webnovel

Re Life In Anime World

Saya seorang otaku yang hanya suka berdiam diri di kamar sembari menonton anime terkadang melihat manga erotis. Aku mungkin seorang manusia yang gagal namun aku tetep berpendirian teguh pada budaya otaku ku ini, aku tak ingin keluar untuk sekolah ataupun berinterkasi, aku tidak ingin sama sekali. Orang tua ku bahkan sampai tak peduli lagi padaku, namun dibalik ketidak pedulian mereka, mereka masih lah orang tua yang sayang padaku, tak lupa setiap hari mereka menyisakan makanan untuk ku makan. Suatu hari aku menonton anime yang bercerita tentang kehidupan sosial, disitulah aku menonton dan menonton hingga aku merasakan hatiku bergejolak. "Mengapa diriku menjadi seorang pecundang seperti ini? Aku harus mengubah hidupku ini!" Aku berlari keluar kamar untuk mengatakan kepada orang tua ku bahwa diriku akan berubah, namun naas aku tersandung plastik makanan ringan dan menghantam lantai kamar dengan kepala terlebih dahulu. Pandangan ku kabur, saat ku sentuh dahi ku darah terlihat di tangan ku, saat itu pula Tuhan mengambil nyawa ku. #jika ada kata yang kurang tepat, segara komen agar cepat di perbaiki dan kalian bisa lebih enjoy dalam membaca cerita ku

U_ardi · Anime & Comics
Not enough ratings
273 Chs

16. Kehangatan Keluarga

Dua hari setelah perdebatan ringan.

Saat kerja, masih live di jam 8 malam.

Untungnya saat break.

"Pak, istri anda di larikan ke rumah sakit, kata tetangga anda istri anda mengalami pendarahan dan jatuh di lantai" Shuqi melapor

"Huh, kamu tidak bercanda kan Shuqi?" Aku langsung panik

"Saya baru mendapatkan informasinya langsung dari tetangga anda"

"Astaga, Shuqi buat rencana b, kita lakukan shooting lebih cepat, katakan ke bintang tamu kita akan selesai 30 menit lebih awal"

"Tapi bagaimana dengan istri anda pak?" Shuqi lebih khawatir

"Professional lebih utama, mari lakukan"

.

.

30 menit kemudian shooting kelar, aku langsung ke rumah sakit dengan diantar oleh layanannya antar jemput perusahaan.

Langsung cek kamar.

.

.

Ku temui istri ku yang terbaring di ranjang dan dokter ada di sampingnya.

"Bagaimana keadaan istri saya dok" Aku tanya tergesa gesa sebab Wanqiu tampak sangat lelah di sana

"Istri anda mengalami pendarahan ringan, namun untungnya ketuban tidak sampai pecah jadi bayi masih selamat, lain kali lebih berhati hati sebab saya rasa istri anda punya kehamilan lemah"

"Syukurlah, tapi ibu bayi juga tak masalah kan dok"

"Dia baik, hanya letih karena keluar darah, untung saja dia segera di bawa ke sini sehingga mendapatkan penanganan dan menghentikan pendarahan sekaligus menerima tranfusi darah"

Sebelumnya karena wanqiu tak setuju di kirim ke desa, aku pun tak langsung percaya juga dia akan baik baik saja, aku percaya jika tuhan itu adil, takdir kehidupan tak dapat di ubah namun aku mencoba mengubahnya, maksud ku jika di kehidupan lalu anak pertama ku meninggal, kemungkinan juga di kehidupan ini meninggal juga, tapi aku mencegahnya.

Alhasil ku bayar tetangga untuk mengecek kondisi Wanqiu selama 2 jam sekali saat aku tak ada di apartemen.

Untung saja keputusan ku saat itu benar.

.

.

Dokter pergi lalu aku juga pergi, beli beberapa makanan dan air minum.

Urusan pakaian akan ku urus besok.

.

Ketika kembali ke bangsal.

Ku lihat Wanqiu sudah sadar dan memegangi perutnya

"Suami, bagaimana dengan bayinya, apa masih!" Wanqiu sangat sangat khawatir

Aku duduk dan pura pura sedih.

"Hei suami, jangan diam saja bagaimana keadaan bayi di perut ku" Wanqiu panik

Aku menggeleng dan menangis.

Wanqiu memblakan mata sangat kaget.

