Aku mempersiapkan peralatan ku untuk bertempur, sebenarnya hanya bawa jaket dan pedang sih.
"Kamu yakin mau menyusul mereka?" tanya sensei
"Murid murid mu itu terlalu barbar, jadi akan ku follow up mereka" balas ku
"Datang bernyawa pulang dengan nyawa juga" ucap sensei
"Tentu" balas ku
.
Ku keluar dari tempat persembunyian secara sembunyi sembunyi.
Berjalan ke arah hutan, sesuai dengan peta yang tadi di diskusikan.
Baru mendekat beberapa meter dari pusat desa.
Duar!
Ledakan api besar terdengar nyaring di telinga.
"Astaga baru juga 30 menit, sudah di mulai saja pestanya" pikir ku
Ku endap endap menuju tower penjaga depan karena api itu pandangan penjaga teralihkan sejenak, tak ku sia siakan kesempatan itu langsung ku ringkus di satu tower.
"Oke ganti kostum dulu" ucap ku lalu berganti kostum seperti orang orangan sawah ini
Penjaga di suruh turun tower, akupun ikut turun, dengan perlengkapan yang sama dengan penjaga tower.
"Segera bantu, ada penyusup di sini, katanya istri raja telah di culik, bantu temukan penyusupnya"
"Bagaimana penampilannya?" tanya penjaga satunya
"Mereka tidak pakai topeng"
Aku dalam hati setelah mendengar diskripsinya langsung paham, tapi apa iq mereka jongkok ya, apa mereka hanya membedakan musuh dari punya topeng atau tidak, tapi ya sudahlah.
Ku lari bersama ketika sudah sampai di kerumunan lebih padat aku mencari keberadaan teman teman mereka yang di tahan.
Ku cari di tiap rumah.
Rumah pertama ku temukan dalam kondisi hampir telanjang.
Aku masuk lalu menutup pintu, wanita itu sudah tidak peduli sepertinya akan diriku, pasti ia berpikir tubuhnya akan di gunakan lagi.
Ku gendong tubuh lemasnya, secara bridal style.
"Diam oke jangan teriak ataupun memberontak, ku pastikan hidup mu akan berlanjut jika kamu menurut padaku" ucap ku padanya
"Kamu bukan bagian dari mereka?" tanyanya
"Bukan, aku ini penumpang di kapal itu juga, diam dulu oke" ucap ku
Dia mengangguk.
Ku antar ia ke luar desa, sebab keributan tadi penjaga gerbang tidak ada, semua penduduk di luar desa jadi masuk semua.
"Kamu sembunyi dulu di dalam akar pohon ini, jangan takut aku akan mencarikan teman untuk mu" ucap ku
"Baik" balasnya
2 menit kemudian ku datang dengan satu wanita lagi.
3 menit datang lagi.
5 menit datang lagi namun kali ini sekaligus 5 wanita.
Aku istirahat dulu di dekat akar pohon.
"Dimana mereka menyimpan siswa laki laki?" tanya ku
"Mereka di perilaku sebagai budak, mereka tinggal bersama di gedung besar budak" ucap salah seorang wanita
"Oke terimakasih infonya, aku akan kembali sebentar lagi" balas ku
Mungkin ini kesempatan ku terakhir membawa orang keluar desa, sebab ya kekacauan sudah berjalan lebih dari 15 menit, kurasa pengalih perhatian sudah tertangkap.
Tapi aku tetap sembrono, mencari ke rumah rumah lagi, ketika dapat ku kumpulkan lalu ku bawa ke luar desa.
Terakhir di gedung.
Ketika mau masuk gedung.
"Bung, katanya penyusup ke sana ayo cari di sana" ucap penduduk padaku
"Kamu carilah, aku di suruh Ingo Tsurru berjaga di dalam gedung ini" ucap ku
"Siapa itu ingo Tsurru?" tanyanya curiga
"Itu Ingo no 9, Ingo baru di sini, tadi selepas pertarungan Egi di lantiknya" balas ku
"Oh aku ingat, jika begitu laksanakan tugas mu"
Ia pun pergi.
"Selamat, untung saja aku ingat salah satu Ingo dari cerita ini" pikir ku
Aku masuk, ke gedung pelacuran ini, jika ku ingat ingat dari alur cerita, wanita di tahan di ruang bawah tanah sebelum mereka di pertontonkan di ruang tengah, jadi sudah pasti di bawah tanah mereka semua.
