webnovel

Re Life In Anime World

Saya seorang otaku yang hanya suka berdiam diri di kamar sembari menonton anime terkadang melihat manga erotis. Aku mungkin seorang manusia yang gagal namun aku tetep berpendirian teguh pada budaya otaku ku ini, aku tak ingin keluar untuk sekolah ataupun berinterkasi, aku tidak ingin sama sekali. Orang tua ku bahkan sampai tak peduli lagi padaku, namun dibalik ketidak pedulian mereka, mereka masih lah orang tua yang sayang padaku, tak lupa setiap hari mereka menyisakan makanan untuk ku makan. Suatu hari aku menonton anime yang bercerita tentang kehidupan sosial, disitulah aku menonton dan menonton hingga aku merasakan hatiku bergejolak. "Mengapa diriku menjadi seorang pecundang seperti ini? Aku harus mengubah hidupku ini!" Aku berlari keluar kamar untuk mengatakan kepada orang tua ku bahwa diriku akan berubah, namun naas aku tersandung plastik makanan ringan dan menghantam lantai kamar dengan kepala terlebih dahulu. Pandangan ku kabur, saat ku sentuh dahi ku darah terlihat di tangan ku, saat itu pula Tuhan mengambil nyawa ku. #jika ada kata yang kurang tepat, segara komen agar cepat di perbaiki dan kalian bisa lebih enjoy dalam membaca cerita ku

U_ardi · Anime & Comics
Not enough ratings
273 Chs

208.) Muda Berwarna

Ku lihat Oono kesusahan dalam menjawab soal, karena aku kakak yang baik ya ku coba membantu.

"Sini biar ku bantu, coba lihat soalnya" ucap ku

"Aku tidak yakin jika kakak bisa"

"Yakin saja, aku ini kandidat peserta olimpiade sains mtk" balas ku lalu merebut buku soalnya

Aku berpikir sejenak.

"Bisa?" tanyanya

"Bisa, tapi hasilnya rumit, kurasa ini soal tidak akan keluar di pts" ucap ku padanya

"Rumit gimana?"

"Ya seperti ini harus di turunkan, lalu eliminasi, hasil a subtitusi ke bagian satunya, lalu turunkan lagi dst" ucap ku

"Apa benar seperti itu, tapi di buku caranya tidak seperti itu"

"Itu namanya soal hots, soal yang melenceng dari bab, jadi kamu perlu pemikiran lebih terbuka, tapi jika tetap mau menjawab sini bukumu biar ku jelaskan"

Oono tampak ragu ragu.

"Beneran bisa?" tanyanya sekali lagi

"Bisa bisa, sinikan bukumu dan mendekat"

.

Ku jelaskan dengan cara yang panjang dulu sebab itulah dasarnya, lalu setelah paham ku jelaskan dengan cara singkatnya.

"Ini apaan petik dua begini?" tanyanya

"Itu namanya turunan dobel, kamu belum sampai situ materinya, agak pusing jika aljabar masuk di turunan namun jika bisa ya mudah mudah saja" balas ku

"Tapi cara yang panjang beneran seperti ini?"

"Iya begitu, jika beda dengan guru paling ia menggunakan rumus satunya"

"Wow, kakak memang hebat, mau tanya yang lain juga jika begitu" ucapnya

"Yang mana lagi" balas ku dengan sombong

.

20 menit kemudian.

"Keren, 20 soal terjawab" ucap Oono

"Mudah kok soal seperti itu, asal teliti dan paham soalnya yang di tanya apa, pasti bisa" balas ku

"Itu mungkin hanya untuk mu kak, tapi terima kasih sudah membantu"

"Sama sama, sekarang sudah jam 9 malam, aku mau berhenti belajar, kamu masih mau lanjut?" tanya ku

"Masih, kakak duluan saja"

"Baiklah" balas ku

Aku gabung dengan ibu di ruang tamu untuk nonton tv.

"Selasa besok dan Sabtu aku mau keluar bu" ucap ku

"Keluar kemana?"

"Mau les melukis"

"Ok ibu izinkan"

"Ok sip, oh iya apa Oono chan sudah ibu bawai kunci rumah cadangan?" tanya ku

"Kunci cadangan hanya satu, itupun kamu yang pegang, kamu duplikatkan ya"

"Mana uangnya?" tanya ku

"Inilah dark joke" kata ibu

😒

"Pakai uang mu ya, ibu belum gajian"

"Ini masih tanggal muda ibu!!" keluh kesah ku

"Apa iya, bukanya sudah tanggal 8?"

