webnovel

Blackout

"Hei, Daniel! Tolong ambilin bolpoin itu!"

"Jennifer, Ini udah siang! Ayo kembali!"

"Apa kamu ngga ingin pergi ke luar pagar ini?"

"Entahlah, aku merasa panti asuhan ini udah jadi rumahku.."

13 tahun lalu, Daniel dan Jennifer adalah teman akrab semenjak mereka masih di panti asuhan Arcmont. Selalu bersama kemanapun mereka berada.

"Kenalin, ini teman baru kita.. namanya Edward. Mulai sekarang dia akan bermain bersama kita, mohon bantuannya, ya!"

Ibu pengasuh memperkenalkan anggota baru dari panti asuhan kecil itu di depan anak-anak yang lain. Edward seringkali terlihat menyendiri, walaupun Daniel dan teman-teman lainnya mencoba mengajaknya bergaul.

-

Malam itu...

Suara kencang motor dari kejauhan kian mendekat. Setelah dari kantor kepolisian, Jean dengan segera kembali ke toko yang sekaligus menjadi markas. Tampak pintu masuk tak terkunci, ia pun langsung masuk dan mencari rekan-rekannya, Aaron dan Doktor Z. Guna mengamankan keberadaan mereka.

"Aku tidak menyangka hal seperti ini akan terjadi. Ayo ikut aku!" Seru Jean sambil menarik tangan Aaron yang sedang menonton siaran misterius di televisi.

"Tunggu, kalian mau kemana?" Tanya Doktor Z yang berdiri di belakang sofa menghadap televisi.

"Mereka kemungkinan mengincar Aaron, jadi akan aku bawa dia ke tempat yang aman, sementara kau tetap di sini." Jelas Jean sambil tergesa-gesa untuk pergi.

Di lapas, dalam lorong penjara yang sunyi, secercah listrik terpercik dari kabel-kabel di tembok. Cercahan itu membesar dan mulai merambat melalui dinding-dinding besi sel penjara, merusak kunci pintu sel dan membebaskan para tahanan.

"Malam ini adalah malam kebebasan kalian!" Ujar wanita misterius dari televisi kecil di meja sipir. Wanita yang sama yang muncul di videotron.

Rambatan listrik semakin membesar, membentuk sesosok makhluk berwarna kuning yang dipenuhi listrik.

"Dynavolt akan menuntun kalian menuju kebebasan di luar sana." Borgol-borgol canggih itupun dengan mudah terbuka, para tahanan kabur dari penjara dengan membawa berbagai senjata yang berhasil diperoleh. Berlari di antara lorong-lorong, menghalau sipir, menuju cahaya di luar pintu.

Diiringi sirine yang mendengung, militer bersenjata lengkap telah berjaga di depan lapas. Menahan para tahanan agar tidak kabur.

Para tahanan tak berkutik ditodong senapan laras panjang. Jalan buntu. Dari balik kerumunan tahanan yang mengangkat tangan, Marc datang dengan borgol penahan Avatar yang telah terlepas.

"Ini kah saatku menjadi berguna? Membantu orang-orang?" Gumam Marc menatap barisan militer dengan rompi anti peluru yang berjaga.

Matanya seketika memutih, otot-ototnya mengejang, Svier memberontak dari dalam tubuhnya. Makhluk buas itu keluar dan dengan cakar tajamnya, ia menyerang barisan militer.

"Dor! Dor! Dor-dor!"

Tembakan-tembakan tidak memberikan perlawanan yang signifikan. Perbedaan kekuatan berhasil mengacaukan formasi polisi militer, Svier berpijak dan melompat dari satu tameng ke tameng balistik yang lain.

Sementara itu, Jean yang membonceng Aaron terhenti di tengah jalan, dihadang oleh siluet orang yang tertutup kabut.

Listrik terpercik, merambat dari tiang-tiang listrik menyambar ke lampu jalan, menyala dan menerangi jalanan malam itu. Sorot lampu menjelaskan sosok siluet itu, seorang wanita paruh baya bertubuh sedang dan berambut panjang, mengenakan jubah putih dan hak tinggi.

