webnovel

RE: Creator God

Bermula dari kehidupan biasa yang tidak sengaja masuk ke dalam takdir yang tidak biasa yakni masuk ke organisasi tersembunyi, dilanjutkan takdir yang lebih tidak masuk akal lagi dalam waktu singkat yaitu dijemput oleh seseorang yang tidak dikenal dari dunia lain, tetapi mengaku istrinya. Sampai akhir hayatnya pun dirinya tidak dibiarkan tenang karena tugas utamanya belum selesai. Tujuan hidupnya hanya satu, menemukan kebenaran tentang kehidupannya. Seseorang yang bernama Sin juga punya identitas rahasia yaitu Alpha dan identitas lainnya dari dunia lain yaitu Lucifer dan ketika mati dia menjadi....

GuirusiaShin · Fantasy
Not enough ratings
377 Chs

CH.277 Tanpa Perhatian

Sekejap saja aku langsung merasakan dadaku mulai sesak mengetahui aku menggunakan banyak sihir yang membebani tubuhku secara langsung. Ditambah itu, membuat sihir dalam waktu singkat butuh konsentrasi tinggi dan tenaga yang cukup juga. Jujur, setiap membuat sihir, itu melelahkan dan membebaniku.

Namun bagiku yang sudah cukup sering membuat sihir, akhirnya terbiasa dengan efek samping itu. Memang masih terbilang menganggu sejak itu menandakan betapa lemahnya diriku walau aku berada di atas standar normal orang banyak.

"Ughh, ini…."

"Jangan katakan efek sampingnya mulai keluar!? Sudah kuduga Gen-0X V.II ini memiliki efek samping sejak keefektifannya meningkat dratis juga."

"Tenang saja, aku bisa mengobati diriku sendiri kok. Hanya butuh asupan mana saja untuk mengganti mana yang terbuang begitu banyak untuk sihir-sihir itu."

Kalau saja tidak ada botol pengisi mana, mungkin aku sudah kalah dalam setiap pertarungan. Bisa terbilang aku sering mengandalkan mana cadangan dari botol pengisi mana hampir setiap saat. Mengalami ini membuatku teringat ketika dulu di Terra aku kehabisan mana dan mengalami suatu pengalaman yang tidak terduga.

Aku tidak ingin mengungkitnya lagi, bisa dibilang aku takut Kiera mengetahuinya. Tidak, karena itu terjadi dulu, makanya tidak pernah ada pembahasan untuk mengungkit hal itu. Kalau saja ada, Kiera pasti akan langsung menyadari perubahan pada sikapku walau hanya sedikit.

"Kau benar-benar memiliki banyak botol pengisi mana dalam kalungmu itu ya? Huh… aku jadi merasa aneh setiap berapa saat dalam pertarungan yang lalu kau selalu mengkonsumsi itu."

"Mau bagaimana lagi, sihir-sihir itu menguras mana dalam tubuhku dengan cepat walau aku tahu juga bahwa sihir yang kupakai itu kuat dan dampaknya besar."

"Istilah lainnya setiap sihir yang kau pakai itu tidak efektif, begitu bukan Sin? Kurasa ini alasan kenapa dirimu tidak banyak berkembang. Ngomong-ngomong, setiap kali kau membuat sihir, apa kau tidak memikirkan tentang seberapa borosnya sihir-sihir itu?"

Huh… tidak? Seingatku aku selalu membuat sihir menggunakan imajinasiku, jadi aku tidak memikirkan apa pun tentang mana untuk membuatnya. Kali ini aku harus berterima kasih pada Jurai yang melihat lubang kesalahan fatal yang ada padaku dan rencanaku.

Namun semua hal tentang mana itu begitu kompleks sejak standarnya sampai ke tingkat atom. Aku memang berkata begitu, tetapi aku tidak mengatakan bahwa itu mustahil, aku yakin bahwa aku bisa mengatasinya dengan mudah asalkan aku memiliki keniatan.

"Tidak seingatku. Kurasa sekarang aku mengetahui di mana aku harus meningkatkan diriku lebih lagi. Kusimpulkan bahwa Gen-0X V.II terbilang gagal dengan efek samping memboroskan mana dengan begitu cepat walau mengingat itu meningkatkan kapasitasnya. Kita harus memodel ulang lagi Gen-0X yang lebih baru."

"Pekerjaan kita bertambah lagi ya? Hah~ apa boleh buat, aku mengerti."

"Untuk sekarang pulang dulu, sudah cukup malam juga. Aku juga ingin istirahat dari efek samping Gen-0X V.II itu. Juga Kiera masih ngambek kepadaku."