"8 tidak ada angka di depannya!"

"Tapi itu gabungan dua angka nol loh"

"Dasar"

"Oh iya ibu mau tanya, kamu kan sekarang punya uang, apa kamu masih berniat kuliah di Miyagi uang universitas Shinomiya itu?" ibu bertanya

"Masih, aku ingin menjelajahi dunia ini sebabnya" balas ku

"Lalu kamu mau kerja di sana juga?" ibu bertanya lagi

"Iya, ada tawaran menarik tentu saja aku pilih yang menarik lah"

Ku lihat ibu jadi sedih.

"Ibu tidak sedang nge prank kan?" tanya ku

"Apanya yang nge prank, ibu hanya merenung sedikit tadi, ibu ingin yang terbaik untuk mu, tapi di satu sisi ibu susah jika hidup jauh dari anak ibu yang sudah menemani ibu sejak lama" after that ibu menangis

"Ibu, tunggu Oono chan selesai SMA, Aku di Miyagi akan menabung untuk beli rumah, itupun jika bisa sih, tapi jika berhasil mari pindah ke sana, daripada mengontrak di sini"

"Kamu yakin bisa? Harga tanah di sana sekarang sudah sangat mahal, rumah di dekat perusahaan saja sudah di kuasai oleh Shinomiya group, tanah kosong paling berjarak 1 km dari lokasi, itupun harga rumah sederhananya saja 30 - 40 juta yen"

"Ibu ini niatnya sedih atau berpikir matematika sih"

"Ibu sedih ini"

"Ya sudah jika sedih ya sedih saja jangan bawa bawa harga rumah, lagian di sana ku dengar ada apartemen murah juga, jadi jika belum kesampaian beli rumah ya tinggal di apartemen saja dulu"

Ibu memegang tangan ku.

"Khusus untuk kasus ini, ibu rela keluar uang berapa pun untuk beli rumahnya, kamu tinggal bilang saja, nantinya ibu akan tabung uang ibu" ucapnya

"Hmm begini saja, ibu tabung uang hasil kerja ibu, untuk makanan biar aku yang urus dan untuk tagihan biar aku saja juga"

"Oke deal" ucap ibu

"Kenapa aku berpikir aku di rugikan di sini jika ibu bilang seperti itu ya" ucap ku

"Tidak masalah, tagihan bulanan sedikit kok, cuma 30 rb yen"

"Ya ya ya"

.

.

Jam 10 aku bersiap ke kamar.

"Oono chan, segera tidur dan jangan belajar terus" ucap ku

"Iya tunggu sebentar nii san"

Ku raih pulpen nya dan ku tutup bukunya.

"Ingat kesehatan mata mu, kamu masih muda dan minusmu sudah termasuk tinggi, jangan menambah kerusakannya, nilai mu tidak tinggi tidak masalah, kerja bukan hanya nilai yang jadi penentu nantinya, MCU (medical check up) juga jadi penentu" ucap ku padanya

Oono diam setelah ku marahi.

"Sudah tidur sana, ibu sudah di kamar" suruh ku

"Baiklah, tapi ini biar ku beresi dulu" balasnya

"Ya, jangan lupa gosok gigi dan cuci kaki mu" suruh ku

"Baik"

..

Di kamar ku.

Rebahan dan lihat ponsel sebentar.

Cek grup bad boy.

Tidak ada yang mengajak jalan ya sudah ku tutup lagi ponsel ku.

.

Pergi ke meja belajar lalu melanjutkan menulis novel.

Berikan anggapan satu jam dapat 6000 kata, satu bab berisi 3000-6000 kata, sementara satu volume biasanya ada 6-15 bab.

Jadi satu volume anggap saja 3 hari selesai dengan 2 hari pengecekan sekaligus revisi.

Tapi sayangnya anggapan di atas hanya berlaku bagi seorang amatir, seorang pro tidak mungkin bisa menyelesaikan seperti itu, sebab perlu pertimbangan dalam menulis dulu agar saat revisi tidak banyak yang perlu di ubah.

Tapi karena the power trapped, aku bisa seperti anggapan di atas, sebab model awal cerita itu, lancar di awal namun ngadat di pertengahan hingga akhir.

.

