webnovel

Bab 27

Naga gaib yang terbentuk dari gumpalan awan hitam meraungkan petir yang menyambar kedua muda-mudi itu. Lidah petir menghantam dangau tempat mereka berteduh tepat saat Raja dan Citra melompat jauh ke belakang.

Dangau terbakar hebat. Apinya berkobar-kobar menerangi suasana siang yang temaram. Melihat buruannya berhasil meloloskan diri, naga jadi-jadian itu meliukkan tubuh hendak mengulangi serangan.

Raja melihat gelagat yang membahayakan. Pemuda ini menerjang ke depan. Kedua lengannya dipentang lebar dan diayunkan.

Angin menderu dahsyat mengarah tubuh naga yang kontan memekik kesakitan. Angin itu seperti ribuan jarum kecil tajam yang merajam tubuhnya. Tapi naga itu tak bergeming. Serangan Raja tadi mungkin menyakitinya tapi tidak menghilangkan mantra yang ditiup Mada dari kejauhan. Naga itu mempersiapkan serangan berikutnya.

Sebelum itu terjadi, Citra berteriak nyaring sembari mengarahkan pukulan ke kepala naga. Raja menyaksikan dengan cemas. Citra terlalu dekat. Mulut besar itu bisa dengan mudah melukainya. Raja tidak mau tinggal diam. Tubuhnya ikut menerjang maju. Dia tidak tahu harus merapal apa atau bertindak bagaimana agar bisa menaklukkan naga menyeramkan itu. Paling penting naga itu teralihkan perhatiannya ke dia. Bukan Citra.

Dua pukulan tiba hampir bersamaan dengan api yang menyembur dari mulut naga. Terdengar ledakan keras saat naga jadi-jadian hancur dan ambyar dalam bentuk awan hitam yang tercerai berai. Pukulan Citra dan Raja tanpa sengaja menyatu dan bertemu di satu titik tubuh naga. Kepala.

Tanpa disadari oleh keduanya, dua pukulan yang menyatu itu justru menambah kekuatannya hingga berkali-kali lipat. Kekuatan mantra Mada seketika hancur berantakan. Naga itu lenyap. Menyisakan awan hitam yang perlahan-lahan juga memudar. Cuaca kembali cerah.

Raja bernafas lega. Namun hanya untuk sementara. Terdengar rintihan pelan Citra di ujung pematang sawah. Raja langsung melompat. Ah, Citra rupanya sempat terkena sedikit serangan api dari naga itu. Nampak beberapa bagian pakaiannya hangus terbakar. Tapi tidak dengan kulitnya. Gadis yang manjing kembali itu terlalu tangguh untuk terluka hanya karena api gaib. Walaupun begitu tetap saja tubuhnya lemas kehabisan tenaga.

Raja yang cemas bertindak cepat. Dibopongnya tubuh Citra dan dibawanya berlari pulang ke rumah. Sin Liong harus diberitahu. Mereka sudah ketahuan!

-----

Hoa Lie menjejakkan kaki di kota Bogor menjelang dinihari. Dia mendapatkan tiket pesawat malam itu juga tanpa menunggu pagi. Perintah suhunya sangat rigid. Dia tidak akan pernah berniat membantah atau berlambat-lambat.

Udara dingin dan hujan rintik-rintik menyambut Hoa Lie. Gadis tangguh ini sudah diberitahu tujuannya kemana. Dia sengaja tidak memberitahu jenderal koleganya di Jakarta. Ini operasi senyap. Suhunya sudah memperingatkan bahwa bagian kedua dari manuskrip itu diburu oleh banyak orang. Bahkan sedang terjadi kekacauan di padepokan Trah Pakuan. Ada penyerbuan entah oleh siapa. Yang jelas Hoa Lie tidak boleh terlambat tiba di sana.

Hoa Lie menelpon perusahaan carter kendaraan yang telah ditelponnya sejak turun dari pesawat tadi. Ini tengah malam. Banyak yang mau menyewakan kendaraan tapi harus beserta sopir. Tidak bisa dibawa sendiri. Hoa Lie perlu menyetir sendiri agar lebih leluasa.

Hufft! Tidak ada yang mau menyewakan! Wúyòng!

Hoa Lie kehabisan akal. Malam semakin lengang. Dia berada di seberang tugu Kujang. Sendirian. Memang masih ada lalu lalang kendaraan di sana sini. Kota ini memang hidup selama 24 jam. Tapi percuma saja jika dia tidak bisa mendapatkan kendaraan untuk pergi secepatnya ke padepokan Trah Pakuan di lereng Gunung Salak.

Hoa Lie berpikir cepat. Dilihatnya sebuah motor diparkir tidak jauh dari tempatnya berdiri. Pengendaranya terlihat turun untuk membeli rokok.

Entah pengendara itu yang memang biasa ceroboh atau dirinya yang sedang sangat beruntung, Hoa Lie hanya melihat sebuah kesempatan. Motor itu ditinggalkan dalam keadaan hidup. Mungkin karena pengendaranya merasa aman. Rokok itu dibelinya dari pengasong yang berdiri di pinggir jalan.

Dengan kesigapan yang luar biasa berkat latihan kerasnya. Hoa Lie sudah duduk di atas motor sementara pemiliknya hanya bisa bengong melihat seorang wanita cantik tiba-tiba berada di atas sadel motornya dan tanpa ba bi bu mengendarainya dengan kecepatan tinggi.