Ku ringkus satu persatu penjaga dengan rapi dan tanpa suara, untungnya iq mereka tidak tinggi, mereka mungkin barbar tapi kemampuan bertarung mereka jauh dari rata rata.
Ku ambil kunci dari penjaga itu, ku luncuti pakaiannya dan topengnya, lalu mayatnya ku sembunyikan di kamar mandi.
Kurungan pertama ku buka ada sekitar 3 wanita, ku suruh mereka langsung pakai kostum orang orangan sawah yang ku bawa.
"Pakai itu jika ingin selamat, aku orang baik bagian dari kalian, cepat waktunya tidak banyak" ucap ku
Ada sebanyak 30 kurungan, rata rata ada 3 - 4 wanita tiap kurungannya.
"Astaga kenapa sebanyak ini" pikir ku
Pakaian yang tersedia hanya 20, sebab penjaga hanya segitu, lalu sisanya mau di kemanakan ini.
"Ada dari kalian yang bisa bertarung?" tanya ku
"Aku bisa memanah" ucap salah seorang wanita
"Aku bisa bermain anggar"
"Aku kuat"
"Baik kalian bantu teman kalian menuju ke lokasi ini ya, aku akan meringkus yang di jalan, jalan secara barengan, tutupi mereka yang tidak pakai kostum, kelihatan sedikit tidak masalah ini sudah malam, biar aku bikin keributan dulu" ucap ku
"Baik" ucap mereka paham
.
Aku jalan ke tempat raja, seharusnya ini masih kosong jikalau raja sedang mencari istrinya.
Para penduduk juga masih mencari penyusup.
"Nice kalian" ucap ku pada Kieta dan temannya
Ku bakar satu persatu rumah yang kosong, aku tidak peduli walaupun ada bayi ataupun peliharaan, yang penting tugas ku jalankan dengan baik.
Boom!
Api berkobar makin besar, penduduk makin kocar kacir, mereka bingung harus mencari penyusup atau memadamkan api lagi.
Aku kembali ke gedung lewat atap.
"Jalankan rencana" ucap ku pada mereka
.
Kami berhasil keluar desa, ku gendong wanita yang terluka, menuju tempat persembunyian Clara san.
20 Menit kami sampai di sana.
Ku suruh masuk, sekalian melihat lihat jika ada pengintai.
.
Aku ambil panah.
Crash
Pengintai satu sudah ku kenai head shot
Crash
Crash
"Huh, gila ini terlalu fantasi" pikir ku karena baru kali ini setelah aku berinkarnasi ada kejadian segila ini
Sensei yang di dalam segera menyambut mereka.
Setelah semuanya masuk aku ikut masuk dulu, mau minum air.
"Kamu hebat nak, bisa menyelamatkan mereka semua" ucap sensei
"Itu juga sebagai Kieta dan lainnya, mereka bisa mengalihkan perhatian, aku akan kembali melihat kondisi mereka" ucap ku
"Biarkan aku ikut dengan mu" ucap wanita pemanah tadi
"Tidak usah, eh tunggu sebentar bukannya dirimu adalah Rindou san?" tanya ku
"Eh, kamu kenal dengan ku?" tanyanya
"Kamu yang mengalahkan Kaguya Shinomiya di panahan nasional festival summer itu kan?" tanya ku
"Bagimana kamu tau?" tanyanya lagi
"Aku Haruka Shinomiya, aku tak sengaja lihat nama mu dan tau wajah mu"
"Oh, aku tau kamu juga"
"Sudah kenalannya lain waktu saja, jika ingin menyelamatkan segera lakukan keburu waktu habis" ucap sensei
"Kamu tidak perlu ikut, aku tidak bisa menjaga orang lain ketika bertarung, jadi kamu jaga saja di sini, jika ada dari mereka bunuh dengan panah mu" ucap ku lalu pergi
.
Sudah satu jam semenjak keributan, api telah padam, dari 5 penyusup, sudah ada 2 yang tertangkap, yaitu Aokiji dan Takasaki.
"Sial dimana mereka menyembunyikan penyusup ya" pikir ku
Ku lompat dari satu rumah ke rumah lain, namun belum juga menemukan hasil.
