Pengawal Lu Junhan datang memberikan laporan. "Tuan Muda Lu, saya sudah memeriksa semua dokumen di ruang kerja dan saya pastikan tidak ada yang hilang."
Manajer Chen sangat bersyukur ia tidak melakukan apa-apa. Ia hanya berani melihat dan tak berani mengambilnya.
Mendengar hal itu, Manajer Chen buru-buru berkata, "Tuan Muda Lu, Anda juga bisa melihat. Kami tidak berani mencuri. Kami hanya lewat dan pura-pura …. "
"Melewati ruang kerja?" Lu Junhan tersenyum cemberut. "Kau datang dan melewati ruang kerjaku? Kau kira kau main-main?"
Wakil Presiden Liu begitu ketakutan hingga hampir mati rasanya. Karena ia tahu kali ini tak bisa melarikan diri, ia memohon dengan sangat.
"Tuan Muda Lu! Tuan Muda Lu! Tolong lepaskan kami kali ini. Kami tahu bahwa kami salah … kami jamin lain kali kami tak berani …."
Tiba-tiba sebilah belati tajam dengan kilatan cahaya dingin menyambar tepat di depan mereka berdua.
Terdengar suara pisau yang terpelanting di atas tanah, seperti seonggok besi yang terjatuh ke dalam lumpur dan situasinya sangat berbahaya!
Keduanya menatap pisau itu dan wajah mereka begitu panik. "Tuan Muda Lu … ini, ini .… "
Lu Junhan membungkukkan badannya. Matanya yang dalam dan gelap menatap pupil mereka yang terlihat bingung sambil tersenyum. Nada suaranya terdengar tidak ramah.
"Lepaskan. Mereka sudah boleh pergi."
"Tuan Muda Lu!"
Wajah mereka pucat pasi, seolah kehabisan darah. "Kami … kami akan mengundurkan diri. Kami tidak menginginkan apa pun atau syarat lain …. "
"Jangan lepaskan tanganmu." Lu Junhan bersandar di sofa empuknya sambil menghisap rokoknya dengan santai. "Aku punya banyak orang yang bisa membantumu."
"…."
Mereka terdiam, seolah ingin tahu kalimat Lu Junhan berikutnya.
"Kuberi kalian waktu tiga menit, silakan pilih satu saja. Kalian yang datang sendiri, atau aku yang akan membantu kalian?"
Wakil Presiden Liu dan Manajer Chen saling berpandangan. Keringat dingin di dahi mereka menunjukkan bahwa mereka sudah putus asa .…
Namun, mereka merasa masih punya secercah harapan terakhir. "Tuan Muda Lu …. "
"Sudah lewat tiga menit," Lu Junhan tersenyum tipis, tapi tatapan matanya tanpa ekspresi.
Keduanya lemas dan jatuh ke atas tanah. Bibir dan tubuh mereka gemetar dan putus asa. "Tidak, Anda tidak bisa .… "
"Ayah! Jangan cari orang lain! Aku datang! Aku bisa! Aku bisa menangani ini!"
Tiba-tiba terdengar suara gadis kecil itu dari arah pintu.
Entah sejak kapan, pintu ruang belajar terbuka tanpa suara.
Detik berikutnya, seorang gadis kecil yang mengenakan piyama putih berjalan keluar.
Ia melihat sekilas dua orang jahat yang akan menggertak ayahnya!
Dalam buku, dikatakan bahwa setelah ayahnya memotong kedua tangan mereka, mereka selalu menyimpan dendam kesumat. Seperti orang gila, mereka selalu mencari orang untuk membunuh ayahnya.
Jika bukan karena kecermatan dan keberuntungan ayahnya, ayahnya sudah tewas lebih dulu!
Dan setelah mereka mengundurkan diri dari perusahaan, mereka akan dengan sengaja menjual rahasia perusahaan dan membuat ayahnya pusing untuk sementara.
Lu Li tak peduli apakah ayahnya keparat atau tidak. Asalkan ia ada di sini, Lu Junhan adalah ayah yang terbaik baginya di dunia ini dan tidak ada yang bisa menggertaknya!
Gadis kecil itu menghampiri ayahnya dan mengambil sebilah pisau yang tergeletak di atas tanah. Meskipun pisau itu terasa cukup berat, tapi Lu Li masih memegangnya di tangannya. Ujung pisau itu mengarah ke Wakil Presiden Liu dan Manajer Chen.
Pisau itu sangat tajam. Ukurannya ada setengah dari tinggi badan Lu Li. Saat ia memegang pisau itu, Lu Junhan yang ada di sampingnya sangat takut hingga tak berani bernapas. Ia takut pisau itu justru akan melukai Lu Li sendiri jika gadis kecil itu tidak memegangnya erat-erat.
Gadis kecil itu hendak meniru gaya ayahnya. Saat ia mengucapkan kata-kata kasar kepada dua orang itu, sebuah tangan yang besar dan kekar merampas pisau itu dari tangannya.
Detik berikutnya, Lu Junhan berseru.
"Hei! Jangan main-main dengan pisau itu! Cepat berikan padaku!"
"Aku tidak main-main!"
Loli kecil itu sangat marah. Ia mengepalkan tangannya. Lengannya terlihat kurus dan putih. "Dua orang ini sudah berani menggertak Ayah! Akan kupotong tangan mereka dan membalaskan dendam Ayah!"
Semua orang yang ada di sekitarnya merasa janggal mendengar kata-kata Lu Li.
Tunggu!
Apakah mereka tidak salah dengar?
Gadis kecil ini baru saja mengatakan siapa menggertak siapa? Siapa yang ingin membalas dendam?