Alif terkekeh mendengar Santi dan Pak Andrea, "Bapak dan Mbak Santi sangat dekat ya? Kelihatannya seperti bapak dan anak," ujar Alif.
"Iya, Pak Alif. Pak Andrea ini sudah seperti ayah saya sendiri. Awalnya saya kira Pak Andrea ini orangnya galak dan serius, ternyata kalau udah kenal Pak Andrea ini orangnya receh sekali. Ada yang lucu sedikit langsung tertawa tiada henti, susah ngeremnya. Pasti tertawa sampai terpingkal-pingkal," kata Santi.
"Ya, kalau prinsip saya ya Pak Alif…. Kalau rekan kerja kita bisa klop seperti ini kan kerjanya jadi makin nyaman, nggak tegang…. Jadi nggak cepet capek…. Jadi nggak terlalu stress gitu, Pak. Jadi saya selalu berusaha untuk menjalin hubungan yang lebih dari sekadar hanya rekan kerja, seperti dengan Santi ini. Karena dia hampir seusia dengan anak saya, ya saya anggap dia sebagai anak saya," jelas Pak Andrea.
Alif mengangguk dengan penuh semangat, "Saya setuju dengan Mbak Santi dan Pak Andrea," ujar Alif dengan sangat tegas.
"Terus gimana dengan saran dari saya tadi, Pak? Apakah akan jadi pertimbangan bapak?" tanya Santi sambil nyengir.
"Santiii…." Pak Andrea menggeengkan kepalanya.
Alif terkekeh, "Nggak apa-apa, Pak Andrea. Saya sejak masih di UpNormal tadi sebenarnya sudah kepikiran hal yang sama dengan Mbak Santi. Saya juga tadi sudah menghafalkan nama restoran ini dan jalan menuju ke lokasi ini. Pemikiran Mbak Santi dan saya berarti sama ya, Mbak?" kata Alif.
"Iya, Pak."
"Tuh, Pak. Saya dan Pak Alif ini seumuran, jadi pemikirannya tidak jauh berbeda juga. Beda dengan Bapak," ujar Santi dengan nada bercandanya.
"Woooh…. Kamu ini, ya…. Ini sama saja kamu mengatakan Bapak tua dong, San." Pak Andrea berpura-pura tidak terima dengan ledekan Santi.
"Hiii…. Peace, Pak! damai!" ujar Santi sambil meringis.
"Nanti nggak Bapak kasih uang saku buat jajan baru tahu rasa loh kamu!" ancam Pak Andrea pada Santi yang tentu saja ini hanya ancaman palsu.
"Memangnya selama ini Bapak memberi anak Bapak yang satu ini uang jajan?" Santi balik bertanya.
"Hehe…. Nggak juga sih, San. Tapi bapak yang kasih kamu gaji," ujar Pak Andrea.
"Iya, tapi itu jadinya bukan uang jajan kan namanya, Pak? Namanya jadi uang gaji, kalau nggak kerja dulu ya nggak diberi," ujar Santi dengan wajah yang disengaja dibuat jelek dan sok sedih.
"Hahaha…. Kamu jangan bikin malu Bapak yang nggak pernah kasih uang lebih gitu dong, San. Bapak jadi malu nih di hadapan Pak Alif,"
"Eh, bohong Pak. Pak Andrea ini paling loyal kalau soal gaji karyawan, Pak Alif. Eeeem… Best banget pokoknya," puji Santi
"Jangan dengarkan dia, Pak Alif. Kalau dia kaya gitu, ini tanda bahaya," ujar Pak Andrea dengan wajah yang tiba-tiba berubah serius.
Alif langsung terpengaruh dengan mimik muka Pak Andrea yang serius, "Memangnya ada bahaya apa, Pak?" tanya Alif penasaran.
"Jadi, Pak Alif. Dengarkan baik-baik, ini rahasia sukses untuk para laki-laki," ujar Pak Andrea yang semakin membuat Alif penasaran.
"Hmmm? Rahasia sukses untuk para lelaki? Maksudnya bagaimana, Pak? Maaf, Pak. saya tidak mengerti," sahut Alif yang terlihat kebingungan.
"Iya, rahasia sukses untuk para lelaki menyelamatkan isi dompet. Karena kalau wanita sudah memuji-muji kita seperti itu, itu tandanya seorang wanita sedang ada maunya," jelas Pak Andrea pada Alif.
