Aileen melangkah tergesa di selasar rumah sakit, didampingi Gama yang mencoba menyejajarkan langkah dengan Aileen. “Aileen, tenang. Nggak usah lari-lari. Dia nggak nelepon lagi, berarti Papa nggak apa-apa.”
Sedikit menurunkan kecepatan langkahnya, Aileen menuruti ucapan Gama karena menurutnya hal itu memang benar. Namun ini pertama kalinya ia mendapat kabar papanya tumbang dan itu bukanlah hal yang bisa ia tanggapi dengan tenang.
Keduanya berbelok ke kiri dan menemukan ruang IGD di mana lelaki yang tadi pagi masih berangkat ke kantor dengan keadaan sehat itu berada. Aileen lantas meraih ponselnya dan menghubungi Bara. Ia tidak mungkin menyibak satu per satu tirai yang menutupi setiap pasien karena bisa menimbulkan ketidaknyamanan. Akan lebih cepat kalau ia memanggil Bara dan meminta mantan kekasihnya itu untuk menunjukkan di mana sang Papa.
“Aku udah di depan IGD. Papa di mana?”
Gama melihat Aileen mengangguk beberapa kali sebelum menutup sambungan telepon.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com