Sementara Hilda menghibur bocah itu, Lara mengamati daerah itu kalau-kalau ada seseorang yang menguping mereka. Ren, di sisi lain, mendengar suara yang dikenalnya berbicara di kepalanya.
"Master, akhirnya aku selesai dengan stabilisasi mana yang kita dapatkan dari King Drake ... hmm, apa ini? ... sepertinya kamu masuk ke situasi yang cukup aneh master."
Silika berbicara dengan nada geli. Tampak jelas bahwa dia tahu dengan keadaan situasi apa yang mereka hadapi.
"Ceritakan padaku apa yang sudah kau ketahui, Silika," jawab Ren dalam benaknya.
"Tidak banyak, tapi bocah itu seperti hantu. Dia hidup dan pada saat yang sama, dia tidak. Pada dasarnya dia sudah mati. " Silika menjawab, masih dengan nada geli. Ketika Ren mendengar apa yang dikatakan Silika, dia terkejut. Anak laki-laki di depannya sudah mati, dia tidak memperhatikan nya sama sekali.
"Bagaimana kamu tahu? Dia tidak memancarkan sesuatu yang berbeda dari manusia normal. Sepertinya tidak ada kelainan yang bisa aku lihat di tubuhnya ... lalu bagaimana? Bagaimana kamu tahu dia sudah mati? "
"Master harusnya sudah tahu kalo saya sangat sensitif terhadap darah, dan saya tahu pasti bahwa anak laki-laki itu tidak memilikinya. Kulitnya mungkin tidak pucat dan dari segi apa pun tidak ada yang bisa menunjukkan hal itu, tapi percayalah padaku, ketika sedang membicarakan tentang darah tidak ada orang yang lebih tahu dari pada saya, dan bila saya mengaku kalo saya adalah urutan kedua yang ahli dalam darah, maka tidak akan ada seorang pun yang akan menepati posisi pertama! " Silika dengan percaya diri memberi tahu Ren mengapa dia percaya bocah itu sudah mati.
"Aku mengerti .... hmm. Aku kira aku perlu mencoba sesuatu."
Begitu Ren selesai berbicara dengan Silika, dia mendekati bocah bernama Darius yang sedang dipeluk Hilda. Ren memisahkan mereka berdua, dan Ren mulai memeriksa bocah itu.
"Hey apa yang kau lakukan?!" Hilda yang tiba-tiba tersingkir merasa tidak senang. Ren tidak repot-repot menjawabnya dan terus memeriksa bocah itu. Panas tubuh yang keluar darinya terasa hangat seperti makhluk hidup lainnya, tetapi Silika sudah mengatakan bahwa dia tidak hidup, dia tidak memiliki darah yang mengalir melalui nadinya. Lalu bagaimana ia masih terlihat dan terasa hidup?
'Yah, tidak ada gunanya bersikap pasif tentang hal itu. Dan juga, aku perlu percaya pada Silika, dia tidak punya alasan untuk berbohong, dan dia terhubung dengan kontrak ku.'
Ketika Ren akhirnya memutuskan apa yang harus dilakukan selanjutnya, dia menatap bocah yang ketakutan itu. Dia menatapnya, berhadap-hadapan dan berbicara. "Apakah kamu tahu bahwa kamu sudah mati?"
Saat Ren mengatakan ini, bahkan Lara tampak terguncang. Hilda juga bingung, mengapa Ren mengatakan hal seperti itu? Apakah bocah itu benar-benar mati? Itu tidak mungkin ... benar kan?
Bocah yang bernama Darius itu juga tampak terguncang dan menjerit marah pada Ren. "TIDAK ! aku hidup ! aku tahu itu ! mengapa kamu mengatakan bahwa aku sudah mati? aku tidak mati! Kenapa kamu mengatakan itu?!"
"apakah Kamu tidak ingat? Apa yang terjadi pada hari terakhir, saat kamu melihat orang tua mu? " Ren tidak yakin tentang apa yang dia katakan, semua yang keluar dari mulutnya hanyalah gertakan, tapi dia memercayai Silika, Darius memiliki reaksi aneh beberapa waktu yang lalu ketika dia menyebutkan orang tuanya, peristiwa itu mungkin ada hubungannya dengan kematiannya.
Darius mencoba mengingat apa yang terjadi pada malam itu, tetapi sekeras apa pun ia berusaha, ia tidak dapat mengingat. Dia bahkan tidak bisa mengingat seperti apa rupa orang tuanya.
"Aku tidak bisa ... kenapa aku tidak ingat ?! aku Darius putra dari ... putra .... mengapa? Mengapa? Mengapa aku tidak ingat ?! " Darius yang berteriak tidak tahan lagi, dia bingung dan takut. Dengan pikiran yang tidak stabil, dia melarikan diri ke pegunungan. Hilda yang melihat ini ingin mengikuti, tetapi dihentikan oleh Ren.
"kenapa kamu menahan ku?"
"kenapa kamu harus mengikutinya? kamu sudah tahu dia sudah mati, jadi mengapa repot-repot dengannya? Bukankah lebih baik mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi di desa? Jika kita mengetahui apa yang sedang terjadi, kita mungkin bisa membantu anak itu."
Mendengar apa yang dikatakan Ren, Hilda akhirnya menjadi tenang dan menghela nafas. Dia mengangguk menandakan persetujuannya, tetapi meskipun apa yang dikatakan Ren benar. Hilda tidak bisa menyetujui cara Ren menangani situasi ini.
"Aku akan menerima apa yang kamu katakan setelah kamu mengatakan apa yang kamu maksud ketika kamu mengatakan Darius sudah mati." Hilda menunggu, menatap Ren, menunggu penjelasan.
...
Sementara Ren dan yang lain sedang mengobrol, Silika berpikir sangat dalam di kontrak tato yang ada di lengan kanan Ren.
Dia yang telah melihat lebih dalam ke jiwa Ren telah melihat banyak hal. Dia tahu bahwa anak lelaki ini dulunya adalah raja iblis yang dipuji sebagai yang terkuat. Tetapi ketika melihat lebih dalam, dia melihat banyak reinkarnasi sampai akhirnya, dia melihat wajah yang akrab, tentang seorang anak lelaki yang dia kenal ribuan kali yang lalu. Seorang anak lelaki yang selalu berdiri di tengah perkelahian yang haus akan lebih banyak pertepmpuran.
Dia bertemu bocah lelaki ini, saat nama aslinya masih dikenal. Dia bertemu bocah ini ketika dia bersembunyi di gua yang gelap itu. Di sana dia membuat janji dengannya.
'Akhirnya kita bertemu lagi. Sudah ribuan tahun sejak terakhir kali kita bertemu. bentuk mu mungkin telah berubah, tetapi isi di dalamnya masih tetap sama. kamu masih memiliki kehausan yang sama untuk bertempur, dan kamu masih mencari lawan yang layak untuk bertemput dengan segenap kekuatan mu.'
Silika mulai mengenang tentang waktu yang sudah lama terlupakan ketika dia juga punya teman yang pernah dia temui. Ketika dia jatuh cinta dengan si aneh perang idiot itu. Dari dalam kerudung yang menyembunyikan wajahnya, dia tersenyum.
Sebuah sensasi yang sudah lama dia lupakan telah kembali padanya, itu adalah perasaan yang nyaman. Silika tidak bisa menahan senyum kecut pada nasib misterius yang mungkin terjadi.
'Apakah kamu akhirnya akan memenuhi janji itu? ... Leo.'