webnovel

episode 2

Satu setengah jam berlalu sejak Andreas mulai perjalanan dan kurang dari 200 meter lagi mencapai tujuan, alasan mengapa dia sedikit lama untuk mencapai tempat yang dapat ditempuh dalam waktu kurang dari satu jam adalah dia beberapa kali bertemu dengan kawanan babi hutan dan rusa.

Saat pertama kali menemukan kawanan rusa tersebut dia berpikir untuk mencoba skill memanah, Andreas yang belum pernah memegang busur panah selalu dan ingin meniru karakter pemanah dan sekarang adalah waktu yang tepat untuk memulai.

Betapa terkejutnya dia ketika mulai menarik busur tubuhnya bergerak secara insting mengambil pose memanah yang entah terasa seperti sesuatu yang pernah ia lakukan sampai ribuan kali.

Dan kejutan datang kedua kalinya ketika dia menembakkan anak panah, anak panah tersebut langsung melesat layaknya peluru yang ditembakkan dari senapan dan langsung mengenai target buruan.

Ketika kawanan itu sadar ada salah satu anggota yang ambruk dan mereka mulai panik, Andreas yang melihat itu segera memasang anak panah lagi dan menembak ke arah rusa yang berlarian, karena baru pertama kali menggunakan busur untuk menembak target yang bergerak, hanya beberapa panah saja yang kena sasaran.

Saat Andreas mengumpulkan hasil buruan berupa 4 ekor rusa system memberikan pilihan untuk meng harvest atau menyimpan dalam inventori, dia meng harvest salah satu buruan tersebut dan entah mengapa ada sesuatu yang terasa berkurang, ketika dia tanya system jawabannya adalah karena dia menggunakan harvest magic, sebuah magic khusus untuk memanen hasil dari hewan buruan, hasil yang didapat berupa daging, tulang, tanduk, kulit serta organ dalam bercampur dengan item yang terbawa dari game, kemudian dia memasukan buruan lainnya ke dalam inventori dalam keadaan utuh.

Hal tersebut terjadi beberapa kali, Andreas berpikir ini memang kebetulan atau ulah system, tapi dia tak merasa bersalah memburu sebanyak itu, lagipula Riverland adalah tempat yang subur dan banyak lahan pertanian jadi kehilangan puluhan rusa dan babi hutan bukanlah masalah besar.

Setelah beberapa menit berjalan Andreas sampai di tempat tujuannya, kalau boleh jujur tempat ini terlihat lebih besar daripada yang ditampilkan di TV dan segera bergegas masuk, ketika dia masuk orang-orang di tavern langsung memandangi namun langsung memalingkan muka, dia tak peduli dengan hal tersebut dan segera menghampiri salah satu meja kosong.

Saat Andreas menata barang bawaannya disamping meja seorang pelayan menghampiri untuk menanyakan pesanan.

"Milord, bolehkah saya tahu pesanan anda?." Tanya pelayan tersebut

'Milord?.' Pikir Andreas, lalu dia melihat penampilannya dan baru ingat bahwa dawnguard armor yang dia pakai terlihat baru dan mahal, mungkin orang - orang di tavern segera memalingkan wajahnya karena tidak ingin mencari masalah.

"Maaf aku bukan Lord." Jawab Andreas

"Ser kalau begitu."

"Aku juga bukan knight, aku hanya seorang pengelana." Kata Andreas sambil menjelaskan kesalahpahaman ini.

"Saya memang orang biasa, tapi saya bukan orang bodoh yang tidak tahu perbedaan antara orang biasa dan kalangan bangsawan."

"Apa maksudmu?."

"Ketika anda masuk ke penginapan ini, cara berjalan anda yang berdiri tegap seperti layaknya Lord of the Vale yang sering menginap disini, zirah yang anda pakai tidak terlihat mahal seperti milik knight dari The Vale atau The Reach tapi dari kualitas saya tahu zirah itu dibuat oleh seorang ahli dan hanya bisa dibeli oleh bangsawan yang kaya, dan yang paling jelas cara anda berbicara terlalu sopan untuk ukuran orang biasa."

Sebuah tawa kecil keluar dari mulut Andreas, dia tak menyangka hal yang di anggap sebagai hal biasa bisa dipandang berbeda oleh orang lain, belum satu hari disini sudah ditunjukkan bahwa dia tidak boleh meremehkan westeros.

Dari perkataan pelayan tersebut juga memberinya ide untuk membuat identitas samaran.

"Sayang sekali, tebakan mu salah aku bukanlah dari kalangan bangsawan atau knight, aku hanya orang biasa tapi dari keluarga kaya yang melarikan diri karena orangtuaku memaksa aku menikahi seorang gadis dari keluarga bangsawan." Kata Andreas, bagian melarikan diri adalah kebohongan yang dia buat dan soal orang kaya dengan semua isi inventori kalau bukan disebut orang kaya ya apa lagi.

