Aku duduk di atas tahta dengan penuh bosannya, sangat bosan. Tidak ada lagi yang harus dilakukan, aku telah melakukan semuanya. aku demon lord kretos, telah melakukan apa yang demon lords sebelumnya gagal untuk dilakukan, aku telah menyatukan ras demon, aku juga mengalahkan pahlawan yang tidak pernah habisnya dari ras manusia sampai manusia merasa lelah dan menerima takdirnya. Aku bahkan mampu menaklukkan seluruh benua dan, tak ada lagi semua terasa hampa. Aku dipuja dalam pertempuran sebagai yang tak terkalahkan, bahkan putra putri yang telah aku lahirkan dari berbagai selir merasa bangga aku adalah ayahnya.
Tidak ada lagi pertempuran yang bisa membuatku bersemangat. Aku menghela napas sambil meminum anggur hadiah dari anak sulungku. Itu adalah hadiah untuk pemerintah seribu tahun. Saat aku minum anggur, tubuhku terasa kaku, apa ini? Aku mabuk hanya denga satu gelas? Saat aku memikirkan hal ini, seseorang memasuki ruang tahta. Orang yang masuk adalah seorang pemuda tampan, yang tampak berada di awal dua puluhan, ia adalah anakku dan, ia membawa sekelompok penyihir. Dia menyeringai padaku, apa yang ku lakukan sampai anak ini menjadi gila?
"Selamat siang ayah, sepertinya ayah kurang sehat."
"Galdo apa yang kau berikan ini?"
"Tidak banyak yah, hanya memberi obat penahan mana."
Ketika aku mendengar apa yang dikatakn anakku, aku tidak bisa berhenti tersenyum.
"Hahahahaha, jadi ini akhirnya terjadi kekalahan pertama ku ternyara datang dari anaku sendiri. Sepertinya tulang-tulang lamaku telah lupa perasaan tegang pertempuran, sampai sampai aku melemahkan penjagaanku."
"Ayah memang benar, jadi mengapa ayah tidak beristirahat saja dan memberikan tahta pada anakmu ini."
Pada saat dia selesai berbicara aku berlari ke depan, siap untuk menyerang. Walau dengan mana ditekan kemampuan fisikku masih terbilang baik dengan adanya pedang di tangan, aku megayunkannya ke bawah, bahkan dengan kekuatan penuhku, dia masih bisa memblokir dengan mudahnya.
"Apakah kamu pikir ini akan menjadi mudah? Apakah kamu pikir aku akan dengan mudahnya menyerahkan tahta? Bagaimana dengan bermain sebentar sebelum aku memberikannya?"
"Aku ingin dan senang bermain dengan ayah, tapi..... maaf aku terburu-buru untuk merombak aturan ayah."
Para penyihir yang datang mulai menyerang dengan rentetan mantra. Dengan mana tidak beredar di dalam tubuh, aku memiliki nol resistensi terhadap sihir. Namun, aku terus berjuang, karena aku menikmati saat saat aku akan kalah dengan tertawa terbahak-bahak.
Aku mengayunkan pedangku, yang terus diblokir dengan pedangnya. Lantai menjadi retak sementara tangan anak ku gemetar.
"Seperti yang diharapkan dari demon lord, walau tanpa mana kekuatan ayah tatap tak tertandingi." Aku terus menyerang anak ku setelah dia mengatakan itu. Namun bahkan dengan semua usaha ku dan tanpa mana, hanya kekuatan otot saja tidak akan bisa memotong seseorang yang sekuat anakku.
Tidak hanya itu, pertempuran ini terjadi ketika aku sedang dibombardir oleh mantra, dan aku tidak bisa mengelak atau membela diri. Namun itu tidak masalah, selama ada pedangku di tangan, selama aku masih memiliki kekuatan, aku akan berjuang.
Setelah beberapa menit menyerang, aku tidak bisa bergerak lagi, tubuhku yang telah bertahan di berbeagai pertempuran dengan melawan banyak musuh yang kuat sekarang tidak bisa bergerak. Aku tahu aku seharusnya merasa frustrasi setelah kalah, tetapi hanya ada perasaan dibebaskan.... jadi ini perasan dikalahkan....
"seperti yang diharapkan dari mu yah, bahkan tanpa manapun ayah masih bisa bertahan selama ini. Tidak heran ayah dianggap demon king terkuat... aku tahu ayah sudah tidak bisa mendengar ku lagi, tapi melihat senyum bodoh di wajah ayah, aku tahu aku melakukan hal yang benar sebagai anakmu."
Demon king terkuat telah dikalah oleh tangan putra sulungnya, dan bahkan dalam menghadapi kekalahan ia meninggal berdiri dengan senyum lebar di wajahnya.