webnovel

reincarnation of a demon god (sub Indonesia)

Arth adalah seorang penulis yang terus menulis tentang sejarah dunia, dan itu berkaitan dengan kisah dirinya sendiri. Dia terus menceritakannya dalam buku-buku yang sulit dipahami orang awam. Dari waktu ke waktu, para arkeolog terkejut melihat salah satu buku Arth karena sangat tepat dengan sejarah dan temuan para arkeolog. Akhirnya, para arkeolog menjadi tertarik padanya, dan menjadi tertarik pada kisah-kisah yang diceritakan Arth. Tapi tujuan Arth adalah menemukan kekasih masa lalunya (Erina). Dan ternyata Arth adalah yang terakhir dari orang-orang di dunia Darkness Light (nama sebelum bumi). Arth adalah satu-satunya yang masih hidup karena dia adalah pembunuh yang sebenarnya. Arth dulunya adalah dewa yang dijuluki dewa sihir, tetapi dia tidak menaati bangsanya sendiri sampai dia berubah menjadi iblis. Seiring waktu sesuatu terjadi yang membuat Arth berubah menjadi manusia dan memulai pengalaman hidup barunya sampai saat pembunuhan tiba. ************** banyak sekali ramalan yang mencegah hancur nya dunia itu. namun, jika takdir mengatakan demikian maka tidak seorang pun yang bisa keluar darinya. namun, kehidupan itu bisa diulang lagi dengan mencari sejarahnya. ************* "dunia akan hancur oleh seseorang yang membangkang bangsanya sendiri karena ia mempunyai tujuan". itulah dialog yang dibuat oleh seorang dewa peramal (Zabtaruk). dan orang yang membangkang bangsanya sendiri adalah Silvanus, Siestina dan Arth. para dewa terus mencoba untuk mencegah ketiga orang ramalan tersebut dengan taktik mereka sehingga banyak sekali terjadi konflik. namun, dari konflik itulah dunia Darkness Light hancur. nama Darkness Light adalah nama sebelum bumi yang digunakan oleh suku-suku Totem (kuno). karena mereka yakin bahwa bumi ini sebagian gelap dan sebagainya lagi bercahaya (siang dan malam).

laundry86 · Fantasy
Not enough ratings
88 Chs

rencana jahat Raka

Suasananya begitu indah dengan sorotan matahari yang sangat panas. Kami masih mencoba untuk tetap berjalan walaupun keadaannya sangat panas.

"Ini kesempatan bagi ku" ujar Erina yang berada di samping Arth. "Hey Arth! Mau sampai kapan kita terus berjalan di jalan yang panas ini?" Ujar Erina yang salah memilih topiknya.

"Sampai tiba di tujuan. Kenapa kamu bicara begitu? Apa kamu lelah? Apa kamu haus?" Ujarku yang khawatir pada Erina.

"Beruntung! Tidak ku sangka bahwa topik ku sangat tepat" ujar Erina di dalam hatinya.

"Apakah Ada sesuatu yang salah?" ujar ku sambil melihat pada Erina yang berkelakuan sangat aneh.

"Tidak! Aku cuman lelah" jawab Erina dengan senang.

"Apa kamu masih bisa berjalan? Jika perlu, aku akan menggendong mu!"

"Hehe. Ada kesempatan lagi" ujar Erina dalam hatinya. "Iya! Aku lelah Arth! Aku tidak bisa berjalan"

"Jika kamu tidak bisa berjalan, itu akan menyulitkan. Apa kamu ingin di gendong?" Ujar ku yang prihatin pada Erina.

"Iya tentu. Terimakasih!" Jawab Erina sambil tersenyum-senyum sendiri.

"Kalau begitu! Naiklah" ujarku sambil membungkukkan diri. Dan aku langsung menggendong Erina.

Aku berjalan sambil menggendong Erina. Erina begitu senang saat di gendong oleh ku, sangking senangnya Erina bahkan tersenyum-senyum sendiri.

"Aku jadi teringat momen ketika Arth memelukku! Walaupun itu memalukan" ujar Erina di dalam hatinya. "Ini akan menjadi momen terindah bagiku"

"Erina! Tubuh mu sangat dingin dan basah. Apakah kamu sakit? Apakah kamu ingin minum?" Ujar ku.

"Bagaimana kamu tau" ujar Erina dengan perasaan malu.

"Aku menggendong mu. Aku memegang paha mu tanpa penghalang dan rasanya paha mu sangat basah dan dingin" jawab ku.

Tiba-tiba Erina menyadari itu, Erina merasa malu karena pahanya di pegang oleh Arth. Sangking malunya, bahkan wajah Erina mulai memerah dan memalingkan wajahnya.

"Aku yakin kamu sakit. Bahkan wajahmu juga memerah. Apa perlu kita istirahat dulu disini?" Ujarku.

"Tidak! Lagi pula aku di gendong! Itu juga aku sudah senang kok" jawab Erina. "Kenapa aku malah memerah dalam momen ini?" Ujar Erina yang malu.

"Erina! Aku minta maaf tentang ibu mu" ujar ku yang mengerti perasaan Erina.