Kemudian Andreas mengeluarkan 4 buah silver stag dari kantung dan meletakkannya di meja."berikan aku makanan dan minuman terbaik." dia menyodorkan dua koin pertama, "dan tip untuk nona yang memberi hiburan." Dan menyodorkan dua koin terakhir ke pelayan tersebut.

Tanpa ragu pelayan tersebut langsung menyambar keempat koin di meja dan menyimpan disaku baju.

"Silahkan tunggu pesanan akan disiapkan." Kata pelayan tersebut dan segera membalik badan melangkah menuju dapur.

Menunggu pesanan datang Andreas melihat sekeliling, karena hari lebih dari tengah hari pengunjung tavern jadi sedikit sepi karena tidak ada lagi orang yang membeli makan siang atau sekedar beristirahat dan membeli minuman.

Serta orang yang masih ada di tavern berdasarkan appraisal tidak ada yang berprofesi sebagai sellsword atau memiliki skill bertarung meskipun ada beberapa yang pernah melakukan tindak kriminal.

Andreas berjalan meninggalkan mejaku dan berjalan menuju tempat yang terlihat seperti resepsionis penginapan, disitu dia menemukan seorang pria paruh baya sedang mengecek buku.

"Aku ingin memesan kamar." Kata Andreas

"Kau ingin kamar pribadi atau kamar bersama, kamar pribadi seharga 5 stag per hari sudah termasuk makan malam dan sarapan sedangkan kamar bersama seharga 30 penny tanpa makanan, jika kau punya uang lebih ada baiknya kau menyewa kamar pribadi karena aku tak bisa menjamin barang-barangmu jika kau tidur dikamar bersama." Kata resepsionis tersebut dan langsung saja Andreas meletakan 5 stag dimeja depan resepsionis tersebut.

Resepsionis tersebut langsung mencatat nama dan menyodorkan kunci kamar."kamarmu ada dilantai 2 kamar paling ujung, kalau ingin memesan se ember air hangat itu seharga 5 penny atau tambahan lilin seharga 3 penny." Tambahnya

Andreas kembali ke meja, duduk santai mengecek senjata yang dia bawa sambil menunggu pesanan datang, tak lama berselang, pelayan yang tadi dia ajak berbincang menghampiri dengan membawa nampan berisi makanan cukup banyak dan dua buah gelas kayu berukuran cukup besar.

Melihat makanan yang cukup banyak dan merasa tak sanggup menghabiskannya, Andreas mengajak pelayan tadi untuk sedikit berbincang dan makan bersama.

Andreas mencoba salah satu hidangan daging dan merasa tidak begitu cocok dengan lidahnya yang terbiasa makan makanan yang kaya rempah, dia mencoba makanan lain atau mengkombinasikan beberapa hidangan dan berhadap ada yang cocok dengan lidahnya namun hasilnya tetap sama.

Tanpa disadari oleh Andreas, pelayan yang menemaninya makan melihatnya seperti orang kaya yang baru pertama kali merasakan makanan orang biasa.

"Kenapa tuan muda, apa makanannya tidak cocok dengan lidah bangsawan anda?." Kata pelayan tersebut dengan nada sedikit sarkas.

"Kalau boleh jujur, masakannya terlalu hambar untuk lidahku. Di tempat asalku rempah sangat murah dan mudah dicari sehingga banyak makanan yang kaya rempah." Kata Andreas, dan jawab dengan anggukan oleh orang didepan

Setelah itu kedua orang tersebut menikmati makanan dengan tenang karena tidak ada bahan pembicaraan.

Saat makanan sudah habis Andreas meminum ale yang disediakan, meskipun dia tidak begitu menyukai minuman beralkohol tapi masih lebih baik daripada air yang tidak jelas kebersihannya.

"Aku akan istirahat dikamar lantai dua paling ujung, kau bisa mengirimkan air hangat dan lilinnya sebelum makan malam." Kata Andreas sambil merapikan barang bawaannya, lalu meninggalkan pelayan yang masih memakan hidangan yang tersisa cukup banyak dimeja.

Andreas meninggalkan area tavern dan naik ke lantai 2, dikamar paling ujung dia menemukan ruangan yang terlihat cukup nyaman dengan sebuah meja dan kursi kayu, lemari yang cukup besar serta tempat tidur yang terlihat empuk dan nyaman.

Andreas meletakkan barang bawaannya di meja, lalu melepaskan zirah yang dipakainya tapi tidak memasukanya ke inventori agar tidak ada yang curiga, lalu dia berganti dengan t-shirt dan celana panjang karena merasa tidak nyaman memakai zirah seharian.

Kini Andreas merasakan nyamannya berbaring diranjang yang nyaman dan empuk, karena besok dia harus kembali melanjutkan perjalanan.