Dari kejauhan Lyra melihat, Steve yang sedang berdiri sendirian. Lyra pun menghampiri Steve.
"Steve, apa yang lakukan disini?" Tanya Lyra memegang wajah Steve yang memucat.
Steve hanya diam, namun hanya menatap Lyra. Lyra yang kebingungan, tidak tahu harus bagaimana. Semuanya tampak berwarna putih, dan tidak ada orang yang lewat. Hanya Steve saja yang berdiri mematung di depan Lyra. Lyra pun lari mencari pertolongan, siapa tahu ada orang.
Lyra sungguh tidak tahu, dia berada dimana. Yang pasti tempat yang ia pijak seperti kotak, tapi bukan kotak. Pelahan - lahan, cahaya berwarna putih mulai meredup, Lyra berlari menuju Steve karena ketakutan. Akhirnya, cahaya putih hilang. Begitu pula dengan Steve. Lyra yang tampak terkejut, melihat Steve menghilang. Mulai memanggil - manggil nama Steve. Namun, tidak ada suara yang terdengar. Lyra yang tampak bingung tidak tahu harus bagaimana. Dirinya merasa tidak memiliki jalan keluar.
"Tempat yang aku pijak sekarang berwarna hitam. Bagaimana aku bisa menemukan jalan keluar?" Lirih Lyra putus asa.
Sebuah cahaya putih, yang terlihat seperti kunang - kunang menghampiri nya. Cahaya putih terang itu memberi isyarat untuk Lyra mengikutinya. Lyra pun mengikuti cahaya itu, dan sampailah di sebuah tempat. Di dalamnya terdapat banyak bola - bola kaca indah. Lyra mengambil bola tersebut dan melihat di dalam tersebut.
Dalam bola tersebut terdapat dirinya dan Steve. Lyra mulai mengingat - ingat mimpinya yang waktu itu ia mimpikan, ternyata memang ada benarnya.
"Bola ini seperti bola kaca yang berisi kenangan." Guman Lyra.
Lyra pun berjalan, menghampiri bola - bola kaca yang berwarna putih. Lyra mengambilnya dan tidak melihat apa - apa.
"Kenapa kosong?" Pikir Lyra.
Lyra mengmbil bola kaca yang lain, yang lain memiliki isi. Setelah di banding - bandingkan ternyata bola ini, memang berbeda dari bola lainnya.
"Ada yang aneh, tapi kenapa?"
Lyra tiba - tiba tergerak hatinya untuk mencari cara agar bola kaca itu memiliki isi, sama seperti bola lainnya. Lyra pun berpikir, ada ia harus memecahkan bola itu.
"Tapi, kalau di pikir - pikir, jika bola itu di pecahkan. Dan ternyata bola kaca ini kosong, percuma saja kalau di pecahkan." Kata Lyra dengan menghela nafas.
Seseorang dari belakang pun menepuk, bahu Lyra. Lyra yang terkejut, dan berpikir. Tidak ada orang lain, selain dirinya.
"Kenapa bisa ada orang?" Guman Lyra.
Dengan berani Lyra membalikkan badannya. Dan melihat dari atas ke bawah. Saat Lyra melihat ke atas. Lyra melihat Steve yang tersenyum pada nya.
"Katakan jika ini bukan mimpi." Kata Lyra dengan mata berkaca - kaca.
"Ini mimpi Lyra, tapi kamu harus memecahkannya." Jawab Steve sambil memegang pipi Lyra.
"Tapi bagaimana?" Tanya Lyra bingung.
Steve melihat kearah bola kaca yang di pegang Lyra. Dan mengambilnya dari Lyra.
"Sebuah cerita ada yang belum tertulis, kamu harus dapat menemukan cerita yang hilang itu. Aku akan membantu mu Lyra. Karena aku juga sedang mencari apa yang kamu cari." Kata Steve sambil menarik Lyra ke untuk duduk di ruangan yang berisi bola itu.
"Cerita apa yang hilang?" Tanya Lyra.
"Entahlah, bagaimana bisa kamu sampai kesini?" Tanya Steve bingung dengan kehadiran Lyra.
"Tidak tahu, aku hanya tiba - tiba saja sampai kesini. Aku tadi bertemu denganmu, wajah mu sangt pucat. Tiba - tiba cahaya hitam menyelimuti cahaya putih, dan dirimu hilang begitu saja. Lalu sebuah cahaya putih menuntun ku kesini." Jelas Lyra.