"Suami jangan bercanda, aku hanya tersenggol sedikit samping meja, aku tersandung dan hal itu terjadi begitu saja, tidak mungkin kan ini terjadi!" Wanqiu menangis

"Jangan menangis, bayi mu baik baik saja" Ku hentikan drama ku karena tak tega mendengar tangisannya

"Hah, tapi kamu tadi menggeleng"

"Itu hanya drama agar kamu bisa merasakan kepanikan apa yang ku rasakan, sekarang kamu sudah sadar dengan bahayanya ketika aku tak di rumah, untung saja tetangga kita bertindak cepat dan membawa mu kemari, tak ada penolakan kali ini, kamu harus kembali ke desa!" Aku marah

Wanqiu menundukkan kepala dan tetap menangis.

"Kamu bukan anak kecil lagi yang menghadapi masalah dengan tangisan, kamu harus berpikir dengan logika untuk kedepannya, kita akan jadi orang tua atau tidak akan jadi orang tua jika kejadian ini terulang dan bayi gagal di selamatkan, kamu apa ingin hal itu terjadi!"

"Iya aku salah, aku minta maaf, tapi itu beneran karena tidak sengaja" Wanqiu membalas sambil menangis

"Maaf mu, ku terima dan kamu setelah keluar dari rumah sakit kamu akan ku antar ke desa, kamu tinggal pilih mau tinggal dengan ibuku atau ibumu"

"Tidak mau, kalau begitu aku akan selalu tinggal di rumah sakit saja"

"Dih, tambah tidak jelas saja kamu, dengarkan aku Istri, ini demi kebaikan mu dan bayi kita"

"Demi kebaikan apanya, jika aku kembali ke desa, kamu pasti merasa bebas dan keluyuran dan akhirnya berbuat buruk di belakangku, ya begitu kan!" Wanqiu sudah memikirkan ini sejak lama

"Astaga apa apaan pemikiran mu itu, aku kerja lelah letih banting tulang dan kamu tega berkata begitu, tak habis pikir diriku, sebenarnya apa yang terjadi padamu, hingga kamu hilang kepercayaan padaku, sudahlah terserah padamu saja kalau begitu, sakit hati diriku mendengar ocehan mu"

Aku pergi namun tangan ku segera di pegang bahkan Wanqiu hendak turun dari ranjangnya.

"Jangan pergi suami, aku mengatakan karena aku khawatir akan hubungan kita, aku tak bermaksud buruk sumpah demi tuhan"

"Biarkan aku sendiri dulu Wanqiu" Ucap ku pelan dan lelah

"Tetap di sini saja, tak perlu kemana mana" Wanqiu memohon

"Wanqiu lepaskan"

"Jika kamu tetap pergi maka aku akan tidak peduli lagi pada bayi di perut ku, bahkan nyawa ku sekalipun" Wanqiu sudah terbakar api cemburu

"Oke, baik aku tak akan pergi, kita bicara baik baik sekarang" Ku tenangkan dirinya lalu duduk di kursi sebelah ranjangnya

.

"Sekarang tidurlah" Suruh ku

"Tapi kamu tidak akan pergi kan!"

"Shutt, jadilah tenang dan tidur, kamu terlalu lelah dan aku akan tetap menemani mu di sini, jadi sekarang pejamkan mata mu"

Hajin menghindari pembicaraan lebih panjang sebab di situasi sekarang tak mungkin ada solusi selain mendinginkan kepala, Wanqiu sudah terbakar cemburu sedangkan aku terlalu marah karena tuduhannya padaku.

"Genggam tangan ku kalau begitu" Pinta Wanqiu

Ku genggam tangannya dan dibawalah tangan ku di pelukannya.

.

Ku tunggu sampai terlelap, terkadang ku usap lembut perutnya agar dia merasa nyaman.

Aku lelah namun aku tak bisa tidur jika begini kondisinya.

Terlalu banyak masalah yang ku pikirkan di kepala ku.

.

.

Jam 3 pagi.

Wanqiu bangun.

"Apa haus atau mau buang air kecil?" Tanya ku

"Antarkan aku ke kamar mandi tolong"

"Oke"

Ku pandu tubuhnya yang masih lemas itu ke kamar mandi.

"Sudah kamu tunggu saja di luar, aku kuat sendiri" Wanqiu

"Malu jika suami mu tau kamu kencing?" Tanya ku

"Jangan tanya, pokoknya tunggu saja di luar"

Tetap ku pandu ke kamar mandi, aku juga masuk ke dalam.

"Suami sudah ku katakan tunggu saja di luar"

Ku lepaskan celananya beserta celana dalamnya.

"Sudah sekarang kencinglah, tak usah malu, kaki mu masih belum kuat bahkan untuk berdiri sendiri, jadi mana mungkin ku biarkan kamu melakukan sendiri, kecelakaan di kamar mandi lebih berbahaya daripada di bagian rumah yang lain"

Wanqiu menurut.