Jam 12 malam, diriku masih fokus dengan laptop, sekarang sudah di bab 7 dan masih berlanjut.

Selasa 9 Februari, jam 4 dini hari.

Menembus bab 13, ku push terus hingga aku mau pingsan ini.

Jam 6 aku sudah kelenger, namun usaha ku tak sia sia, LN volume pertama akhirnya selesai!!.

Lanjut buat ilustrasi, tapi pertama buat cover buku dulu.

Tok tok

"Nii san bangun, ibu menyuruh mu mandi" ucap Oono

"Oke aku sudah bangun ini"

Masih fokus menggambar.

Jam 7 pagi.

"Nii san ibu marah jika kamu tidak segera keluar kamar!" teriak Oono

"Iya iya" balas ku lalu membuka pintu kamar

Hoammm, aku menguap

"Masih mengantuk?" Oono bertanya

"Masih, aku belum tidur semalaman, tapi tenang saja di sekolah aku bisa tidur, sudah sana aku mau ke kamar mandi dulu"

"Umm" balasnya sambil mencerna kata kata ku

.

Melewati meja makan.

"Kamu apa begadang Haruka?" ibu bertanya

"Iya, teman ku ngajak mabar pou" balas ku

"Hmmm, jangan di biasakan begadang, lihat kantung matamu itu, lagian ini ujian kan?"

"Tenang, nanti aku bisa tidur di sekolah kok bu" balas ku lalu masuk kamar mandi

Mandi 10 menit, lalu kembali ke kamar untuk ganti sragam sekolah.

Jam 7.30 sarapan.

Jam 8 baru berangkat sekolah.

"Kamu yang depan ya Oono chan, aku tidak punya tenaga ini" ucap ku padanya

"Baiklah"

"Tapi sebelum naik, biar ku katakan dulu, ini termasuk sepeda besar jadi aku sarankan pasang gigi tinggi agar ringan saat di kayuh"

"Iya iya"

.

Oono sudah naik, giliran ku naik di bocengan belakang.

Pegangan pinggangnya Oono chan.

"Uhhh" ucap Oono kaget

"Oh kamu tidak suka ku pegang ya, maaf maaf, biar aku pegangan di belakang jika begitu" ucap ku

"Iya pegangan di belakang saja, aku risih" balasnya

.

Oono mulai mengayuh.

"Ringan kan?" tanya ku

"Iya ringan, harganya berapa kemarin kakak bilang?"

"100 rb yen" balas ku

"Harga memang tidak menghianati barang"

"Iya, kamu fokus saja ku depan aku mau rehat sejenak"

"Baiklah"

.

10 menit kemudian sampai di area sekolah dan aku masih merem.

"Haruka dan siapa itu?" pikir Yumi yang melihat ku(di sini Yumi belum tau jika Oono tinggal bersama ku)

Pertanyaan juga muncul di antara teman teman ku dan yang mengenal ku.

"Stop" ucap Kirin sensei menghentikan kami sebelum masuk ke area sekolah

Citt

Kepala ku membentur punggung Oono.

"Aduh duh, kenapa berhenti mendadak Oono chan" tanya ku

Aku melek dan melihat sekitar.

"Eh Kirin sensei, pagi" ucap ku

"Kalian ini jika mau tebar pesona jangan di sekolah, Haruka turun" ucap Kirin sensei

"Siapa yang tebar pesona sensei?" tanya ku

"Ya kalian ini"

"Sensei, wanita ini adalah adik ku, jadi mana mungkin kami pacaran, sensei aneh aneh saja, dahlah Oono chan segera masuk dan parkiran sepedanya" ucap ku

"Eits, Haruka tetap turun walaupun kalian sodaraan, pokoknya di larang berboncengan"

"Sensei, jika berboncengan di larang ngapain di buat tempat duduk belakang?"

"Ya untuk barang, sepeda itu bukan untuk berboncengan, itu bahaya"

"Hmmm ya sudah ya sudah, Oono chan turun saja biar aku yang parkiran sepedanya"

"Umm"

"Kamu sudah tau kelas mu kan?" tanya ku

"Sudah"

"Nah sekarang kalian boleh masuk" kata Kirin sensei

"Oke"

.

Jam 8.25 tiba di depan ruangan ujian ku.

"Huh sudah sepi, mereka sudah masuk ke ruangan ternyata" ucap ku

Aku segera masuk ke ruangan juga sebelum terlambat.