Lompat lompat dan lompat.
"Akhirnya ketemu rumah dengan aroma perangsang, pasti mereka di sana" pikir ku
.
Ku cek sedikit dari sela atap, ternyata benar saja dua orang di sekap dengan keadaan telanjang.
"Aduh sialan, kenapa ada juga nenek sihir itu" ucap ku saat melihat wanita dukun, dimana ia adalah orang yang selalu memimpin ritual di sini, jika ingin keluar dari sini sebenarnya kuncinya adalah dia, artinya dia harus di bunuh terlebih dahulu, sebab ia bisa mengendalikan cuaca
"Haruka keluarkan batu keburukan" bisik Peri jahat
"Yakin ini bekerja?" tanya ku
"Bisa" balas peri jahat
"Harus menempel di tubuhnya?" tanya ku
"Harus, saran ku kamu turun secara tiba tiba, lalu selipkan batu itu di bajunya kira kira agar bisa menempel terus di tubuhnya" ucap peri jahat
"Ini bukan item sekali pakai kan?" tanya ku
"Tentu saja tidak, batu ini dari neraka, penuh keburukan dan mengandung 100% bahan kesialan, bisa di dapat dengan harga...."
"Jangan promosi bangke!"
Ku tekan atapnya apa bisa ku hancurkan, setelah ku cek hasilnya tidak mungkin hancur, jadinya aku masuk lewat pintu depan saja.
.
Penjaga pintu ku bunuh dulu.
Duar
Pintu ku dobrak
"FBI FBI!" teriak ku
Aku langsung berlari ke wanita tua itu ketika menghadap padaku.
Ku masukan batunya diantara belahan dadanya.
"Adem cuk bukan anget" pikir ku
"Oke yang penting sudah menempel" ucap ku
.
"Kamu salah satu penyusup, rasakan kemurkan dewa Ingo!" teriak nya lalu mengucap beberapa mantra
"Gilek ular datang bangke" pikir ku
Namun sayangnya ular bukan menyerang ku melainkan menggigit dukun itu.
"Nikmat bukan senjata makan tuan?" tanya ku
Ular yang datang semuanya sangat berbisa, satu persatu menggigit dukun itu.
"Tidak, serang laki laki itu bukan diriku!" teriak dukun
Chessstt
5 menit ia tergigit akhirnya dukunnya tumbang dengan muka yang membiru, para ular juga pergi.
Plak plak
Ku pukul kedua kepal yang di sekap itu.
"Kalian ini tidak punya keahlian tapi sok, lihat bukan keadaannya jadi seperti ini" teriak ku
"Maaf"
"Sudah gitu saja?" tanya ku
"Cepat lepaskan aku, aku akan menghajar Ingo sialan itu!" teriak Aokiji
"Kamu punya tujuan cari siapa?" tanya ku
"Teman teman ku tentunya!" balasnya
"Wanita kebanyakan sudah ku selamatkan, tinggal yang laki laki entah kenapa belum ku temukan" balas ku sambil melepas ikatannya
"Ku sarankan kamu segera kembali dulu, kondisi sudah tidak kondusif untuk penyelamatan" ucap pada mereka
"Tapi kami belum mendapat kabar dari Kieta" ucap Takasaki
"Lupakan ia dulu, kita ulur waktu sampai pagi, kurasa penjaga sudah di perketat semenjak ku selamatkan para wanita, mari bekerja sama keluar dari sini, jika bertemu dengan mereka kita selamatkan jika tidak ya sudah" balas ku
.
"Jangan diam saja, jawab!" teriak ku
"Baik Haruka san!"
.
"Kalian pakai pakaian penjaga ini" suruh ku
Setelah mereka memakai kostumnya aku tidak langsung pergi, aku cari dulu kerikil yang ku selipkan di belahan dada dukun tadi.
"Apa yang kamu cari?" tanya Takasaki
"Benda yang menyelamatkan kita" balas ku
"Apa itu?" tanya Aokiji
"Batu neraka, mau coba pegang?" tawar ku
"Apa efeknya?" tanyanya
"Kesialan hidup, mungkin nyawa mu akan terancam karena memegang ini" balas ku
"Khee ya jangan di tawarkan kalau begitu" teriak mereka
"Ya siapa tau mau coba coba" balas ku
.