"Tutup mata mu suami" Wanqiu meminta

"Oke oke, lakukan saja"

Surrrr

Bisa ku dengar suaranya dan itu membuat ku berasa mau ikut ikut mau kencing.

"Sudah" Wanqiu

Ku bantu dia memakaikan celananya kembali

.

Kembali ke tempat tidur.

"Suami Terima kasih" Wanqiu

"Ini sudah tugas ku, sekarang kembalilah tidur"

"Aku haus, ingin minum sedikit"

Ku ambilkan air mineral dari kantung plastik warung.

Buka tutup, pakai sedotan.

"Ini, minum perlahan"

.

.

Perhatian seorang suami pada istrinya jelas terlihat, namun perhatian istri pada suami sangat besar namun tidak terlihat.

"Sudah?"

Wanqiu mengangguk.

Tutup kembali dan biarkan sedotan di sana.

.

.

Wanqiu kembali tidur.

.

.

Jam 6 pagi.

"Aku pulang dulu, aku akan menitipkan mu pada perawat sebentar, aku perlu mengambil pakaian ganti, tidak masalah kan ku tinggal sebentar, jika ada perlu pencet bel di samping" Ucap ku ke Wanqiu

"Ya, kamu boleh kembali dulu"

.

.

Jam 7 balik lagi ke rumah sakit, membawakan makanan dan baju ganti.

"Sudah sarapan?" Tanya ku ke istri

"Belum, tuh masih di atas meja sarapan dari rumah sakit, aku tidak nafsu makan"

"Jangan begitu, tapi aku tau juga sih menu di rumah sakit itu gak terlalu enak, ini ku bawakan sup daging babi, biarkan aku menyuapi mu"

"Um"

.

.

Satu suapan.

"Suami, aku tau kamu akan tetap mengantar ku ke desa walaupun aku menolak, tapi aku punya sedikit permintaan apa boleh?"

"Katakan saja asal jangan yang aneh aneh"

"Tidak aneh kok, hanya begini, tunggu sampai kehamilan ku mengunjak 6 bulan baru kamu membawa ku kembali ke desa" Wanqiu menundukkan kepalanya takut suaminya marah

"Baiklah, aku bisa memenuhi itu, sebab aku tak bisa tiba tiba ambil cuti juga, perlu waktu 2-3 minggu sebelum cuti, jadi kamu akan tetap bersama ku"

"Benarkah?"

"Ya benar, jika aku berbohong kemungkinan besok aku langsung membawa mu ke desa, kamu penting namun pekerjaan ku juga tanggung jawab besar"

"Kamu benar, aku tak mau menyalahkan pekerjaan mu sehingga waktu mu padaku berkurang, namun aku hanya minta sedikit lebih banyak luangkan waktu sebelum kita pisah jarak"

"Kamu bahagia jika dekat dengan ku?" Aku tanya

"Sangat bahagia, bahkan lebih bahagia daripada saat bersama dengan orang tua ku sewaktu kecil" (Sebab Wanqiu sekarang tak terlalu mikir soal kebutuhan ekonomi)

"Aku pun begitu, tapi jika kamu memang bahagia maka percayailah aku, buang rasa cemburu mu padaku, aku ini kerja hanya kerja tak aneh aneh, minum minum saja paling hanya dua bulan sekali"

"Aku minta maaf soal semalam" Wanqiu teringat lontaran tuduhan dari mulutnya semalam

"Aku mengerti kamu khawatir, tapi tenangkan hati mu, pikiran saja aku selalu mencintai mu, baik sekarang buka mulut mu"

.

.

Sehari kemudian Wanqiu di perbolehkan pulang.

Kerja ku lanjutkan dan ku kirim surat ke desa, tepatnya ke keluarga Wanqiu, atau keluarga Su.

Wanqiu dalam sebulan akan tinggal di desa sampai anak kami lahir, jika ibu dan ayah mertua berkenan merawatnya aku akan senang, namun jika tidak aku bisa membawanya saja ke rumah ku, namun aku sedikit khawatir sebab Wanqiu tak terlalu mengenal mereka, takutnya dia malu dan malah memberikan tekanan pada dirinya sendiri.

Aku di sini mengakui jika tak punya banyak waktu untuknya, pekerjaan dengan banyak jam kerja membuat ku susah terus berada di sampingnya, aku khawatir jika dia terjadi apa apa ketika aku tak di rumah.

Jika ibu atau ayah mertua berkenan tolong balas surat ini, nantinya aku juga akan membantu keluarga Su, terutama jika adik adik Wanqiu akan menikah sebagai tanda terima kasih.

