webnovel

PERTENGKARAN KECIL

Pagi ini setelah aktivitas pagi selesai, aku dan Mbak Syakila berjalan kaki santai menuju lokasi tempat kami kerja. Jalan kaki selain hemat ongkos, kita juga bisa menikmati udara segar kan? Senangnya pas tiba-tiba calon kekasih hati datang mengejutkan.

"Selamat pagi Killa dan Mery," sapa laki-laki gagah itu. Kedua mataku tidak bisa berkedip menatap pesona senyum Mas Hari Abimanyu.

"Pagi juga, Abi. Kamu jalan kaki? Mana motornya, masa iya, jalan kaki." Mbak Syakila tidak percaya jika Hari Abimanyu benar-benar berjalan.

"Motornya dibawa teman Killa, aku sengaja ingin jalan kaki agar bisa bertemu kalian berdua," sahut Hari tersenyum.

"Kamu kurang kerjaan banget sih, Mas Yuyu. Nanti juga kita bertemu kan di tempat kerja," timpalku.

"Mau bagaimana lagi, namanya juga rindu jadi tidak bisa ditunda atau ditahan lebih lama. Rindu itu berat soalnya," celetuk Mas Hari Abimanyu yang membuat hati ini melayang tinggi ke udara.

"Berapa perempuan yang Mas Yuyu godain? Pasti sudah banyak, jangan jadi playboy cap kadal, dong." Aku sengaja meledek dia tapi Mas Yuyu justru tersenyum manis tidak marah.

"Tanya Mbak Killa, aku itu pemuda baik hati sedunia mana mungkin jadi playboy. Jika Mery mau menikah dengan aku dijamin pasti bahagia," bisiknya di telingaku. Aku langsung mendorong badan dia agar menjauh dari tubuhku.

"Kalau bicara jangan terlalu, dekat. Sana menjauh!" pekikku.

"Jangan galak gitu sama Abi, dia betul cowok baik dan masih sendiri, mana punya pacar," celetuk Mbak Syakila membela Mas Hari Abimanyu yang sudah dikenal dua tahun lalu.

"Kasih paham, Killa anak solehah seperti aku masa dibully playboy," gerutu Mas Hari mencubit kedua pipiku dengan gemas. 

"Jangan sentuh!" Aku berteriak tapi dia tetap saja bertingkah menyebalkan, Mbak Syakila hanya tertawa melihat sikap temannya yang agresif dan menyebalkan.

"Mbak tolong!" jerit aku yang ditinggalkan oleh Mbak Syakila dia berjalan setengah berlari menjauh dariku.

"Jangan teriak begitu nanti dikira orang, aku berbuat kurang ngajar sama kamu," jelas Mas Yuyu mencoba membuat aku menjadi lebih tenang.

"Kamu jangan seperti ini makanya, Aryna malu." Aku memanggil diri sendiri dengan nama Aryna, iya itu namaku.

"Mery jangan malu-malu, Kitakan teman tapi demen," ujarnya tersenyum tipis.

"Bisa tidak aku minta sesuatu?" Aku bertanya serius sambil menatap wajah laki-laki di depanku.

"Apa?" tanya dia penasaran dengan apa yang aku minta, terlihat dari ekspresi wajahnya yang tegang.

"Mas Hari jangan panggil aku Mery, dong. Mau ya, panggil Aryna saja." Aku memohon padanya, rasanya tidak enak jika dipanggil Mery, bagaimana jika ada orang lain dengan nama Mery semantara nama aku sama sekali tidak ada kata Mery kan? 

"Astaghfirullah, kirain kamu mau minta hati dan jantung aku," ledek Mas Hari Abimanyu.

"Aku serius," ucapku pura-pura marah dengan melipatkan kedua tangan di dada.

"Baiklah, Aryna. Nama kamu terlalu indah, kamu gadis pertama yang membuat hati aku jatuh cinta," bisiknya.

"Benarkah? Sayangnya, aku tidak percaya!" Aku menginjak kaki Mas Hari Abimanyu setelah berlari meninggalkan dirinya. 

Usiaku baru 18 tahun, jujur aku punya rasa tertarik bahkan mungkin jatuh cinta pada pandangan pertama ke sosok Mas Hari Abimanyu, tapi tetap saja jika melanggar amanah dari ayah seperti berdosa. Lalu aku harus bagaimana? 

Sepagi ini hati aku dibuat melayang-layang oleh dia, di pintu gerbang terlihat Nirmawan dan Kak Kelara yang katanya suka dengan Pak Cakra duda keren.

"Aryna aku mau bicara sama kamu," ajaknya menarik lembut tanganku ke samping kiri pabrik.

"Kak Kelara mau ngomong apa?" tanyaku polos tidak tahu dia bakal marah dan mengancamku.

