webnovel

Bab 38

Hati Citra semakin luruh dalam keraguan. Jika episode Palagan itu diramalkan berdarah-darah apakah sebaiknya dia berhenti saja sampai di sini. Alangkah kejam hatinya jika semua ini dilanjutkan namun banyak menimbulkan korban jiwa dari orang-orang yang tidak tahu apa-apa. Air muka putri yang manjing kembali itu semakin memucat terbawa oleh suasana pilu.

"Jangan khawatir Putri. Semua akibat dari sebab yang terjadi adalah bagian dari takdir yang tak bisa dielakkan. Lagipula keputusan tertinggi atas takdir itu sama sekali bukan di tangan kita. Kau sedang berusaha melangkahi takdir karena keinginan hatimu. Tapi kau juga harus menerima keputusan apapun dari Pemilik takdir itu sendiri."

Raja menyentuh lembut lengan Citra sambil tersenyum menenangkan. Pemuda ini bisa merasakan pergulatan di batin gadis ini.

Citra memandang Raja dengan tatapan berterimakasih. Dia tetap akan menuntaskan apa yang menjadi kehendak hatinya. Tapi mulai saat ini dia harus menerima apapun keputusan dari Sanghyang Widi kelak.

"Babah, aku akan pergi bersama Sin Liong berburu 2 bagian manuskrip untuk melengkapi manuskrip di keraton Yogya. Adakah petunjuk yang bisa Babah berikan kepada kami?"

Babah Liong tidak langsung menjawab. Dia pergi ke sudut ruangan dan membakar beberapa hio lagi sambil berkomat-kamit lalu menancapkan hio-hio itu ke tempatnya. Bau harum yang tajam menusuk seisi ruangan.

"Kedasih, tolong kau zoom titik hijau yang berkedip di layar. Titik hijau itu menunjukkan di mana bagian-bagian manuskrip berada."

Kedasih mengangguk. Dengan penuh ketelitian wanita itu menatap bagian layar dan menemukan apa yang dicari. Kemudian tangannya bergerak dengan lincah di keyboard. Pada layar monitor besar di dinding itu, titik-titik berwarna merah, biru dan putih menghilang. Hanya tersisa 2 buah titik hijau yang berkedip-kedip. Kedasih memfokuskan layar dan memperbesar salah satu titik hijau.

"Yogya! Itu jelas berada di keraton Yogya. Manuskrip yang sudah kusimpan bertahun-tahun masih aman di tempatnya."

Semua mata tidak berkedip menatap layar saat Kedasih beralih pada satu titik hijau yang lainnya.

"Itu di Bubat! Tempat Trah Maja bermarkas. Tak salah lagi. Mereka memang sudah mendapatkan 2 bagian manuskrip kuno itu." Kedasih berkata seolah kepada dirinya sendiri.

Babah Liong tertarik sekali menyaksikan perubahan tersebut. Keningnya berkerut sesaat. Ada sesuatu terlintas dalam pikirannya. Orang tua yang mempunyai kemampuan aneh itu mengambil alih layar keyboard dari Kedasih lalu mengetikkan beberapa perintah. Kembali layar dipenuhi oleh titik merah, biru, putih dan hijau. Titik hijau yang bergerak itu terlihat jelas berbarengan dengan salah satu titik biru. Babah Liong mengangguk puas. Namun setelah itu keningnya kembali berkerut.

"Titik biru itu membawa serta 2 bagian Manuskrip. Dan sekarang sedang bergerak menuju Surabaya. Hmm, tapi mau kemana dia? Terus kenapa Manuskrip sepenting itu dibawa kemana-mana?"

Raja sedikit memucat wajahnya saat menyadari satu kemungkinan.

"Apakah…apakah mungkin bagian Manuskrip itu hendak disembunyikan di satu tempat yang jauh dan tidak terjangkau oleh mata kita Babah?"

Babah Liong mengangguk.

"Itu juga yang terlintas dalam pikiranku Raja. Aku menduga mereka sengaja membawa Manuskrip itu ke tempat jauh agar kita mengalami kesulitan mencarinya. Aku bahkan berani memprediksi bahwa Manuskrip itu akan dibawa keluar negeri."

Citra melengak kaget. Pandang matanya nampak sangat khawatir.

"Lalu apa yang harus kita lakukan Babah?"

Babah Liong mengangkat kepalan tangannya.