Kalau bisa sebenarnya aku ingin berbicara baik-baik dengan Kiera dan membuatnya berlaku seperti biasa lagi. Namun entah kenapa yang kali ini Kiera tidak balik seperti biasa walau beberapa waktu sudah berlalu. Ada yang aneh memang, tetapi aku tidak tahu apa.

Lain kali kubuat saja alat pembaca pikiran layaknya Esper bekerja. Kalau saja kemampuan membaca pikiranku tidak tersalurkan semua ke Kiera dan sebagian lagi ke Feliha. Eh tapi kemampuan Feliha sangatlah kecil sejak sudah lewat berapa keturunan itu. Apa jangan-jangan Kiera memberikan sebagian kekuatannya pada Feliha?

Buat yang tidak tahu, mana itu layaknya darah, terus saja mengalir dalam tubuh. Berbeda sedikit dengan kekuatan dewa, tersimpan dalam cairan tubuh, normalnya yang jarang keluar, bukan seperti keringat lho ya. Bisa dikatakan mungkin di air ludah dan, ehem, yang itu.

"Hahaha, aku jadi penasaran kenapa Kiera bersikap begitu kepadamu. Perasaan kepada kami normal-normal saja tuh."

"Standar normal kalian beda, kan aku yang sudah berhadapan dengannya setiap hari."

"Kalau mau kubantu, nanti kutanyakan ke Kiera mau?"

"Ahh, tolong ya Aeria, itu membantuku sekali."

Mungkin saja ada masalah yang dialami Kiera dan itu tidak bisa dibicarakan kepadaku untuk beberapa waktu. Kalau dengan Aeria yang sesama perempuan, mungkin Kiera lebih bisa menerima dan membuka diri. Walau sebenarnya aku lebih ingin Kiera berbaikan denganku.

Namun di saat seperti ini, aku tidak boleh egois. Sebagai suami, aku harus mengerti perasaan Kiera. Kalau aku memaksa diri, yang ada malah tambah besar masalahnya nanti yang ada. Tentu saja aku tidak mengharapkan yang seperti itu, tetapi kalau bisa dihindari sebaiknya dihindari saja bukan? Namanya juga masalah, apa ada orang yang suka dengan masalah kan?

"Oh ya Sin, kalau kau benar-benar kecapekan, mau aku yang menyetir saja? Kau bisa beristirahat di belakang."

"Hmm, bukan ide yang buruk walau sebenarnya aku masih bisa menyetir. Baiklah, tolong ya soal menyetir pulang ke rumah. Sudah cukup malam juga ini."

"Santai, santai, kalau soal itu beberapa detik sampai ke rumah pun juga bisa."

"Ngaco kamu, beberapa detik itu teleportasi, kita naik mobil."

Lupakan soal ucapan kebodohannya Jurai, kami sudah berjalan pulang ke rumah dengan Jurai yang menyetir. Namun rasanya aku mengerti kenapa dia ngomong beberapa detik, dia menyetir kayak orang gila sedang dikejar orang waras. Entah apa yang aku bicarakan, tetapi intinya dia menginjak gas dalam-dalam sampai mencapai 8000 rpm dan tanpa rem.

Tentu saja Aeria yang duduk di sampingnya teriak-teriak karena Aeria sendiri sebenarnya tidak pernah naik mobil selain yang waktu itu pertama kali. Ingat bahwa di Heiya teknologinya masih belum berkembang seperti dunia ini? Jangankan mobil, motor saja tidak ada, mereka hanya kenal kereta kuda. Atau kereta yang menggunakan tenaga uap saja belum muncul.

"Oh ya Sin, menurutmu apa kau melakukan kesalahan apa pun sebelum Kiera marah, jadi mungkin aku bisa memikirkan apa yang sebenarnya terjadi."

"Kalau aku sudah tahu, pasti aku sudah menyelesaikannya. Namun kalau ada, mungkin hanya satu, kontak dengan Shin terlalu malam, hanya itu."

Biasanya Kiera tidak akan marah sebegitunya, mengingatkan iya tapi. Makanya aku menemukan bahwa Kiera sedang aneh-anehnya. Aku tidak memperhatikan sikapnya kepada orang lain, tetapi terhadapku selalu saja begitu. Kalau memang sikapnya seperti itu hanya kepadaku, aku harus memikirkan ulang apa yang kulakukan kepadanya.