"Hm, sudah kuduga. Kita akan memecahkan hal ini bersama - sama." Kata Steve sambil menggenggam tangan Lyra erat.
"Iya. Dan ya, tempat apa ini?" Tanya Lyra penasaran.
"Ini adalah tempat memori kenangan buruk dan indah. Memang tidak terlihat dari luar bola, saat kamu melihat nya lebih dekat. Kamu akan tahu apa isi dalamnya." Jelas Steve.
"Bagaimana bola ini bisa ada di ruangan ini?" Tanya Lyra lagi.
"Bola ini ada, karena kita sudah berjanji akan hidup bersama di kehidupan selanjutnya. Dan semua bola ini adalah kenangan masa lalu kita." Jawab Steve.
"Andai saja, aku melindungi dan membawamu ke tempat lebih jauh, pasti dulunya kita pasti sudah bahagia. Aku harap di kehidupan sekarang, kita dapat menyelesai cerita kita." Kata Steve sambil mencium kening Lyra.
"Tapi bagaimana caranya?" Tanya Lyra.
"Dengan bersama - sama mencari jawabannya Lyra. Secara perlahan, namun pasti." Jawab Steve dengan tersenyum.
Lyra pun ikut tersenyum dan melihat - lihat bola yang ada disana, Lyra melihat berbagai kenangan nya bersama Steve sewaktu di masa lalu. Bahkan Lyra tertawa melihat sesuatu yang lucu dalam bola itu. Mata Lyra perlahan - lahan mulai lelah dan mengantuk. Begitu pula dengan Steve yang mulai mengantuk.
"Tidurlah Lyra. Kita akan bertemu nanti di dunia nyata." Kata Steve sambil mengelus rambut Lyra dengan lembut.
Keduanya terlelap dalam, padahal mereka berdua sedang bermimpi. Hanya saja mimpi mereka membawa mereka pada sebuah teka - teki yang harus di pecahkan.
...
Lyra kemudian membuka mata nya, dan menatap langit kamar. Dan memegang pipinya, lalu mencubit nya.
"Nyata tapi itu mimpi."
Lyra melihat kearah jam. Lyra kemudian menelepon Steve dan meminta Steve untuk menemui dirinya di cafe dekat rumah pantinya.
"Halo Steve, ada hal yang ingin aku bicarakan."
...
Dari pintu cafe tampak Steve masuk ke dalam, dan melihat Lyra yang sedang menunggunya di dalam cafe sedari tadi.
"Lyra, ada apa kamu meminta ku kesini." Tanya Steve, kemudian duduk di depan Lyra.
"Jadi begini, semalam aku bermimpi. Apa kamu bermimpi juga?" Tanya Lyra untuk memastikan benar atau tidak.
"Menurut mu?" Lyra pun menantap mata Steve lekat - lekat dan tersenyum.
"Kamu bermimpi apa yang aku mimpikan." Kata Lyra tersenyum kearah Steve.
"Kamu benar." Steve kemudian mencubit hidung Lyra.
"Jadi apa yang harus kita lakukan untuk mencari tahu apa isi bola itu? Cerita apa yang hilang?" Tanya Lyra yang tidak sabaran.
"Hm, cerita? Cerita apa ya?" Kata Steve lalu berpikir untuk mengingat - ingat sesuatu.
"Seperti kita tidak akan bisa menemukan jawabannya." Lirih Lyra.
"Bisa Lyra, mungkin waktu yang akan membawa kita pada jawaban tersebut." Kata Steve sambil memegang tangan Lyra.
"Tapi bagaimana? Sampai kapan kita harus mencari jawabannya?" Tanya Lyra.
"Entahlah, soal itu aku belum memastikan. Yang jelas akan tiba saatnya." Kata Steve dengan pasti.
"Dan ya, apakah kamu mengingat sesuatu tentangku?" Tanya Steve penasaran.
"Iya, aku mengingat nya sedikit. Kamu adalah anak dari saudagar dan setiap hari belajar dirumah. Aku adalah pelayan pribadimu." Jawab Lyra.
"Kamu benar, kamu sepertinya sudah mengingatnya sedikit demi sedikit." Kata Steve senang.
"Begitulah, tapi kita harus segera mencari jawaban itu."
"Iya Lyra, kita akan menemukan jawabannya. Tapi bukan sekarang."
"Terkadang waktu akan membawa dirimu kepada suatu hal yang mungkin tidak dapat kamu duga sebelumnya."