Setelah makan, kepala pelayan merasa lega saat ia melihat bahwa majikannya tidak lagi menginvestigasinya.
Namun, suara itu tak juga berhenti. Ia seperti melihat sesuatu dan merasa cemas ....
"Ayah! Ayah, jangan pergi! Huhuhu … tunggu aku! Kakiku pendek dan aku tak bisa berenang cepat."
Jangan pergi ….
Pergi ....
Tunggu dulu!
Yang pergi dari sini hanya ....
"Ayah Lu Junhan, tunggu aku!"
Dalam sekejap, kepala pelayan menjadi gelisah. Pupil matanya membesar dan pelayan yang ada di sampingnya ternganga karena terkejut.
Tu … Tuan Muda Lu menjadi seorang ayah?
Sejak kapan hal ini terjadi?
Sebagian besar orang yang ada di tempat itu bisa mendengarnya dengan sangat jelas. Suara itu jelas-jelas berasal dari kolam.
Lu Junhan pasti juga bisa mendengarnya dengan jelas.
Lu Junhan menghentikan langkahnya dan membalikkan badan. Ia mengernyitkan alis saat melihat ke arah kolam. Sudut mata dan alisnya dipenuhi dengan aura berbahaya, seolah-olah ia ingin melihat siapa anak kecil yang berani memanggilnya begitu.
Saat berikutnya, semua orang di tempat itu tercengang.
Mereka hanya mendengar suara sorakan.
Di dalam kolam terlihat seekor loli kecil yang cantik yang mendadak keluar.
Rambutnya yang hitam basah karena air dan menempel di wajahnya yang lembut. Sepasang matanya yang besar berair dan bulu matanya tampak gelap. Bibirnya berwarna merah cerah dan tampaknya ia punya karakter yang baik.
Tangannya yang kecil diletakkan di tepi kolam yang kotor. Matanya yang besar dan cerah menatap Lu Junhan dan ia terlihat sangat bahagia. Ia memanggil Lu Junhan dengan suara lembut.
"Ayah!"
Tiba-tiba semua orang yang ada di tempat itu menjadi heboh!
Kepala pelayan mengambil napas dalam-dalam. Saat ia melihat pemandangan ini, ia terkejut dan berbicara tergagap, "Tuan Muda Lu, be … benarkah dia .… "
Apakah loli kecil ini benar-benar putri Tuan Muda Lu?
Mana mungkin!
Bukankah Tuan Muda Lu tidak punya wanita yang disukainya? Bagaimana mungkin dia punya anak perempuan!?
Bahkan, semua orang yang ada di tempat itu juga tak pernah mendengar bahwa Tuan Muda Lu punya anak perempuan haram.
Dan sudah sebesar ini pula!
Tepat ketika kepala pelayan dan lainnya meragukan majikannya, Lu Junhan, yang dipanggil ayah, sama sekali tak banyak bereaksi.
Lu Junhan berjalan dengan kakinya yang panjang. Ia merendahkan tatapan matanya yang gelap dan berbahaya dan menundukkan kepalanya untuk menatap sepasang mata aprikot yang jernih dan bersih gadis itu.
"Kau panggil aku apa barusan?"
Anak dari keluarga mana ini? Berani sekali dia berlari ke hadapanku.
Sepertinya pelajaran terakhir tidaklah cukup.
Di masa lalu, banyak wanita yang melakukan apa saja demi bisa mendapatkan Lu Junhan di tempat tidur.
Saat mereka melihat bahwa Lu Junhan tak tertarik pada wanita, acuh tak acuh dan kejam, mereka berpikir seseorang memanfaatkan anak itu untuk mendekati Lu Junhan.
Bagaimanapun, kebanyakan orang sama sekali tidak akan melawan anak kecil yang lembut dan melepaskan pengawasannya.
Namun, sayang sekali, apa yang para pelayan pikirkan itu salah.
Lu Junhan tidak pernah menyukai orang yang merepotkan seperti ini.
Lu Junhan menatap setiap orang di sekitarnya dengan tenang.
Seorang anak tidak bisa masuk sendirian ke rumah keluarga Lu yang dijaga ketat. Pasti ia masuk karena bantuan seseorang.
Jika Lu Junhan tahu siapa yang memasukkan anak ini, ia pasti menginginkan nyawa orang itu!
"Kupanggil kau ayah!"
Lu Li sama sekali tidak takut dengan wajah Lu Junhan yang dingin dan menakutkan. Bukan saja ia tidak takut, melainkan dengan sepasang matanya yang besar dan indah berkilat, ia mengangkat wajahnya dan berkata dengan gembira, "Ayah, akhirnya Lu Li akhirnya menemukanmu! Aku sangat gembira!"
Kepala pelayan melihat wajah Tuan Muda Lu yang semakin suram. Ia tahu bahwa majikannya sama sekali tak mengenali gadis kecil itu. Tak hanya tak mengenalnya, tapi Lu Junhan juga sudah di ambang kemarahannya.