webnovel

Chapter 5 : Menuju Jalan yang Diawali Kekhawatiran

Kepalaku terasa gatal,jadi aku menggaruknya sesekali.

Entah mengapa aku menguap disaat yang bersamaan.Padahal aku sudah berusaha keras untuk membuka mataku pagi ini.

Seperti biasanya angin pagi selalu menyejukkan,cukup bersyukur bisa merasakannya di setiap hari.Walaupun itu sedikit dingin dan terkadang membuatku bersin-bersin.

Seharusnya aku bersemangat,tapi itu hilang ketika aku terbangun dengan cara yang sangat buruk.Lalu dipaksa duduk di teras menunggu seseorang yang tak kunjung-kunjung datang sedari tadi.Padahal sudah setengah jam aku mematung di sini.

Duduk sendirian di pagi yang tenang membuatku berpikir banyak hal yang tak penting.Aku melamun dengan tidak jelas lalu terlambat menyadarinya.Entah kenapa suasana di sekitarku juga terasa lamban.

*Sysssssshhh*

Suara angin kembali mendesir di udara,dedaunan seolah bergoyang karenanya.

Aku hanya melihati pemandangan itu dengan tatapan ringan,senantiasa tak membuatku lelah.Namun mentari telah semakin naik ke atas awan,dan aku mulai khawatir tentang sesuatu.

Apakah orang ini sedang dalam masalah?,Bibi bilang kalau ia menyuruh seorang kusir mengantar kami ke Ibukota,tapi hari sudah semakin siang dan tak terlihat seorangpun sedang menunggu di tepi jalan.

"Apakah ia diserang oleh monster itu?"

Sontak aku berdiri dari kursiku dengan cepat.Membayangkan betapa bahayanya jika itu terjadi.Namun bila dugaanku itu salah,maka akan membuang waktu lebih banyak lagi.

Diriku sedang dihadapkan oleh kebingungan.

"Hei,Apakah ia masih belum datang juga?"

Tiba-tiba terdengar suara yang mengalihkan perhatianku.

"Sepertinya begitu.."

Tepat setelah kalimat itu keluar dari mulutku,diriku tertegun oleh pemandangan yang tak biasa kulihat.Bahkan memecah rasa kebingunganku yang barusan melanda.

"Bagaimana penampilanku? Ufufu.."

Fenomena macam apa ini...

Aku tak berpikir kekuatan semacam ini bersemayam dalam tubuhnya...

Ataukah ini yang disebut dengan ilusi..

*Gulp*

Ingatlah....jangan terlihat aneh....

"A—Ah,anda cocok sekali memakai itu,benar-benar cantik"

Sialan...kenapa juga aku harus tersipu....!! Diakan seorang ibu-ibu....!!

"Maa~ terimakasih atas pujiannya,aku tahu ini pasti bagus untukku."

Yang benar saja.....anda pasti merencanakan ini...

Tapi harus kuakui penampilannya sangatlah mempesona dan anggun bak seorang bangsawan.

Jika boleh kuibaratkan,kesannya seperti wanita dari sebuah golongan elit terpandang.Ya, sesuatu yang semacam itu.

Rambutnya dikuncir ponytail panjang dengan rapi,dihiasi jepit rambut bermotifkan bunga mawar emas.

Gaun yang dipakainya membentang hingga ke mata kaki.Lalu di tepinya tampak jahitan emas yang bercorak bagus dan menawan.Cocok sekali dipadukan sabuk hitam yang melintang di perutnya.

Kedua tangannya ditutupi sarung selengan yang sama,pada bagian telapaknya berwarna hitam dengan ornamen permata ungu cerah.Sekilas guratan emas terpampang disekitarnya.

Sepasang garter belt hitam yang dipakainya di paha terkesan dewasa,aku merasakan aura kepercayaan diri yang besar.Apalagi belahan dada yang menonjol itu menciptakan ilusi yang kuat.

*Gulp*

Sialan....

Wanita ini harus lebih khawatir pada dirinya...

"...Arshen"

"—Ah iya,kenapa?"