Baru kali ini saja aku benar-benar tidak punya ide tentang apa yang sedang terjadi. Kalau digambarkan, anggap saja otakku biasanya selalu penuh, tetapi kali ini ada sebuah lubang kosong yang tidak terisi. Seolah-olah aku menjadi bodoh dalam waktu sekejap ini.

Namun sebenarnya kalau aku salah, apa yang kulakukan pada Kiera? Dibandingkan memikirkan sebuah rencana melawan monster, otakku lebih cepat panas memikirkan apa yang terjadi kepada Kiera. Bukannya apa-apa, tetapi aku paling tidak bisa tahan orang yang kusayangi membenciku. Katakan saja aku kekanak-kanakan, itulah diriku.

"Huh…? Hanya karena kontakan dengan Shin? Kau serius hanya itu? Tidak mungkin bukan dia begitu marah karena hal itu."

"Aku harap aku juga bercanda, tetapi buktinya sejak semalam bahkan sampai tadi pagi saja sikapnya masih sama."

Pedih kalau boleh kukatakan perasaanku saat ini. Kiera yang terbiasa memberikan perhatian kepadaku bertubi-tubi menjadi diam seribu bahasa bahkan seperti petir menyambar saat ini. Ingin kuselesaikan apa pun masalah itu, tetapi aku meminta maaf saja yang biasanya menyelesaikan masalah apa pun, sekarang tidak berguna.

"Cukup aneh sih, nanti coba kuajak bicara deh. Dan darling, lama-lama aku juga kesal denganmu menyetir ngebut-ngebut gini, bisa pelan tidak!?"

"Ehh, iya, iya, ampun, pelan nih, pelan."

Sekarang aku mengerti perasaan seorang jomblo kalau melihat pasangan yang entah sudah menikah atau masih berpacaran dan mereka bermesraan di depan mereka. Untuk semua yang jomblo, maafkan aku dan semua staff yang ada, kami sengaja.

Dahlah, cukup bercandanya, aku masih sedih ini. Namun bercanda sedikit tidak ada salahnya bukan, itu meredakan perasaanku yang sedikit tersakiti dan makin tergarami. Melihat Jurai yang dimarahi oleh Aeria itu juga membuatku tenang. Akhirnya ada seseorang yang bisa menekan seorang Jurai yang mengesalkan itu.

"Sin, sebaiknya kau menghindari dulu saja bicara dengan Kiera, biar aku saja yang mengajaknya bicara dan mencari tahu. Nanti kalau sudah ketemu inti permasalahannya dan solusinya kusuruh darling memanggilmu."

"Heh? Jadi sekarang aku kurir informasi gitu ya?"

"Tidak mau? Pulang saja ke Heiya sendiri sana. Lagi, kalau aku gagal jangan berharap lebih kepadaku. Bisa saja Kiera bersikap begitu pada semuanya."

Kalau mau dibilang aku juga tidak berharap tinggi. Yang kulakukan hanya menyelesaikan masalah sebisa mungkin. Ada memang klasifikasi masalah yang tidak bisa kutangani sendiri apa adanya. Jadi itu kenapa alasan manusia itu disebut makhluk sosial, saling membutuhkan.

Aku juga tidak pelit membantu kok, selama aku mampu kenapa tidak? Namun tentu, setiap kali membantu, semuanya perlu perhitungan. Tidak mungkin juga bukan memberi uang kepada orang lain dalam keadaan tidak mampu? Makanya aku juga ingin membantu banyak orang, aku berharap tidak ada orang yang terlantar atau membantu orang yang tinggal di panti asuhan.

Sejak awal aku juga individu yang tidak mengenal orang tuaku dan tinggal di panti asuhan. Jadi aku juga mengerti perasaan saat manusia tinggal sendiri dan hidupnya tinggal dalam kedinginan. Sekarang itu juga yang menjadi dasar kenapa aku ingin melindungi semua orang yang kuanggap keluarga apa pun yang terjadi.

"Aku cukup mengerti kok, kalau memang tidak bisa kubujuk pelan-pelan nanti."

"Sekarang aku jadi mengerti bahwa kau jadi perempuan tidak sia-sia. Tidak seperti orang yang tidak peka yang satu ini."

"Hee? Apa aku kurang peka? Setahuku aku selalu mendengarkan semua apa yang Ae-chan mau dan mengerti perasaan Ae-chan setiap saat."

"Itukan setahu darling, bukan dari sudut pandangku."

"Sudah, sudah, kita sudah sampai rumah juga. Sekarang aku harus menghadapi gunung es raksasa yang menghadang diriku untuk menikmati ladang bunga."