Nia hanya tertawa. benar juga apa yang dikatakan Riri, mengapa juga Nia tidak terpikirkan sampai disitu.

Nia membuka handphonenya dan mencari email yang tadi masuk.

"ahhh nama perusahaanya. Danendra Mining Company, Nia berucap pelan dan memperhatikan wajah kedua temanya.

Riri hanya melirik kearah wajah Romeo singkat dan tersenyum, Romeo terlihat seperti orang bodoh yang pura-pura tidak tau apa-apa.

"lu tau itu perusahaan apa?". kata Riri pelan.

"iya perusahaan tambang terbesar di indonesia katanya sih, gue gak terlalu tau sebesar apa".

"gue heran sama Hrd yang ngelulusin berkas lu, itu perusahaan besar Nia. dan gue rasa ada bau-bau orang dalam makanya lu diterima". Riri melirik sinis kewajah Romeo yang benar-benar memasang wajah bagaikan muka bayi yang tak berdosa.

"Gue gak kenal perusahaan itu, gue daftar karena banyak mahasiswa yang daftar. gak mungkin lah gue kenal orang dalem".

"gue heran aja sih, lu bener-bener gak tau itu perusahaan siapa?". tanya Riri sekali lagi.

"enggak, gue aja baru tau ada nama perusahaan Danendra. gue kayak pernah denger nama itu tapi lupa dimana".

"udah gak usah dipikirin, besok pas hari senin lu masuk magang, lu juga bakalan tau siapa pemilik perusahaan itu". Riri merangkul pundak Nia memberikan semangat. Nia mengangguk dengan polos. Romeo hanya tersenyum kecil saat pandangan Riri tak lepas meminta banyak jawaban dari semua ini.

Nia memang tidak pernah tau siapa pemilik perusahaan Tambang itu, sebegitu polosnya Nia berteman dengan mereka, tidak pernah tau siapa seorang Romeo dan siapa Riri. dua orang anak yang sangat berpengaruh di sebuah perusahaan besar.