Kami bertiga jalan biasa.
"Kita keluar lewat gerbang?" tanya Takasaki
"Iya, pagar di sini terlalu tinggi, hanya satu satunya jalan keluar adalah lewat gunung dan gerbang depan" balas ku
"Ingat jangan mencurigakan" ucap ku
.
Kami menghampiri kerumunan penduduk.
"Bagimana situasi rumah raja?" tanya ku
"Semuanya habis terbakar, istri istrinya mati, seorang masih dalam pengajarannya" balas penduduk itu
"Lalu kita di tugaskan apa lagi ini?" tanya ku
"Tunggu instruksi Ingo, kita akan ekspedisi keluar desa untuk mencarinya serta mencari wanita yang hilang" balasnya
"Baik" ucap ku
Dalam hati Aokiji dan Takasaki.
"Gile nih orang pintar acting ya"
.
"Yang belakang, yang baru datang, darimana kalian!" teriak Ingo ke 3
"Kami habis mengecek gedung dekat pohon besar" balas ku
"Ketemu?"
"Tidak" balas ku
"Tch, kalian bertiga kuberikan tugas khusus cari di Teluk, bersama dengan kelompok satu yang sudah berangkat"
"Baik" ucap ku
Kami bertiga langsung pergi.
"Huh keluar desa dengan mudah" pikir ku
.
Kami berlari menuju Teluk menyusul kelompok satu.
Sampai di sana kami langsung membunuh mereka satu persatu agar musuh semakin berkurang.
"Pakai senjata bego!" teriak ku pada Aokiji karena memilih menggunakan tangan
"Tapi ini lebih mudah di lumpuhkan" ucapnya
"Jangan buat aku mengulangi kata kataku, kamu di bawah komando ku anak muda, lakukan atau pergi" ucap ku
"Baik baik" balasnya
.
Kami kembali ke tempat persembunyian.
"Kosong?" ucap ku saat masuk
Crash
Panah hampir mengenai bahuku.
"Jangan serang, aku Haruka" ucap ku melepas topeng
Satu persatu orang muncul.
"Syukurlah kamu kembali" ucap sensei
"Dengan dua murid bodohmu juga" ucap ku membuka topeng Takasaki dan Aokiji
.
"Kieta, Clara, dan Tachibana sudah kembali?" tanya ku
"Hanya Kieta, Clara, dan Aoi, Tachibana masih terjebak di sana" ucap Rindou sambil memberiku minum
"Bukannya Tachibana pintar main pedang?" tanya ku
"Kamu tanya saja sendiri pada Kieta" ucapnya
"Dimana ia?" tanya ku
"Terluka di ruang sana" balasnya
.
Ku masuk ke ruangan, ku lihat dirinya yang sedang di temani oleh Aoi (wanita yang sangat ingin ia selamatkan), lalu ada Clara yant terbaring kesakitan juga.
"Ish luka sedalam ini tidak mungkin akan tertutup" ucap ku saat melihat luka di dada Kieta dan luka sobek di punggung Clara
.
"Clara san punya benang dan jarum?" tanya ku
"Ambil di kapal" ucapnya
"Tepatnya di mana" tanya ku lagi
"Di bawah setir kapal" balasnya
Ku cari ke kapal dan ku temukan kotak p3k.
"Sensei, Rinko, Takasaki, Aokiji, Aoi kan nama mu" tanya ku
Aoi mengangguk.
"Bantu aku menahan selama aku menjahit luka mereka, aku tidak bisa menemukan alkohol di sini" ucap ku
Mereka mengangguk.
Oprasi pertama adalah Kieta.
Ku bersihkan dulu lukanya dengan air mengalir.
"Tahan Kieta jika kamu mau selamat" ucap ku
"Baik" balasnya sudah hampir pingsan
.
"Baik ku mulai, kamu gigit saja kain ini" ucap ku memberikan kain ke mulutnya
"Ingat gigit sewajarnya, atau gigimu akan patah jika terlalu kencang" ucap ku lagi
.
Ku mulai menjahit luka, walaupun aku tidak punya lisensi sebenarnya aku tau caranya, cuma tidak pernah praktek, ataupun coba coba, baru kali ini coba coba secara langsung ke manusia plus tanpa bius lagi.