Spontan aku kembali dari lamunanku yang panjang.Disertai tatapan jahil yang serasa mengintimidasiku.

"Hoo~..."

"A-aa...ada apa?"

"Kau pasti membayangkan hal yang aneh-aneh tentangku..huhu.."

Tunggu dulu,jangan menganggapku orang aneh atau semacamnya.Aku juga tak menduga peristiwa ini akan terjadi.

Tapi aku harus selalu bersikap tenang untuk mengantisipasinya..

"eh.... tidak-tidak,bukan begitu.'

"Hmmm~..."

Ia seperti tak peduli dengan kata-kataku dan menurunkan alis sambil tersenyum jahil.

"Tolong... percayalah padaku...."

"Benarkah itu?"

"Sungguh,aku berkata apa adanya."

"Yaa~ baiklah."

"Fuuuhh...."

Kumohon....tolong bercandalah tanpa menurunkan citraku...

"Huft....dasar..."

Ketika aku mengatakan itu,ia hanya membalasnya dengan senyuman singkat yang diikuti tertawa kecil.Membuatku terdiam pasrah diselimuti kekesalan yang tak berdasar.

"Yah,lagipula itu normal bagi laki-laki seusiamu."

Terima kasih,tapi anda tak perlu menghiburku.Lagipula itu terdengar seperti bukan anda yang biasanya.

Aku memalingkan wajah darinya berusaha menghindari topik yang sama.Meneruskan percakapan tadi juga takkan ada habisnya,jadi bersikaplah tak peduli saja.

.

.

.

"Hei Arshen.."

"Hm.."

Aku menolehkan wajahku dengan cepat sebagai respons,Alhasil aku kembali bertatapan mata dengannya.

"Kenapa kereta kuda yang kupesan belum datang juga ya?"

"Hmm..memang agak aneh kupikir,Bibi juga bilang dia akan sampai di waktu pagi."

"Aku yang menyuruhnya datang lebih awal kemarin,ia sendiri menyetujuinya."

"Kalau begitu seharusnya dia sudah bersiap-siap."

"Ya,kupikir juga begitu."

Jikalau yang dikatakan Bibi itu benar,maka orang itu pasti telah mengatur semuanya.Tidak ada alasan baginya untuk terlambat berlarut-larut.

Tapi apabila karena serangan monster,aku sendiri ragu sebab banyak kutemui petualang seminggu terakhir.Salah satunya Willis dan teman-temannya yang serempak itu.

"Sebentar,kulihat dulu dari jalan."

Aku pergi ke pinggir jalan setapak untuk memeriksa apakah sudah terlihat orang yang kami tunggu.Muncul sedikit kekhawatiran dalam diriku ketika melihat jalanan yang kosong itu.

Tapi kemudian suara langkah kaki kuda dan kayu bergoyang terdengar samar-samar dari ujung jalan.Semakin jelas suara itu ketika kulangkahkan kaki melihat apa yang ada di sana.

Siluet laki-laki paruh baya yang sedang duduk dibalik barisan kuda tampak melambaikan tangan.Seolah orang yang diajaknya bicara itu aku,secara alami kulambaikan tangan sebagai bentuk balasan.Walaupun aku tidak tahu apakah dia mengenaliku.

Setelah berhenti tepat di depanku,aku langsung bertatapan muka dengannya segera.Kedua matanya yang lemas dan dahinya yang berembun seperti menjelaskan sesuatu.

"Eh...Paman? Apa kau tidak apa-apa?"

"Ya,sedikit.Apa ini kediaman Nyonya Mirabell?'

"Ny— Ah iya,anda benar."

"Syukurlah....maaf membuat kalian menunggu."

"Menunggu? Apakah Paman adalah orang yang disuruh menjemput kami?"

"Iya,tapi masalah datang di perjalananku kemari."

Bibi kemudian muncul di sampingku sambil menyilangkan lengannya.Namun tak terlihat ekspresi kemarahan yang muncul di wajahnya.Malahan ia hanya terdiam dan seperti mempertanyakan sesuatu.

"Tuan Carter,sepertinya anda baru saja mengalami peristiwa yang buruk."