"Tidak ada hal lain yang bisa dilakukan kecuali memburunya hingga kemanapun Manuskrip itu disembunyikan! Raja dan Sin Liong harus bersiap untuk pergi kemana saja melakukan perburuan. Ini adalah inti dari Perebutan dalam episode ini."

Raja dan Sin Liong saling berpandangan. Mereka menyadari perburuan ini tidak sesederhana yang dibayangkan sebelumnya.

-----

Hoa Lie memasuki area bandara Surabaya dengan waspada. Dia sudah memesan tiket penerbangan Surabaya-Hongkong sore nanti. Kesepakatan yang dicapainya dengan Mada tidak mudah. Dia harus meyakinkan pimpinan Trah Maja itu betapa pentingnya menyatukan 2 bagian manuskrip yang mereka dapatkan untuk kemudian disimpan di tempat yang mustahil terjangkau oleh Trah Pakuan.

"Jadi kau hendak membawanya ke China?" Mada bertanya dengan tatapan menyelidik.

Hoa Lie menghela nafas lalu menjelaskan.

"Aku hanya hendak mengamankan manuskrip ini agar tidak bisa disatukan untuk memasuki Gerbang Waktu, Mada. Kau harus yakin bahwa kamipun tidak mau sejarah berubah. Itu akan sangat mempengaruhi sejarah kekaisaran China juga. Kita berada pada pihak yang sama. Apa salahnya kita mempersulit mereka menyatukan manuskrip sehingga Gerbang Waktu tetap aman dan tidak bisa dimasuki?"

"Apa kau yakin bagian manuskrip itu akan aman di sana?"

"Sangat aman. Aku akan menyimpannya di Museum Tiga Ngarai. Sebuah museum besar di Distrik Yuzhong Chongqing yang berpengamanan maksimum."

Mada gantian menghela nafas. Usulan Hoa Lie sangat masuk akal. Tapi menyimpan artefak berharga seperti manuskrip kuno itu di negeri China? Mada menggeleng-gelengkan kepala untuk mengusir kerisauan. Trah Pakuan semakin kuat. Orang-orang pilihan dari masa lalu yang dikirimkan ke keraton Yogya pun dibuat tak berdaya oleh pemuda yang bernama Raja itu. Tidak ada pilihan lebih baik selain memecah bagian manuskrip itu di tempat yang aman dan sangat jauh.

"Baiklah. Tapi pastikan bahwa tempat itu benar-benar aman dari jangkauan Trah Pakuan. Dan satu hal lagi, jika sewaktu-waktu aku memintanya, kau harus mengembalikan manuskrip itu ke sini."

Saat itu, Hoa Lie mengangguk setuju dan di sinilah dia sekarang. Di Bandara Internasional Juanda Surabaya. Manuskrip itu aman berada dalam tasnya. Berada pada selipan buku-buku tebal yang sengaja dibelinya untuk menghindari pemeriksaan.

-----

Setengah menjerit Kedasih memberi tahu kepada Babah Liong yang sedang berkumpul bersama lainnya di ruang tengah. Kedasih sendiri sedari tadi asik mengamati layar monitor.

"Titik biru dan hijau itu berada di Bandara Juanda Surabaya! Kelihatannya dia hendak terbang ke luar negeri karena berada di terminal keberangkatan internasional!"

Serentak semua orang berhamburan ke ruang kontrol. Titik biru yang berpendar kehijauan itu memang sedang berada di lokasi bandara Surabaya. Hal yang dikhawatirkan benar-benar terjadi!

Citra agak panik. Gadis ini memandang Raja dengan penuh permohonan. Raja mengedipkan matanya memberi keyakinan.

"Babah, sepertinya kita harus mengubah rencana. Perjalanan menyatroni Bubat kami tunda dulu. Sepertinya aku dan Sin Liong harus berjalan-jalan ke luar negeri. Bagaimana Sin Liong?"

Sin Liong tersenyum lebar. Suaranya bersemangat.

"Tentu saja! Aku akan mengurus tiket dan visa hari ini juga setelah tahu tujuan titik biru itu kemana. Tapi Papah, apakah titik itu masih bisa termonitor sampai di luar Indonesia?" Sin Liong memandang Babah Liong dengan tatapan cemas.

Babah Liong tertawa terkekeh. Jawabannya setengah bercanda untuk mencairkan suasana yang sedikit menegang.

"Tentu saja masih. Selama aku tidak kehabisan hio dan listrik tidak mati…hahaha!"

* * * ********