"Tidak apa-apa! Kamu telah melakukan yang terbaik bagi ku. Aku juga bersyukur karena kamu berhasil keluar dari reruntuhan rumahku. Itu juga sudah cukup bagi ku. Yang penting bagi ku sekarang adalah bisa memiliki mu sebagai pengganti mereka" ujar Erina.

Erina begitu nyaman saat ku gendong. Bahkan, Erina memeluk ku sangat erat sekali.

"Erina! Kenapa kamu di gendong oleh Arth?" Ujar Ginny yang melihat kami.

"Erina sakit!" Jawab ku pada Ginny.

"Ku kira tidak!" Jawab Ginny yang jengkel.

"Kenapa kamu tahu?"

"Aku juga perempuan! Jadi aku tahu" jawab Ginny ketika melihat wajah Erina yang memerah.

"Apa maksudmu? Kau iri?" Tiba-tiba Erina marah.

"Aku tahu apa maksudmu!" Jawab Ginny yang juga marah.

"Sudah cukup! Aku bosan melihat kalian berdua bertengkar" ujar ku sambil berteriak.

Tiba-tiba mereka berdua diam dan saling meminta maaf.

"Ingat! Tujuan kita untuk pergi ke pulau kura-kura, bukan untuk berkelahi dalam masalah sepele" ujar ku dengan jengkel.

"Iya maaf" ujar mereka berdua.

************

Hari menunjukan tengah siang. Cuacanya sangat panas, apalagi dengan pasir yang kami injak, pasirnya begitu panas dan tandus.

"Apa kamu yakin bisa bertahan?" Ujar ku pada Erina saat memegang pahanya yang begitu basah, dingin dan lembut.

"Ya! Aku baik-baik saja!" Jawab Erina.

"Kalau begitu aku harap kamu bisa bertahan sampai kita sampai di tujuan. Untuk sebelum aku minta maaf karena gara-gara aku kamu menjadi ikut dalam masalah ini" ujar ku yang menyadari bahwa kerajaan itu hancur karena gara-gara aku.

"Tidak apa-apa! Karena mu, aku bisa disini dan merasakan hal-hal yang membuat ku bahagia" jawab Erina yang tidak tahu kenapa rumahnya hancur.

"Terimakasih"

"Arth! Bolehkah aku tidur di punggung mu?" Ujar Erina dengan niat mengambil kesempatan.

"Tentu! Aku akan terus menggendong mu sampai kamu sembuh" jawab ku yang mengira bahwa Erina sakit.

"Terimakasih"

Erina tertidur di punggungku dengan nyaman, walaupun cuacanya sangat panas dan terik.

"Siestina! Apakah perjalanan kita masih jauh? Mau sampai kapan kita terus berjalan di tempat yang sangat tandus ini" ujar Ginny.

"Sampai kita sampai! Mau gimana lagi, ini jalan satu-satunya bagi kita menuju pulau kura-kura" Jawab Siestina. "Ngomong-ngomong! Kenapa kalian ingin sekali pergi ke pulau kura-kura?"

"Karena katanya di sana semua penduduknya di lindungi oleh makhluk legendaris kura-kura. Kamu tahu kan! Bahwa kami sekarang sedang di incar oleh para dewa. Jika kami di pulau kura-kura, mungkin makhluk legendaris dapat menakuti para dewa" jawab Ginny.

"Ada benarnya juga! Aku juga di incar oleh para dewa karena aku telah melakukan sesuatu! Itulah kenapa aku bisa berada di sini, karena aku melarikan diri dari mereka. Jika kita ke pulau kura-kura, apakah kita bisa di terima oleh penduduk yang ada di sana?" Ujar Siestina.

"Aku tidak tahu. Tapi tidak salahnya untuk mencoba" jawab Ginny.

"Aku mengerti perasaan kalian. Aku juga khawatir jika penduduk pulau kura-kura mendapatkan masalah karena gara-gara kita yang datang. Jika kita berlindung di pulau kura-kura, maka para dewa tidak akan tinggal diam, mereka akan terus menyerang kita. Bahkan, mereka juga akan menyerang penduduk pulau kura-kura" ujar ku yang khawatir. "Akan tetapi aku tidak ada jalan lain untuk melindungi kalian dari masalah ini" ujar ku sambil melihat pada Erina.

"Tenang! Kam ada makhluk legendaris di sana yang bisa melindungi kita" ujar Ginny yang mencoba untuk menghibur kami.

"Ku harap begitu"

************

Sementara itu. Raka dipanggil oleh Orba untuk mendiskusikan rencana untuk membereskan Siestina dan yang lainnya. Orba telah memanggil nya ke hadapan Orba.

"Jadi. Apa rencana mu tentang itu" ujar Orba.

"Aku akan bekerja sama dengan Hiuga! Katanya, dia sudah pura-pura menjadi teman mereka, bukan begitu? Jadi rencana ku adalah untuk mendekati mereka yang di sebut dengan pertemanan. Jika mereka sudah menganggap bahwa aku adalah teman mereka. Maka aku akan berada dekat dengan mereka. Dan jika berada dekat dengan mereka, aku akan melakukan pembunuhan secara sembunyi-sembunyi" jawab Raka dengan yakin.

Mendengar itu Orba cukup puas dengan jawaban dari Raka dan ia bisa mengandalkannya. "Kalau begitu laksanakan lah dengan cepat"

"Akan ku laksanakan!"