"Khe!!!!" teriak Kieta saat jarum menembus dagingnya, tubuhnya meronta ronta
"Tahan bego!" teriak ku pada yang lain
"Tapi ia kesakitan"
"Tahan saja!" teriak ku
.
Sebanyak 5 jahitan dalam, dan 20 jathitan luar, dalam waktu 10 menit akhirnya selesai.
"Biarkan ia istirahat, mari ke Clara san ganti" ucap ku
.
"Aku bisa menahanya, yang penting lakukan dengan cepat" ucap Clara
"Sebentar ku lihat lukanya dulu" balas ku
Lukanya panjang, dalam di atas dan rendah di bawah.
"Baik ku mulai ya Clara san" ucap ku
"Baik.."
Sebelum ia selesai bicara jahitan pertama sudah selesai.
"Hey aku belum siap" ucap Clara
Aku tidak memperdulikannya, jahitan ke dua ku mulai.
Clara menggigit kain yang ku siapkan, ia sadar akan rasa sakitnya maka ia harus tahan.
Selama 10 menit akhirnya semua jahitan selesai.
"Sudah selesai, tolong yang putri perban dirinya" ucap ku
"Baik" ucap Aoi dan Rindo
.
Aku keluar ruangan.
"Aku tidak tau kamu bahkan bisa menjahit" ucap Takasaki
"Aku baru pertama kali ini menjahit asal kamu tau, aku tau ilmunya cuma tidak pernah praktek saja, jadi ini sebenarnya coba coba" balas ku
Yang mendengar jadi kaget
"Tenang, yang penting luka tertutup" ucap ku
.
Aku duduk berdiskusi dengan Takasaki, Misaki dan Aokiji, bertanya pada mereka apa masih ada yang perlu di selamatkan.
"Banyak siswa yang belum tau kabarnya dan keberadannya sekarang" ucap Misaki
"Katanya mereka jadi budak, aku tidak bisa mendekat ke gedung budak sebab penjagaan di sana selalu ketat" balas ku
"Jadi apa mungkin Tachibana jadi budak juga?" tanya Takasaki
"Kemungkinan besar iya, lalu katamu sensei mu yang ikut dengan kelompok mereka?" tanya ku
"Ia berkata melindungi beberapa murid sebagai istrinya" ucap Aokiji
"Heh ia bagian dari prajurit?" tanya ku
"Benar, ada 2 siswi yang ikut dengannya, jadi kita anggap mereka aman dulu" balas Aokiji
"Baiklah aku istirahat duluan, kalian jaga, aku perlu mengistirahatkan tubuh ku" ucap ku pada mereka
"Lakukanlah, biar kami yang berjaga, kamu terlalu banyak berjuang, sebelumnya maafkan diriku yang egois ini" ucap Takasaki
"Tidak masalah aku juga salah, mari keluar dari pulau ini bersama sama" ucap ku
.
Minggu 23 Agustus, pagi hari.
Sensei di bantu siswi yang lain memasak hasil buruan, entah itu ikan ataupun hewan berkaki empat.
.
"Makanlah" ucap Rindo sambil memberiku ikan bakar
"Terima kasih" balas ku
.
Ku makan sarapan itu, walaupun rasanya hambar tapi itu cukup yang penting bisa makan dulu.
Selesai makan, rencananya adalah berjaga.
Aku keluar tempat persembunyian.
Baru saja keluar, sudah ku lihat penduduk desa semua prajurit berdiri di atas bukit menatap ku.
"Huh nikmat mana yang saya dustakan ya tuhan" ucap ku pasrah
Duar Duar Duar!!!
Suara tembakan datang silih berganti.
"Kita selamat!" teriak ku
Orang yang di dalam goa segera keluar.
Penduduk yang terlalu bodoh mencoba melawan tentara bersenjata yang mengepung mereka dari belakang.
Tembakan diberikan agar penduduk berhenti.
"Diam di tempat lalu tiarap atau ku tembak kepala mu!" teriak tentara
Penduduk langsung diam tiarap, mereka masih punya otak jadi nya.
"Salah seorang tentara menghampiri ku"
"Katakan siapa namamu" ucap tentara itu
"Haruka Shinomiya" balas ku
"Syukurlah ku temukan dirimu, mari ikut dengan ku" ucapnya
"Yang lainya" ucap ku
"Nanti biar di urus anak buah ku"
"Oh baiklah jika begitu"
Aku ikut bersama dengannya naik helikoper.