"Aku menemukanmu, Aaron." Katanya perlahan melangkah mendekat.

Jean pun dengan segera berbalik arah untuk kabur dari wanita itu.

"Jlarrr!"

Sosok mahluk humanoid dipenuhi listrik menyambar, menghadang di depannya. Dynavolt, makhluk yang sama yang membebaskan para tahanan.

"Jean, aku bisa membantumu." Bisik Aaron dari jok belakang.

"Tidak perlu, jangan gunakan kekuatan itu. Terlalu beresiko." Jean pun memacu motornya dengan kecepatan tinggi, menerobos penjagaan Dynavolt.

"Jean! Sebenarnya kenapa kau membawaku kabur?! Aku masih belum paham, ada apa ini?" Tanya Aaron dengan suara angin yang menutupi teriakannya.

"Karena kau telah membunuh Daniel, rekannya. Ada kemungkinan ia ingin membalas kematian rekannya padamu."

"Jlarrr! Jlarrr! Jlaarrrr!" Dynavolt secepat kilat terus mengejar mereka berdua.

"Aaron, kita akan keluar dari kota ini." Melihat Dynavolt yang bisa muncul dari mana saja, Jean berencana menuju tempat yang tak terjangkau listrik, agar aman dari kejaran makhluk listrik itu.

Pasukan militer tampak kewalahan menghadapi Svier. Para tahanan kabur dari sergapan dan berpencar ke segala penjuru kota. Malam gelap gulita memudahkan mereka bersembunyi, walaupun cahaya bulan cukup menerangi malam.

"Dor!" Sebuah tembakan meleset menghujam tepat di jantung Marc. Dalam sekejap ia terbujur kaku.

"Apa... impianku... telah tercapai?" Marc pun tewas di bawah sorotan lampu helikopter.

Avatar akan menjadi makhluk yang bebas jika penggunanya mati saat Avatar tersebut dipanggil.

Makhluk buas itu semakin tak terkontrol setelah Marc tewas. Cakar raksasanya merenggut nyawa beberapa militer, beberapa lainnya terluka berat. Melihat sudah tidak ada perlawanan dari pihak militer, Svier pun pergi. Memanjat dinding-dinding tinggi di antara rumah-rumah. Menuju tempat yang tak diketahui.

Matahari mulai menyingsing, menandakan hari sudah pagi. Jean membawa Aaron ke sebuah bangunan yang tak terawat di pinggiran kota. Semak-semak memenuhi lantai, tanaman liar menjalar ke tiang-tiang rapuh yang menyangga.

"Sementara kau akan aman di sini. Aku akan menyelesaikan ini." Ucap Jean sambil menyalakan motor naked-bike nya.

"Hei Jean, kenapa kau dan Doktor Z melarangku untuk membantu kalian? Rekan-rekanmu sudah tidak ada, kan? Jadi biarkan aku yang menggantikan mereka." Aaron bertanya lirih.

"Hmmm.. jadi dia sudah menceritakan itu kepadamu. Aku hanya tidak ingin kau bernasib sama seperti rekan-rekanku seperti yang dia ceritakan, lagipula kau juga tahu efek samping dari kekuatan itu."

Jean meninggalkan Aaron seorang diri. Di gedung itu, dari puluhan bangkai kursi, hanya ada satu kursi yang masih utuh di samping meja besar. Kemungkinan dahulu ini adalah gedung ini dihuni banyak orang.

Ia mulai penasaran dengan bangunan tak terawat itu, di beberapa sudut tampak bekas gosong terbakar api. Dengan langkah perlahan-lahan, ia menuju ruangan di sisi jauh ruangan Aaron berada.

"G-GEDUNG APA INI?!!" Betapa kagetnya Aaron, matanya tertuju pada tengkorak-tengkorak manusia yang saling bertumpukan di balik pintu ruangan itu. Seketika itu rasa kantuknya pun hilang.

"A-a-aku harus segera pergi!" Dalam ketakutannya, ia bergegas untuk pergi dari gedung tiga lantai itu. Sayangnya tak semudah itu, seseorang telah menunggunya di depan pintu masuk.

Like it ? Add to library!

Kiseekicreators' thoughts