Persiapkan alat tulis dan papan ujian lalu duduk di tempat ku.

Bahasa inggris adalah ujian pertama.

Pengawas membagikan soal lalu lembar jawaban.

Langsung ku jawab pilgannya sebanyak 40 dulu, setelahnya essainya sebanyak 10 soal

Jam 8.46.

Ku cek sekali lagi jawaban.

Setelah ok, barulah aku maju ke depan untuk bilang bahwa aku telah selesai mengerjakan.

"Kamu Haruka?" pengawasnya bertanya padaku

"Iya pak, memangnya ada apa?" tanya ku

"Kamu tidak curang kan?" tanyanya balik

"Gak, memang nya kenapa?"

"Ya guru guru bilang, kamu selesai cepat lalu jawaban mu ya bisa di bilang banyak yang benar" balasnya

"Itu karena saya belajar dengan giat pak, saya izin keluar dulu pak jika begitu"

"Eh kamu sudah selesai dalam 20 menit?" pak guru bertanya karena kaget

"Iya pak"

"Hmm, ya sudah jika begitu silahkan keluar"

.

Setelah keluar ruangan, aku buru buru ke uks untuk tidur di sana.

.

Ku buka pintu uks.

"Haruka" ucap penunggu uksnya

"Sensei" balas ku

"Tidak ada tiduran lagi di sini, pergi dari sini" ucapnya

"Sensei, aku pusing perlu obat ini" kata ku

"Selasa minggu lalu kamu juga bilang begitu, tapi nyatanya kamu malah mainan ponsel di sini"

"Ini beneran aku pusing, aku kebanyakan kerja part time, hingga jam tidur ku kurang, lihat kantung mata ku ini" ucap ku sambil menunjuk

"Ya itu urusan mu bukan urusan ku, pokoknya dilarang tiduran di sini"

"Hmm ya sudah"

Ku tutup lagi pintunya lalu pergi ke kantin untuk tiduran di sana, tapi pesan camilan dulu.

Rebahan di bangku pojokan, lalu seorang guru datang.

"Nak, segera kembali ke ruangan ujian mu, ini belum waktunya istirahat" ucapnya

Aku melek lagi.

"Pak aku sudah selesai mengerjakan ujian ku, aku sedang istirahat ini, jadi tolong give me time for me rest" ucap ku

"Oh, ternyata sudah ku kira belum dan malah membolos, ya sudah jika begitu, nikmati waktu istirahat mu"

"Thanks sir" Ucap ku

"Sama sama"

Note : Haruka tau yang ia ajak bicara adalah guru bahasa inggris jadi ya ia rasa tidak masalah berbahasa Inggris saat berbicara dengannya.

.

Merem lagi, hingga jam 10 akhirnya bel berbunyi.

Aku bangun untuk makan camilan yang ku beli tadi dulu.

Ringg!!

"Halo ada apa?" ucap ku

"Nii san di mana, bento mu masih padaku ini" kata Oono

"Aku ada di kantin, kamu datanglah ke sini" ucap ku

"Baiklah, tunggu aku"

5 menit kemudian Oono datang.

"Mau di makan sekarang bekalnya?" tanyanya

"Gak, kamu pesan saja camilan di sini, makan di sini menemani ku" ucap ku

"Eh, jika jadinya begini lebih baik aku belajar tadi"

"Shutt, belajar banyak banyak itu tidak baik, percaya saja pada takdir tuhan nantinya" ucap ku

"Tapi aku belum mempelajari bab yang mungkin akan keluar saat tes"

"Oono dengarkan aku, orang yang membuat contekan saja belum tentu contekannya keluar, sedangkan kamu baru materinya kan, jadi jangan di buat pusing, hidup tuh ya di buat b aja gitu" ucap ku

"Tapi"

"Percaya dengan ku, kamu mau kentang gorengnya?" tanya ku

"Emm baik mau"

"Ini belilah pakai kartu ku, beli yang lain pun boleh" ucap ku

"Di sini tidak pakai uang?"

"Untuk transaksinya tidak, kami menggunakan kartu yang isinya saldo juga sebenarnya"

"Lalu caranya dapat kartu?"

"Kamu lihat mesin di sana itu?" tanya ku

"Iya lihat"

"Nah kamu scan kan saja id pelajar mu, lalu masukan uang di sana, tapi pilih yang buat kartu jangan isi saldo"

"Oh baiklah aku akan buat sekarang saja"

"Ya terserah kamu"

.