"Hggh....anda benar Nyonya Mirabell..."

Pria yang terlihat berumur empat puluh tahun itu membuang nafas berat dengan panjang.

"Kalian berdua cepatlah naik,aku akan menceritakannya diperjalanan."

Aku yang mendengar sarannya itu kemudian naik ke atas gerobak yang tertopang oleh dua roda besar itu.Aku masuk lebih dahulu agar dapat menarik tangan Bibi disaat ia naik,karena dirinya memakai sepasang sepatu hak yang bukan kebiasaannya.

Kereta kuda yang disewa Bibi tidaklah mewah,namun terbilang cukup untuk perjalanan jarak jauh.Dengan atap melengkung yang dilapisi kain guna menghalau sinar matahari langsung dan meredam panasnya.

Lagipula kami tidak bertujuan pergi ke rumah orang kaya,maupun kaum bangsawan.Hanya bertemu kenalan yang jauh di ibukota sambil berjalan-jalan,mungkin.

Setelah aku dan bibi mengatur posisi duduk,pak kusir yang sudah bersiap menunggu mulai memecutkan tali kekangnya di genggaman.Pertanda bagi sang kuda untuk segera melangkah.Diikuti sebuah ringkikan pendek lalu terdengar tapak kaki yang berjejak sesaat kemudian.

*Plak*Plak*Plak*

Pada akhirnya aku benar-benar bisa melakukan perjalanan.Meski harus mengalami gangguan dalam prosesnya,tapi ini sedikit memberikan rasa lega di pikiranku.Sekaligus diriku masih penasaran bagaimana bentuk dan rupa dari ibukota yang terkenal itu.

Karena disaat mendiang ayah masih hidup,ia sering bercerita tentang indahnya ibukota.Namun,tak pernah diajaknya sekalipun diriku untuk pergi ke sana.Jadi ini meninggalkan rasa nostalgia yang kuat bagiku.

Semua memori itu hanyalah kenangan....tapi tak sepatutnya aku bersedih..

Lagipula aku sangat bersyukur bisa bertemu dengan bibi Mirabell,beliau adalah orang yang telah menyelamatkanku dan merawatku bahkan seperti anaknya sendiri.

Karena itulah aku selalu menganggapnya sebagai orang yang penting dalam hidupku.Bukan hanya sebab aku yang diasuhnya,tapi juga karena sebuah perasaan kosong yang kualami di masa lalu.

Ia orang yang menyebalkan,dan aku tak bisa membantah fakta itu..

Namun sifat keibuan yang ditunjukkannya pada saat-saat tertentu membuatku berpikir bahwa ia orang yang benar-benar baik..

Dan ketika ia tersenyum seperti sekarang,entah mengapa hatiku terasa hangat dan nyaman.Seolah memiliki sosok yang harus kulindungi dengan sekuat tenaga yang kubisa.

***

Kereta kuda belum berjalan cukup lama,tapi rasa kantuk dan bosan mulai menghinggapiku.Manakala suasananya begitu tenang dan hangat padahal hampir tengah hari.

"Hei Arshen..."

"Hm?"

"Lihatlah ini."

Segera kualihkan perhatianku pada suara antusias yang terdengar di telinga,memandangnya seolah bertanya akan gestur yang hendak ia lakukan.

Bibi mengangkat tangan kirinya setinggi dada,menunjukkan permata pudar di sarung tangannya itu dengan estetik.Tampak batu permata menempel erat di balik telapak tangannya yang dikelilingi oleh motif tumbuhan indah.

Kemudian Bibi yang dibarengi kepercayaan diri di wajahnya mengucapkan seutas kalimat pendek yang terdengar sederhana.

"Buku Novel,Ksatria Iblis yang Berakhir Tragis."

Setelah kalimat itu terucap dan menatap Bibi dengan keheranan.Permata di sarung tangannya itu menyala lemah diikuti proyeksi berbentuk persegi yang melayang di udara.

Secepat kilat proyeksi tersebut membentuk wujud yang semakin jelas.Menjadi sebuah bentuk buku tebal yang bersampulkan warna coklat tanpa adanya celah.