"Yah, Pak…. Saya pikir sesuatu yang penting," tukas Alif yang sedikit kecewa dan kesal dengan penjelasan Pak Andrea.
"Loh, Pak. Apa yang saya katakana ini fakta loh, Pak. Sudah sering saya buktikan sendiri dengan istri saya," ujar Pak Andrea.
"Haha…. Bapak ini ada-ada saja," sahut Alif sambil terus tertawa. Dia merasa agak tergelitik karena Pak Andrea secara tidak langsung mengatakan bahwa dia sudah menjadikan istrinya sendiri sebagai objek pengamatan dalam proyek pengamatannya mengenai perilaku seorang wanita.
"Loh…. Pak Alif saja yang belum mengalami, jadi Pak Alif masih belum bisa percaya dengan hasil pengamatan yang sudah saya lakukan bertahun-tahun ini. Bukan begitu, San? Kamu sedang ada maunya kan, makanya tadi kamu puji-puji saya?" tanya Pak Andrea pada Santi yang sedang fokus dengan gawainya.
"Iya, Pak." Santi menjawab dengan asal karena dia bahkan tidak mendengar pertanyaan dari Pak Andrea.
Alif dan Pak Andrea yang mendengar jawaban spontan dari Santi langsung tertawa puas.
"Betulkan, Pak? Wanita sendiri yang mengakui kebenarannya," tukas Pak Andrea.
"Eh, gimana Pak? Tadi Bapak tanya apa, Pak?" Santi meminta Pak Andrea untuk mengulangi pertanyaan yang tadi sudah sempat dilontarkan kepadanya.
"Tidak ada pengulangan," jawab Pak Andrea tegas.
"Yah, Pak! Saya sepertinya salah jawab," ujar Santi saat menyadari apa yang dia katakana adalah kesalahan.
"Tidak ada pengulangan, tidak ada perbaikan untuk kamu Santi…."
Alif semakin terkekeh mendengar perdebatan Santi dan Pak Andrea.
"Jangan begitu, dong! Pak Andrea mah pelit! Ujian saja ada remedialnya, masa ini nggak ada?" protes Santi.
Pak Andrea tidak peduli dengan protes yang diajukan Santi. Dia justru asik mengambil beberapa potret lokasi dan mengajak Alif untuk berfoto selfy.
"Yah, malah dicuekin," gerutu Santi.
"Selamat siang, Pak… Bu… Pesanan atas nama Ibu Santi?" tanya pelayan sambil membaca kertas yang ada di atas bakinya.
"Iya, Mas. Betul sekali," sahut Santi.
"Paket menjala di laut lepas ya, Bu?" tanya pelayan.
"Iya, Mas. Betul," jawab Santi.
"Waaah…. Namanya saja unik ya? Menjala di laut lepas" tanya Pak Andrea.
"Paket ini isinya apa saja, Mas?" tanya Alif penasaran.
"Macam-macam, Pak. Ada nasi putih, ini bisa untuk 5 porsi ukuran sedang. Kemudian ada seafood yang bisa dimasak dengan berbagai macam saus, kebetulan untuk pesanan Ibu Santi tadi memilih kerang hijau saus tiram dan cumi goreng tepung," sambil menjelaskan pelayan itu juga sambil menurunkan makanannya dari baki.
"Oooh…. Jadi ini isinya," ujar Pak Andrea.
"Masih ada lagi, Pak."
Seorang pelayan lainnya datang menghampiri meja Alif. Dia membawa sebuah baki yang juga berisi makanan laut.
"Apa lagi nih, Mas?" tanya Pak Andrea yang terlihat sangat excited.
"Naaah…. Kemudian ada ikan laut. Untuk olahan ikan laut, sebenarnya kami memiliki 3 cara pengolahan. Digoreng, dibakar, atau dimasak dengan berbagai macam varian saos yang kami miliki. Kalau Ibu Santi tadi memilih kerapu bakar. Betul, Bu?" tanya pelayan itu.
"Iya, Mas. Betul," jawab Santi.
Pelayan itu menyajikan ikan kerapu bakar dengan ukuran yang bisa dibilang besar. Alif melihat semua makanan di hadapannya, semuanya terihat menggiurkan. Dia juga mengingat kalau Airin tidak memiliki alergi pada makanan laut jadi jika Airin ia ajak ke tempat ini tetap akan aman. Penampilan semua makanan di hadapan mereka sangat menggugah selera dan membuat perut Santi, Alif serta Pak Andrea merasa semakin lapar.