5 menit kemudian Oono datang dengan ayam dan kentang goreng ukuran sedang serta minum es teh.

"Ini kartu kakak, di sini ternyata sama di Hokkaido ya, ku kira mahal" ucapnya

Ku terima kartu ku.

"Di sini termasuk mahal, di hokkaido juga mahal karena kawasan wisata, kamu bagaimana tesnya tadi apa sudah kenal juga dengan teman mu?" tanya ku

"Tesnya lancar, semua jawaban oke, untuk teman aku baru mengenal beberapa orang saja"

"Baguslah, ku kira kamu itu orangnya introvert"

"Kakak salah menebak, aku ini extrovert dulu di SMA ku saja aku jadi pengurus osis"

"Jadi pengurus Osis belum tentu bukti bahwa kamu itu mudah bergaul, sekarang ku tanya, saat kamu menjabat jadi pengurus apa pernah pegang acara?" tanya ku

"Jika jadi ketua acara belum, tapi jika jadi sekretaris ataupun bendahara acara sudah"

"Wow, itu cukup membanggakan juga, aku jadi kepo dengan kehidupan mu di Hokkaido sana, selain ikut osis kamu ikut ekskul juga?"

"Ikut namanya ekskul pemecah ombak, kerjanya ya memancing lalu di nikmati sendiri hasilnya"

"Apa seru memancing itu?" tanya ku

"Kakak tidak pernah memancing?"

"Gak"

"Rasa seru ketika dapat ikan kamu menarik pancingan dan boom sensasi ikan naik ke permukaan sangat hebat" kata Oono

"Benarkah? Kapan kapan mari memancing kalau begitu, tapi di sini adanya sungai, apa bisa sensasinya seperti itu?"

"Entahlah mungkin saja bisa"

15 menit berlalu.

"Aku duluan kak" ucap Oono

"Ya silahkan, aku juga mau masuk ruangan, nanti saat istirahat ke taman sekolah saja ya"

"Yang depan itu?"

"Iya"

"Oke"

.

Tes selanjutnya adalah Ekonomi.

Untuk yang ini tidak ada cara singkat, tapi ada trik di cara menjawab pilgan.

Yaitu yang mendekati berarti itu jawabannya.

.

Tapi ya tetap saja itu perlu hitungan yang lama.

.

Soal 40 ku jawab dengan waktu 1 jam, ya lumayan lah untuk tidur di sisa waktunya.

Tapi kali ini aku tidurnya di dalam ruangan saja.

Jam 12 bel, makan di taman seperti yang di janjikan, jam 1 masuk kelas lagi untuk tes terakhir hari ini yaitu bahasa jepang.

.

Jam 2 pulang, tapi si Oono belum keluar ruangan, jadi ku tunggu dulu.

Jam 2.20 ia datang, lalu goes menuju toko duplikat kunci dulu, jam 3 ke mini market beli bahan makanan.

.

Jam 3.30 pulang.

.

"Kamu nanti jaga rumah ya, aku mau keluar untuk les melukis" ucap ku pada Oono

"Baik Nii san"

"Aku mau mandi, kamu mau ikut?" tanya ku

"Gak"

"Oh ya sudah"

"Bisa tidak sih, jangan jadikan hal tidak senonoh jadi bahan candaan?" Oono bertanya

"Bisa, tapi nanti tidak seru, jadi biarlah begini"

.

Jam 3.45 berangkat, jam 4 sorenya sampai di lokasi.

"Halo bro Yatora" ucap ku

"Hai, bagaimana tes mu tadi, ku lihat juga tadi kamu berboncengan dengan cewek siapa dia?" Yatora bertanya

"Kamu yakin dia cewek?" Yuka bertanya

"Yakin lah, orang dia punya dada" balas Yatora

"Mau mengejek ku ya" kata Yuka

"Sudah jangan bertengkar, cewek yang berboncengan dengan ku itu adalah adik ku, namanya Oono, dia dari Hokkaido" balas ku

"Sejak kapan ibumu hamil lagi?" Yatora bertanya

"Jangan jangan kamu hamil sendiri ya" Kata Yatora

"Dijaga mas kata katanya, Oono itu sama ayah beda ibu"

"Kenapa dia pindah memangnya?" Yuka bertanya

"Ayah ku dan ibunya Oono meninggal di kecelakaan mobil, jadi ia pindah kemari"

"Oh begitu rupanya"

"Iya begitu, sudahlah ayo masuk ke kelas, aku sudah tidak sabar untuk berlatih" ucap ku

"Baik baik"

.