"Hmm..."

Buku yang bertuliskan tiga puluh huruf di sampulnya itu jatuh seperti bulu ke genggaman tangan Bibi.Ini terlihat seperti salah satu trik sihir yang tak pernah ia tunjukkan padaku.

Kemudian ia tersenyum lebar dengan ekspresi yang seolah memamerkan kehebatannya.Meskipun itu terlihat keren,namun bagiku sudah menjadi pemandangan setiap hari hingga terbiasa dengan sikap anehnya itu.

Mah—,kalau boleh dibilang kami memang sama-sama aneh..

"Bagaimana? Keren bukan? Ufufufu..." ucapnya dengan percaya diri.

"Itu bagus,anda tampak seperti penyihir sungguhan."

"Bzz...bukannya aku memang penyihir sungguhan..?'

"Hahaha...."

Ekspresi yang terukir diwajahnya dalam sekejap berubah menjadi tatapan datar yang kecewa.

"Baik-baik,maafkan aku."

"Hmm.."

"Jadi apa itu tadi? Sihir yang baru Bibi pelajari?"

"Tentu bukan,itu sihir yang cukup kuno bila kupelajari sekarang."

Heh....anda juga pasti pernah mempelajari itu dulu,aku ragu jika anda mengatakan tidak atau ketinggalan zaman..

"Lalu?"

"Ini adalah Depository Device."

"Depository Device?"

"Ya,ini adalah benda sihir yang bisa menyimpan banyak barang namun terlihat tetap sederhana."

Aku pernah mendengar ini di beberapa buku koleksinya,tentang sebuah benda yang bisa menyimpan sesuatu yang lebih besar darinya.Namun penampakan benda tersebut tidak terpengaruh sedikitpun dari luar.

Seolah-olah benda yang dimasukkan ke dalamnya berpindah ke tempat lain,lalu disaat kita membutuhkannya itu tiba-tiba muncul disana seperti terpanggil.Semacam sihir ilusi yang digabungkan dengan sihir pengaturan ruang.

"Kami para penyihir,ataupun orang-orang yang memiliki ini.Biasa menyebut benda ini dengan istilah 'Rack',agar lebih mudah dilafalkan."

"Hmm..begitu ya.."

Jadi mungkin Bibi menyimpan barang-barangnya selama perjalanan di dalam kristal permata itu.Sehingga ia tak perlu repot menyiapkan tempat penyimpanan baju dan kebutuhan lain.

Lagipula yang membuatku heran adalah,kenapa aku harus membawa sebagian besar pakaianku dalam perjalanan ini? Aku merasa ini bukan sekedar perjalanan biasa,melainkan sebuah perpindahan rumah yang sedikit terselubung.

Dan sedikit curang juga,aku harus membawa koper besar sementara ia tak perlu menenteng apapun.

"Jadi? Bila kita memasukkan orang ke dalamnya apakah orang itu bisa kembali dengan selamat?'

"Hmm,menarik.Tapi kurasa ini hanya terbatas untuk benda mati saja,bukan makhluk hidup.Namun dalam kasus lain,tanaman masih bisa disimpan di sini."

"Bukankah orang mati juga benda mati?"

"Egh...yah,alasanmu ada benarnya juga."

Kalau dikatakan seperti itu,memang agak mengerikan.Bayangkan ada seorang pembunuh yang menyimpan korbannya di dalam 'Rack' itu.Pasti akan sulit dikenali,apalagi jika ia cukup profesional dalam bidangnya.Cukup membuat dilema.

"Kalian berdua terlihat sangat akrab."

Pak Kusir yang mendengar percakapan kami sepertinya menilai kalau aku dan Bibi sedang asyik bercanda.Meskipun aku tidak membantah kalau begitulah mungkin jika orang lain melihat kami saling berbicara.

"E~rm,ya begitulah..."

Aku dan Bibi pun berakhir menghabiskan waktu bersama untuk menyibukkan diri di perjalanan.Sesekali Paman Carter juga ikut bercanda selama kami mengutarakan topik pembicaraan yang aneh didengar.

Sungguh perjalanan yang penuh canda tawa..