.

.

2 minggu kemudian dapat balasan.

Silahkan bawa Wanqiu kemari Hajin, kami menerimanya, lagipula kami orang tuanya, seharusnya kami yang berkunjung untuk membantu merawatnya.

Jangan repot repot juga soal bantuan mu pada adik adiknya, itu urusan kami.

...

.

Intinya mereka menerima Wanqiu.

.

.

Dua minggu kemudian.

Ku antar Wanqiu kembali ke desa dengan naik pesawat, demi menghemat waktu tempuh sebab cuti yang ku dapat hanya dua hari.

Berangkat jam 2 siang ( waktu shooting ku majukan jam 7-8, jadi saat siaran acara TITS tidak live melainkan hasil rekaman)

Kembali ku dua hari setelahnya, pagi jam 7.

.

.

Di pesawat.

"Aku gugup, ini pertama kalinya" Wanqiu

"Rileks saja oke, nanti kamu bisa muntah kalau terlalu gugup" Ucap ku

"Pegang tangan ku suami"

Ku turuti dan ku pegang.

.

Perjalanan selama 3 jam.

Tiba di ibu kota provinsi pukul 5 lebih 15.

Langsung menyewa taksi menuju kediaman ku terlebih dahulu, untuk menyapa keluarga sekaligus memberikan oleh oleh.

.

Perjalanan 45 menit hingga sampai di depan rumah ku.

Sorak sorak tetangga terdengar sewaktu melihat ku dan Wanqiu datang, ini wajar sebab aku sudah sukses sekarang.

"Kakak!" Qinqin yang pertama datang

"Jangan peluk, kamu sudah dewasa Qinqin" Tergur ku

"Hehe, maaf maaf"

Disusul ayah dan ibu dan sodara ku beserta keponakan dan kakak ipar.

"Kamu kenapa tak bilang jika akan datang hari ini, jika tau begini aku bisa menyuruh sodara mu menjemput mu di stasiun" Ibu mengira aku datang dengan kereta

"Ini mendesak bu, cuti ku juga pendek dan tiba tiba, jadi aku perlu memanfaatkan waktu"

"Sudah sudah ayo masuk, bicara di dalam dan lebih hangat" Ayah baik

"Kakak biar ku bawakan barang mu, kakak ipar juga" Huo dan Hanqi bersikap sopan (dia adik ku, anak ke 5 dan 6)

Ku berikan saja, sebab niatnya kami akan bermalam di sini sehari.

"Paman, kami memberi hormat" Sapa keponakan ku padaku (ada 8 keponakan ku, terbesar adalah Yu Fang, putri pertama sodara pertama Hyun dengan ipar Cha an

"Wah tak bertemu 7 bulan kamu lebih tinggi Fang, oh iya aku ada oleh oleh untuk para keponakan ku, tunggu sebentar"

Ku ambilkan satu toples permen coklat pada Fang.

"Bagikan ke sodara mu dengan adil ya, jangan serakah nanti tuhan marah oke"

Fang menerimanya

"Oke paman, terima kasih!"

Semuanya pergi untuk mencicipi permen.

"Kakak dan kakak ipar aku memberi hormat" Sapa ku ke kakak 1-3 dan ipar 1-3 begitu juga Wanqiu

"Tak perlu merasa hormat, kita sodara dekat" Kakak pertama yang menjawab

.

.

Di dalam rumah.

Masih seperti dulu dan tidak ada yang berubah.

"Kamu jadi menginap di sini nak?" Ibu tanya

"Jika ada ruang kami akan menginap, jika tidak tak apa kami mungkin langsung ke rumah keluarga Su saja bu" Ucap ku

"Ada ruang, rumah kita memang sempat tapi tetap ada ruang, kamu dan Istri mu bisa tidur di kamarnya Qinqin atau jika kurang luas kalian bisa menggunakan kamar ayah dan ibu" Ibu baik

"Kalau begitu kamar Qinqin tak masalah bu"

..

Bongkar tas dan memberi beberapa oleh oleh untuk keluarga.

Dua set pakaian untuk ayah dan ibu.

Satu set untuk tiap sodara dan kakak ipar.

Makanan ringan untuk keponakan dan khusus untuk Wanqiu ku berikan pernak pernik gelang emas.

Tentunya ku berikan secara rahasia, agar sodara yang lain tak iri, ini ku berikan karena aku masih ingat Qinqin ketika sembuh belum meminta apapun padaku jadi ku pikir gelang cocok untuknya.

.

.

.