Sekarang kelasnya adalah menggambar patung.

Membosankan namun ya biarlah, menggambar patung itu melatih cara menggambar bayangan.

"Silahkan gambar objek yang di depan, nanti kita nilai bersama sama, jika ada yang perlu di tanyakan silahkan angkat tangan" ucap pembimbingnya

"Hanya dengan pensil ya, baiklah kita mulai" ucap ku

Gambar matanya dulu, hidung, mulut lalu bentuk wajahnya telinga dan terakhir rambutnya.

"Lumayan lumayan" ucap ku

Ku lihat jam 4.15

"Heh baru 15 menit ternyata" ucap ku dalam hati

Ku lirik peserta lain, mereka rata rata masih di tekstur muka, ini aku yang kecepatan atau mereka yang terlalu lambat ya.

Ku perhatikan gambaran ku, lalu ku bandingkan dengan gambaran orang lain.

"Oh ternyata punya ku kurang mendetail sepertinya" pikir ku

Ku coba perbagus lagi gambarannya hingga seperti aslinya.

Saat penilaian.

"Haruka silahkan maju ke depan" ucap pembimbingnya

Aku maju dan menujukan gambaran ku.

"Ini sudah bagus, kamu malakukan pengarsiran secara baik, bayangan terbentuk sempurna, 9,5/10 menurut ibu"

"Terima kasih sensei" ucap ku

Aku kembali mundur.

Kulihat hasil karya yang lain, ya biasa saja tidak sebagus diriku, mungkin ya tingkatan ku sudah berbeda dari mereka.

Jam 6 pulang.

"Mau kemana ini langsung pulang atau bagaimana?" tanya ku ke Yatora dan Yuka

"Lha bagaimana, mau mampir dulu?" Yuka bertanya

"Mampir ke udud dulu di pinggir sungai?" saran ku

"Yok gasken"

.

Mampur ke mini market langganan dulu untuk transaksi rahasia rokok dan beli beberapa snack (uangnya ya iuran)

"Sebungkus bae bang" ucap ku

"Nih" balasnya

Ku serahkan uang 600 yen dan ku terima rokoknya plus korek gasnya.

.

Lanjut ke pinggir sungai.

Ngempush dulu.

Bercerita susah senang dan impian di masa depan.

"Yuka, kamu apa sampai nanti akan tetap berdandan seperti wanita?" tanya ku

"Entahlah, mungkin ya jika aku bertemu jodoh ku dan mungkin tidak jika aku bertemu jodoh ku juga" balasnya

"Jodohnya bisa laki bisa perempuan ya" ucap Yatora

"Bagaimana jika kamu tetap berdandan wanita tapi cari jodoh wanita? Kan enak tuh masih bisa ena ena dan kamu tetap bisa mempertahankan penampilan mu sekalian" kata ku

"Mana mungkin ada yang mau, tapi jika wanitanya penyuka sesama jenis bisa saja sih, tapi nih ya ketika di ranjang dia bakal kaget, eh kok berbatang, eh kecil lagi hahahahah" ucap Yatora sambil bercanda

"Diamlah brengsek, kamu tidak memecahkan masalah" ucap Yuka

"Ya siapa juga yang mau memecahkan masalah mu, kamu sudah salah di awal tapi masih kamu lanjutkan jadi ya sudah terima keadaannya bwekk" ucap Yatora

"Oi jangan seperti itu, ada alasan di suatu tindakan, jadi pastinya Yuka punya alasan tersendiri, don't judge other by the cover, bisa saja dia ada masalah keluarga dan menjadi wanita adalah pelampiasannya" ucap ku yang ternyata ngena benget dengan keadaan Yuka saat ini dan bodoh nya aku tidak tau itu

"Kamu memang teman yang baik, bahkan lebih baik dari teman masa kecil ku ini Haruka terima kasih" balasnya dengan sedih

"Nih udud, lupakan kata kata ku tadi maaf" ucap Yatora

"Mana bisa bangke!"

Slapped by right hand.

.

Ring!!

Ponsel ku berbunyi.