Aku di bawa ke salah satu kapal induk.
"Turunlah, keluarga mu menunggu" ucap pak tentara itu dalam bahasa Inggris
"Terima kasih" ucap ku
"Sama sama"
.
Aku turun dari heli ku peluk keluarga ku.
"Terima kasih kalian telah menerima pesan ku" ucap ku pada mereka
Saki menangis dalam pelukan ku.
"Mari masuk ke kapal dulu, kita bicarakan di dalam" ucap Ibuku
.
Berita penemuan korban kapal hilang langsung menjadi trending topik di semua negara.
Banyak peneliti yang ingin memecahkan kasus kapal ini, sebab bagaimana bisa korban sampai ke lautan Indonesia padahal jaraknya sangat jauh.
Banyak yang menyangkut pautkan dengan segitiga bermuda Indonesia namun sebenarnya bukan itu, sebab ku yakini ini pastinya adalah takdir tuhan.
.
"Ku kira kamu sudah meninggal kak, untung saja kamu masuh hidup, bisa bisa kak Saki jadi janda muda" ucap Hiyori
"Omongan mu gelap Hiyori chan, aku di pulau itu juga berjuang untuk hidup asal kamu tau, penduduknya terlalu barbar, membunuh tanpa pikir panjang, ada orang yang melawan di pedang, ada yang melawan di panah" balas ku
"Kamu berjuang untuk yang lain?" tanya Hiyori
"Tidak juga, aku berjuang demi takdir ku saja" balas ku
"Apa ada yang sakit?" tanya Saki
"Tidak aku baik, hanya kelaparan" balas ku
"Hiyori chan panggilkan koki untuk membawakan makanan" ucap Saki
"Baik kak" balas Hiyori
.
Aku makan, lalu pergi keluar untuk melihat korban selamat dan korban yang telah tewas, kata ibuku selama kemari mereka juga menemukan beberapa mayat yang menambang di laut, ibuku kata juga sebentar kemarin sudah sampai, namun karena ombak besar dan cuaca buruk mereka tak berani datang ke pulau.
"Kamu hidup bukan Sanae san" ucap ku sambil berjongkok menatap wajahnya
"Kamu hebat bisa bertahan" ucap ku
"Itu berkat dirimu juga, ku ucapkan banyak terima kasih" ucapnya
"Tentu semoga kakimu lekas sembuh"
"Pastinya"
.
Ku jalan lagi, menghampiri Kieta di dalam ruangan isolasi sebab kondisinya makin memburuk.
"Bagaimana keadaanya?" tanya ku pada Aoi
"Kata dokter ia kritis karena terlalu banyak keluar darah sebelumnya"
"Tapi tidak infeksi kan?" tanya ku
"Tidak ada, dokter memujumu sebenarnya Haruka san, katanya penanganan luka mu baik benar dan rapi, cuma sayangnya Kieta sudah kehilangan banyak darah"
"Berdoa saja untuk kesembuhannya" ucap ku
.
Ku sapa korban yang lain, lalu ku doakan korban korban yang telah gugur duluan.
"Semoga tuhan menempatkan kalian di tempat yang terbaik" ucap ku dalam doa
.
Kami langsung kembali ke Jepang, beberapa tentara masih di lokasi, mencari jikalau ada mayat yang belum mereka temukan.
Sementara untuk penduduk dan prajurit pulau, mereka di tahan di kapal induk milik Amerika.
Sebenarnya mereka adalah orang Jepang yang terdampar dulunya, namun karena mengikuti aturan dan nyaman akan aturan yang kuat berada di atas, lama kelamaan mental mereka jadi jahat dan akhirnya jadi manusia beringas.
Kami sampai Jepang, sore harinya.
Yang sakit parah langsung di bawa ke rumah sakit, sementara diriku langsung kembali ke rumah saja.
.
Di rumah banyak orang yang sudah menunggu kepulangan ku, mulai dari teman kelas ku, teman klub ku, karyawan toko, dan karyawan resto, sampai kakek dan neneknya Saki pun ada.
Mereka bersyukur aku baik.
