Lu Junhan berbaring di atas tempat tidur sambil mengenakan pakaian mandinya. Ia biasa mengambil buku keuangan yang ada di meja samping tempat tidurnya. Ia membalik lembar demi lembar dengan jari-jari rampingnya, lalu menjawab dengan dingin, "Aku tidak mau."
Loli kecil itu sangat senang. Baru saja ia melewati batas yang dibuat ayahnya dan saat ini seluruh tubuhnya di posisi berbalik.
Lu Li mengedipkan matanya dengan penuh antusias. "Kalau begitu, apakah Ayah akan menceritakannya kepadaku? Aku ingin dengar."
"Aku tidak bisa."
Wajah Lu Junhan terkesan mengabaikan Lu Li. Ia membaca buku di hadapannya dengan sangat cepat. Saat ia berbicara, jari-jarinya membalik halaman demi halaman.
"Mengapa Ayah tidak bisa?"
Setelah menyelesaikan kalimatnya, tubuh si loli kecil sepenuhnya terbalik.
Kepala kecilnya bersandar di depan tubuh Lu Junhan. Rambut hitamnya menggantung di belakang punggung seperti air terjun. Ia menghalangi pandangan Lu Junhan yang sibuk membaca.
".…"
Lu Junhan hanya memperhatikan tingkahnya, tanpa bicara apa-apa.
Baiklah, ini masalah kecil. Bagus sekali dia bisa menemukan sudut yang tepat.
Detik berikutnya, mata rusa loli kecil yang bulat dan jernih menatapnya. Bulu matanya yang seperti sayap kupu-kupu bergerak-gerak dengan indahnya.
Lu Li mengepalkan tinju kecilnya dan berkata, "Anak-anak lain mendengarkan cerita. Lili juga mau!"
"Kalau begitu, pikirkan saja sendiri!"
Dengan ekspresinya yang dingin, Lu Junhan mengangkat tangan Lu Li dan melemparkannya kembali ke batas wilayahnya.
Karen tubuh si loli kecil, ia tidak berhenti hanya di tempat tidur yang besar. Ia sama sekali tidak marah meskipun ia ayahnya menggulingkan tubuhnya.
Beberapa saat kemudian, seperti orang yang tidak mati saat hendak dibunuh, Lu Li berguling di bawah selimut dan berdengung lagi seperti nyamuk, membuat Lu Junhan terganggu.
"Ayah! Bacakan cerita untukku … "
Lu Junhan menarik napas dalam-dalam. Ia menoleh dan menatap Lu Li dengan mata gelapnya yang berbahaya. "Setelah aku membacakan cerita, bisakah kau tutup mulut dan tidur?"
Lu Junhan yang menatap Lu Li dengan pandangan dingin itu bingung, tapi Lu Li tidak merasakannya. Wajahnya yang putih dan montok terlihat menonjol. Ia berbisik dengan suara pelan, tapi penuh semangat dan penuh harapan.
"Ayah, apakah Ayah akan membacakan cerita untukku?"
"Ya."
"Syukurlah … "
"Dulu ada seorang wanita. Kemudian, dia meninggal. Tamat."
"Itu terlalu pendek. Ayah, apakah Ayah bisa membacakan cerita?"
Lu Junhan langsung membentaknya dengan suara kasar dan dingin, "Diam dan tidurlah!"
".…"
Lu Li terdiam.
Baiklah.
Asalkan dia berhasil menemukan ayahnya dan sekarang bisa tidur dengannya dan mendengarkan cerita, itu sudah membuat Lu Li puas hari ini.
Dengan patuh, ia menarik selimutnya dan tidur.
Tepat sebelum tidur, Lu Li memikirkan sesuatu. Ia membalikkan kepalanya di bawah selimut sekali lagi. Wajah kecilnya yang gemuk, lembut, dan putih itu terlihat sangat cantik.
Ia bergumam kepada ayahnya. "Ayah, selamat malam."
Lu Junhan tetap menatap buku di tangannya. Ia tidak berbicara, menoleh, apalagi menanggapi kata-kata Lu Li.
Gadis kecil itu sama sekali tak keberatan. Ia membaringkan tubuhnya yang kecil dan menutup matanya dengan tenang.
Tak lama kemudian, napasnya menjadi lebih panjang dan ia pun tertidur.
Entah berapa lama waktu berlalu sejak pandangan Lu Junhan beralih dari buku yang dipegangnya dan menatap Lu Li dengan enggan.
Gadis kecil itu meringkuk dan tidur miring. Tangan kecilnya diletakkannya di pipinya. Wajahnya yang putih, manis, dan lembut menghadap ke arah Lu Junhan. Bibirnya agak terbuka. Ia seperti seorang malaikat yang jatuh ke dunia manusia.
Namun, alisnya mengernyit, seolah merasa tidak nyaman.
Lu Junhan berhenti. Ia meletakkan buku di tangannya dan mematikan lampu yang menyilaukan mata.
...
Pada hari kedua, Lu Junhan bekerja seperti biasanya. Lu Li ingin sekali ikut dengannya, tapi, baru saja ia sampai di pintu, dengan kejam Lu Junhan mendorongnya kepada Song Qingwan yang baru saja datang.
Song Qingwan sangat menyukai Lu Li. Ia memeluknya, seolah tak ingin melepaskan Lu Li.
Saat mendengar bahwa Lu Li ingin ikut ayahnya bekerja, dengan cepat, Song Qingwan berusaha membujuknya.
"Lili, Bibi tidak bermaksud membohongimu! Pekerjaan ayahmu sangat membosankan, sehingga setiap hari ekspresi wajahnya begitu datar dan kaku. Jangan katakan itu menyebalkan. Kenapa kau tidak ikut Bibi? Bibi akan membelikanmu makanan yang enak!"
Ingin sekali Song Qingwan menyebut dirinya 'nenek' pada awalnya. Namun, panggilan itu membuatnya terkesan tua. Jika dipikir-pikir, panggilan 'bibi' akan jauh lebih enak didengar.
Bagaimanapun juga, ia bukan ibu kandung Lu Junhan yang busuk itu.
Sedangkan ia juga belum menikah. Ia masih muda, jadi akan lebih cocok jika ia dipanggil 'bibi'!