"Kamu anak baru kan? Jadi jangan coba-coba sok cantik, sok kecantikan di depan Pak Cakra, paham!" pekiknya. Dada aku merasa sangat sakit, ayah dan ibu saja tidak pernah memaki seperti dia, inilah kehidupan di ibu kota. Tidak semua orang baik, bahkan yang terlihat manis dan baik seperti Nirwana tidak tahu dengan hatinya.

"Kak Kelara maksudnya apa?"  tanyaku tidak mengerti.

Dia menoyor kepalaku dengan keras sambil memaki lagi. "Jangan pura-pura polos!"

"Aku bertanya serius, maksudnya Kak Kelara apa?" tanyaku lagi.

"Kamu jangan ganjen sama Pak Cakra, dia gebetan kakak sepupuku, toh, kamu sudah punya pacar kan? Security miskin lebih cocok untuk kamu!" ejek Nirwana semakin membuat aku kesal tapi aku ingat pesan ibu, harus bersikap sabar dan tegar di manapun berada. Ibu pernah berkata jadilah orang yang baik, jika ada yang berbuat jahat pada kita jangan dibalas, sebab jika dibalas artinya sama saja. Perbuatan jahat hanya cukup dilawan dengan senyuman dan doa.

"Kak Kelara tenang saja, Aryna tidak mungkin suka atau mau berhubungan dengan Pak Cakra kok, dia lebih pantas jadi ayah untuk saya, dibandingkan sebagai kekasih," kelasku agar Kak Kelara senang mendengarnya.

"Bagus, dari tadi harusnya kamu ngomong begitu. Kalian sana masuk kerja sebentar lagi bel berbunyi!" perintah Kak Kelara staf administrasi yang cinta mati ke Pak Cakra duda keren berusia sekitar 40 tahun lebih.

Aku dan Nirmala berjalan berdampingan, "Kak Kelara itu galak jadi sebaiknya kamu jangan cari masalah sama dia. Kamu sudah pacaran belum dengan Hari Abimanyu?" tanyanya kepo.

"Tenang saja aku juga tidak suka ribut apalagi rebutan duda, aku masih terlalu kecil," sahutku tersenyum.

"Baguslah, kamu pacaran gak? Jawab dong, ih." Nirwana kesal aku belum menjawab pertanyaan dia.

"Aku sama Mas Hari Abimanyu baru kenalan, jadi mana mungkin pacaran," sahutku jujur.

"Tapi sepertinya kalian berdua saling suka," ujar Nirwana.

"Dia memang konyol, sudah bilang suka terlalu cepat, jadi aku belum percaya." Wajahku mungkin marah sebab malu.

"Wah, selamat artinya Abi nembak kamu dong, udah terima saja cinta dia," tukas Nirwana mendukung aku untuk pacaran.

"Aku belum siap menjalani hubungan percintaan," jawabku.

"Aku umur 18 tahun sudah pacaran lebih dari 20 kali, putus nyambung hal biasa, sekarang jomlo rasanya hati menjadi sepi." Nirwana jadi curhat.

"Kamu nikmati saja kesendirian sekarang, mungkin lebih merasa bebas dan bahagia," timpalku tersenyum semangat menghadapi kehidupan yang seperti roda selalu berputar.

Bel berbunyi kita masuk di tempat bagian yang sama. Aku dan Nirwana satu profesi kita dibagikan Helper.

Pak Cakra mendekatiku, tapi aku sengaja menghindari dia dengan pura-pura ke toilet.

"Kenapa ya, Pak Cakra mempet aku terus? Jangan sampai duda itu, ah tidak mungkin." Aku bertanya pada diriku sendiri lalu membuang jauh-jauh pikiran negatif. Ponselku bunyi pesan dari Mas Hari Abimanyu ternyata.

[Semangat kerja cantik, kenapa tadi meninggalkan aku sendiri]

[Mas Hari Abimanyu, kita kan baru kenal belum lama, jadi jangan terlalu cepat bicara soal cinta, Aryna tidak suka.] 

[Kamu kok bicara begitu? Namanya juga cinta pada pandangan pertama, maaf jika kamu tidak suka. Namun cintaku tulus sama Aryna, serius. Meskipun usia kamu masih muda, tapi jika serius mau menikah, pasti aku setuju.]

Aku langsung kaget, ketika dia membahas soal menikah, belum cinta dia diterima sudah bahas ke masa depan yang lebih rumit. Menikah bukan hal yang mudah bukan? Usia 18 tahun masih kecil dan aku belum siap menjalankan bahtera rumah tangga, meskipun ada juga para wanita memilih menikah ketika berumur dibawah 20 tahun, itu hak mereka. Namun aku belum ingin menikah saat ini, melainkan ingin kerja, kerja, dan kerja cari uang untuk ayah dan ibu.