"Apa Oono chan" tanya ku

"Nii san mau makan di rumah atau di luar?"

"Di rumah, kalian makan dulu tidak masalah, nanti aku panaskan sendiri saja makanannya" balas ku

"Baiklah, nanti ku bilang pada ibu"

"Yoi"

.

Lanjut udud lagi.

Jam 7.30 baru kelar.

"Ini masih sisa 10 batang, ada yang mau?" tanya ku

"Biar ku bawa saja, sabtu kita kumpul lagi" balas Yatora

"Baiklah, aku duluan kalau begitu"

"Yoi bye"

.

Naik kereta dan sampai rumah jam 7.45

.

"Aku pulang" ucap ku

"Selamat datang" balas ibu lalu langsung menghampiri ku dan membau mulut ku

"Eh" ucap Oono karena ia mengiranya ibu berciuman dengan ku

"Jangan salah paham, ibu hanya membau mulut ku" ucap ku pada Oono

"Kamu merokok ya" kata ibu

"Hanya 2 biji" balas ku

"Eh" ucap Oono

"Huhhh kamu merokok untuk apa sih, sehat tidak boros iya, bau iya sakit juga iya"

"Ibu, orang kaya mati orang miskin mati, raja raja mati, rakyat biasa mati, jadi jika memang takdir ku mati karena rokok yang ku hirup hari ini berarti itu memang kehendak tuhan" ucap ku menerangkan teori tidak jelas

"Jangan sok kepintar, kamu tau kan ibu tbc kemungkinan juga karena menghirup asap rokok, kamu mau sakit seperti ibu?"

"Ya tidak lah, orang sakit kok pengen di tiru, lagian aku merokok juga ada alasannya"

"Katakan alasanya!"

"Ya setia kawan, yang lain merokok aku ikutan" (tadi padahal Haruka yang mengajak)

"Jika ada yang mengajak tolaklah secara halus, merokok tidak menguntungkan!"

"Iya iya, aku masuk dulu lapar mau makan"

"Dengarkan ibu Haruka!"

"Iya ku dengarkan, ini sambil jalan ke kamar ku" balas ku

"Hmmmmm" ibu jadi kesal

"Sabar bu, efek remaja menuju dewasa" ucap Oono

"Oono chan!"

"Iya ibu!"

"Jangan sampai kamu ikut ikutan jadi seperti Haruka"

"Baik bu"

Ganti baju, lalu pergi ke dapur untuk cari makanan.

"Makanannya di kulkas kak" ucap Oono chan"

"Oke"

Ambil makanan di kulkas lalu masukan ke microwave.

Sambil menunggu ku lihat Oono belajar.

"Kakak sudah belajar?" Oono bertanya karena risih ku pandang mungkin

"Besok mapel ku hanya, sosiologi, seni musik, dan seni rupa, aku ahli di bidang itu"

"Jangan sampai menyesal di akhir loh" kata Oono

"Gak akan menyesal, btw kamu sekarang sepertinya sudah tidak malu ya jika memakai pakaian terbuka begitu ketika di rumah" ucap ku

Oono langsung menutupi dadanya.

"Aku tidak melihatnya oi" ucap ku

"Tapi mata kakak mengatakan sebaliknya"

"Kan mata tidak bisa berbicara, lagian jika kamu pemalu seperti itu juga buat apa, kamu punya berkah ya jangan di tutupi tapi ya jangan di umbar juga, bangga saja begitu, orang yang dadanya rata menginginkan seperti punya mu, eh kamu yang punya malah seperti tidak suka seperti itu" ucap ku

"Haruka, jangan ganggu adik mu, kamu segera makan dan belajar sana!" ucap ibu

"Iya iya, eh bu sabtu ngacara ke taman bermain yuk" ajak ku

"Gak bisa, Sabtu Minggu ibu lembur, ajak saja si Oono itu"

"Maksud ku kita bertiga, tes drive mobil baru juga, kamu tidak ada acara juga kan Oono chan?" tanya ku

"Sabtu minggu bukannya untuk persiapan festival hari senin, apa kelas kakak tidak ada?"

"Aku tidak ikut grup kelas, jadi ya tidak tau infonya"

"Loh bagaimana sih kakak ini, ini ulang tahun sekolah bukannya?"

"Lha terus kenapa, tahun lalu saja saat festival juga aku malah bolos ke warnet"

Ish ish

Next!!!