Hoa Lie memacu motornya dengan kencang. Dia sudah mensetting lokasi di gawainya. Perkiraan 30 menit dia akan tiba di sana. Jalanan sangat sepi. Hoa Lie optimis akan tiba tepat waktu.

Di tempat-tempat yang terpasang traffic light, Hoa Lie tetap memacu motornya dengan kencang. Tidak peduli meskipun bunyi klakson menjerit-jerit dari orang-orang yang terperanjat melihat kenekatan gadis berambut panjang itu menerjang lalu lintas. Meskipun sepi tapi kota yang tidak pernah padam ini tetap menyisakan para pejalan malam. Ojek, angkutan kota dan mobil pribadi.

Barulah Hoa Lie sadar saat terdengar suara menguing-nguing sirine polisi yang mengejarnya dengan kecepatan tinggi. Namun wanita ini tidak peduli. Diliriknya sebentar posisi GPS lalu kembali memacu motornya secara gila-gilaan.

Sebentar saja polisi yang mengejarnya tertinggal jauh. Hoa Lie sangat terlatih dengan fokus dan konsentrasi sehingga meskipun dalam kecepatan tinggi, dia masih dalam posisi sangat waspada. Hoa Lie hanya mengurangi kecepatan saat mulai berbelok memasuki jalan kecil berkelok-kelok menuju lereng Gunung Salak. Polisi itu sudah tidak terlihat lagi di kaca spionnya.

Mendadak Hoa Lie mengerem motornya. Setelah cukup jauh melewati perkampungan, di hadapannya tersaji pemandangan yang sudah diduganya.

Terjadi pertempuran yang seru dan menegangkan. Suara tembakan terdengar beruntun tak putus-putus. Kilatan-kilatan api dari mesiu yang terbakar terlihat di banyak tempat. Rupanya padepokan ini sedang diserbu.

Hoa Lie mendorong motornya ke semak-semak. Wanita ini lalu mengendap-endap mendekati. Memperhatikan dengan seksama jalannya pertempuran. Ada yang aneh! Hoa Lie langsung menyimpulkan.

Kilatan-kilatan senapan yang menyalak di beberapa tempat dan mengarah ke gerbang padepokan itu sangat statis. Sama sekali tidak nampak berpindah tempat. Hoa Lie baru paham setelah melihat sesosok tubuh berkelebat merunduk kesana kemari.

Tubuh itu terlihat mengganti magazine dari senapan mesin yang sudah kehabisan peluru. Lalu memencet sebuah remote pengendali di tangannya dan senapan mesin itu kembali menyalak habis-habisan.

Hmm, rupanya penyerang cuma 1 orang. Ini pasti taktik pengalihan! Hoa Lie berpikir sejenak. Dia tidak akan masuk ke dalam padepokan. Strategi terbaik sekarang adalah menunggu si pencuri keluar!

Balasan tembakan dari gerbang maupun menara pengawas padepokan itu tidak kalah gencar. Hoa Lie bergeser di tempat yang lebih tinggi. Wanita ini memanjat sebuah pohon besar yang ada di sudut gelap. Mengawasi setiap pergerakan mencurigakan di gerbang maupun bagian depan lainnya dari padepokan.

Hoa Lie dengan tekun mengamati. Tiba-tiba tembakan dari penyerang berhenti. Hoa Lie mengambil infra red binokuler dari ranselnya. Si pengalih perhatian itu terlihat memegangi remotenya sambil melihat ke arah gerbang dengan seksama.

Orang-orang dari dalam padepokan merangsek keluar begitu tembakan bertubi-tubi dari luar berhenti. Mereka tidak tahu bahwa Wisanggeni sengaja menghentikan tembakannya untuk memberi kesempatan Gian Carlo menyusup keluar gerbang tanpa beresiko terkena tembakan dan memanfaatkan kegaduhan para penjaga.

Hoa Lie yang jeli melihat sosok tinggi besar merunduk keluar lalu menyusup masuk di kegelapan malam samping dinding kanan padepokan. Tepat menuju ke arahnya! Hoa Lie tersenyum geli. Ternyata tidak sesulit perkiraannya.

Berbarengan dengan keluarnya sosok tinggi besar itu, suara rentetan tembakan kembali terdengar gencar. Wisanggeni kembali menembakkan senapan mesinnya. Para penjaga yang sudah berhamburan keluar sontak saja kembali berlindung ke dalam padepokan.

Gian Carlo menghembuskan nafasnya panjang-panjang di tempat yang sekiranya aman. Di bawah sebuah pohon besar yang tajuknya gelap dan rindang. Dia harus mengambil nafas sebelum pergi. Adrenalinnya sudah nyaris habis dalam panjangnya proses mendapatkan manuskrip ini.

Lelaki Kaukasian ini merogoh saku baju dalamnya. Hanya satu bagian yang berhasil didapatkannya. Tapi setidaknya dia bisa memperpanjang umurnya dengan melapor kepada sindikat sialan itu bahwa dia sudah berhasil mendapatkan sebagian.

Diperhatikannya bagian manuskrip kuno itu. Benda tua sangat langka dan super berharga yang diperebutkan banyak orang ini ada di ......tangan seorang wanita!

Entah kapan Hoa Lie bergerak, tapi Gian Carlo hanya merasakan tangannya cuma memegang angin dan manuskrip itu sudah berpindah tangan ke seorang wanita muda dan cantik di hadapannya yang menatapnya penuh waspada.

* * *******