"Terima kasih telah khawatir padaku" ucap ku pada mereka
Mereka tanya kronologis ku dan apa saja yang terjadi di pulau, ku jawab saja setiap pertanyaan yang muncul, agar mereka lega dan tidak tanya lagi juga.
Jam 6 petang, orang orang kembali ke rumah masing masing.
.
Saat ini aku sedang duduk berhadapan dengan pisikiater, ibuku menyewakanya sebab takut mental ku mengalami gangguan
"Kamu merasa normal?" tanya pisikiater padaku
"Aku merasa baik bukan merasa normal" balas ku
"Bagimana perasaan mu setelah kejadian di pulau itu?"
"Pertama aku merasa prihatin dengan banyaknya korban, kedua aku merasa bimbang karena secara langsung membunuh penduduk pulau sebagai bentuk perlawanan" balas ku
"Perasaan bimbang seperti apa itu?"
"Aku orang yang percaya akan takdir hidup manusia bukan di tangan manusia lainnya, namun karena hal ini ku renggut nyawa mereka, kebimbanganku yaitu apa tindakan ku dapat di benarkan atau tetap di salahkan" balas ku
"Selama untuk perlindungan diri, kamu tetap di benarkan dimata hukum"
Pertanyaan berlanjut hingga 1 jam.
"Kurasa mental mu baik Shinomiya san, namun alangkah lebih baiknya kita cek kembali minggu depan" ucapnya
"Baik" balas ku
.
Pisikiater itu pulang ku antar hingga depan rumah.
"Kamu baik Haruka kun?" tanya Saki
"Aku baik, memangnya kenapa?" tanya ku
"Aku khawatir dengan mu tentunya"
"Hahaha jika ada yang perlu di khawatirkan maka bukan aku, melainkan liburan kita" balas ku
"Lupakan soal liburan" ucap Saki serius
"Kenapa di lupakan masih ada waktu untuk liburan bukan?" tanya ku
"Lupakan itu sekarang juga, aku hanya ingin tetap bersama dengan mu saja" ucap Saki
"Kita kan sudah bersama ini" balas ku
"Untuk selamanya" maksudnya Saki
"Baik baik, ayo masuk ke dalam makan malam terlebih dahulu"
"Baik" ucap Saki
.
Senin 24 Agustus, pukul 7 pagi, aku di undang ke kantor berita ibuku untuk video wawancara soal kejadian di pulau, bersama dengan beberapa korban lain seperti Takasaki, dan Aokiji.
Kami bercerita secara bergantian menurut sudut pandang kami sendiri sendiri.
Cerita ku ku fokuskan pada penyelamatan korban wanita, sementara cerita dua orang lainnya berfokus pada rencananya (Haruka tidak ikut rencana sebabnya)
.
"Disana hanya ada perbudakan wanita, mereka berpikir wanita hanya alat pemuas nafsu, kami diberikan pakaian minim agar laki laki bisa melihat tubuh kami dengan leluasa" ucap Aoi sebagai narasumber berikutnya
"Aku telah kehilangan teman berharga ku, ia di bunuh tanpa ampun oleh salah satu prajurit di sana karena mencoba melarikan diri" ucap salah seorang siswa
"Disana hukum seperti hukum rimba, kuat menindas yang lemah" ucap ku
"Jika mau bertahan harus kuat, disana juga ada kasta seperti budan yang terendah, lalu penduduk, lalu prajurit" ucap sensei yang menyamar jadi penduduk asli
.
"Shinomiya san, banyak dari korban berterima kasih padamu katanya kamu yang berperan paling banyak dalam penyelamatan mereka, serta kamu yang berhasil memberikan pesan ke luar pulau hingga bantuan datang, apa kamu punya sepatah atau dua patah kata untuk mereka yang menonton ataupun bagi korban yang kamu selamatkan?" ucap host
"Ada, untuk kalian yang terdampar di pulau apalagi penduduk asli tidak ramah, jangan panik, pertama cari bantuan, kedua sembunyi lihat kondisi, ketiga lawan jika keadaan semakin mendesak, walaupun mungkin kejadian yang kami alami sangat jarang dan hampir tidak mungkin, namun alangkah baiknya kalian belajar cara hidup di alam liar agar tau dan jikalau terjadi mental kalian telah siap, tidak hanya merengek minta pulang dan menangis" ucap ku mengakhiri sisi wawancara
Next...