webnovel

RE: Creator God

Bermula dari kehidupan biasa yang tidak sengaja masuk ke dalam takdir yang tidak biasa yakni masuk ke organisasi tersembunyi, dilanjutkan takdir yang lebih tidak masuk akal lagi dalam waktu singkat yaitu dijemput oleh seseorang yang tidak dikenal dari dunia lain, tetapi mengaku istrinya. Sampai akhir hayatnya pun dirinya tidak dibiarkan tenang karena tugas utamanya belum selesai. Tujuan hidupnya hanya satu, menemukan kebenaran tentang kehidupannya. Seseorang yang bernama Sin juga punya identitas rahasia yaitu Alpha dan identitas lainnya dari dunia lain yaitu Lucifer dan ketika mati dia menjadi....

GuirusiaShin · Fantasy
Not enough ratings
377 Chs

CH.273 Dua Anak Mama

Sebelum kami pulang, akhirnya aku membuat teh untuk menenangkan diriku juga sekalian. Memang sialan Jurai yang satu itu, akhirnya Kiera dan Feliha melototiku seolah aku melakukan kesalahan yang super besar. Pencari masalah memang itu anak.

Untung saja aku memiliki stok banyak yang tidak mungkin dihabiskan olehnya dalam sekejap. Jika sampai kebangetan dihabiskan oleh Jurai, aku bisa menciptakannya juga, tidak masalah. Terkadang aku lupa betapa aku dan Jurai tidak bisa akur sejak dia suka cari masalah. Jangan salahkan aku, aku yang lebih tua tidak pernah salah, ingat itu.

"Cih, aku salah membiarkan kau tinggal di rumahku. Kalau saja aku tidak bicara ke mama soal ini. Lihat saja kau Jurai sampai mencuri perhatian mama untuk dirimu, habis kau."

"Sayang!!"

"Mau gimana, si Jurai suka cari masalah. Semakin dibilangin, semakin bandel."

Hidup lama dan menjadi semakin tua juga berpengalaman tidak menghilangkan sifat kekanak-kanakannya. Dalam hal mengesalkan, dia sudah mencapai tingkat dewa. Kujamin kekuatan dewanya adalah dewa kebencian, benar-benar mudah sekali untuk dibenci.

Tidak peduli Feliha paham atau tidak dan mengomentari sikapku pada Jurai, sekali mengesalkan ya mengesalkan. Biar aku dibilang keras kepala atau apa, masih lebih mending daripada dibenci sampai ke ubun-ubun tahu gak?

"Papa dan paman kenapa ribut? Ada apa dengan nenek?"

"Pamanmu itu ingin merebut nenek dari kita, apa Feliha tega nenek direbut oleh paman Jurai yang jahat itu?"

"Hei, jangan mengajari hal seperti itu kepada anak kecil!!"

"Masa bodo, kau yang mulai cari masalah sih. Makanya lain kali orang kalau bicara itu didengerin, bukan masuk telinga kanan, keluar telinga kiri."

Kalau ucapan itu punya bentuk padatnya, ingin kujejelkan ucapanku ke otak Jurai sampai gegar itu otak juga masa bodo. Lah, dia dulu yang masa bodo dengan apa yang kuucapkan padanya sih, sudah kuucapkan, aku tidak pernah salah daripada Jurai.

Misal saja antara aku dan Jurai bertarung di depan mama, pasti mama akan memintaku mengalah karena aku anak yang lebih tua. Terus nanti Jurai sok-sok an bicara bahwa aku sombong karena lebih tua darinya beberapa menit saja. Sialan memang itu anak, ngeselinnya tingkat dewa. Mending dia jadi jester alias playboy yang bisa sulap daripada jadi dewa atau raja.

Sekarang aku punya pertanyaan dalam kepalaku, kok bisa sih Aeria kencantol sama ini anak satu, aneh banget beneran. Kali-kali disogok menikah dengannya atau dipaksa. Lagipula mana mungkin seorang manusia baru datang ke dunia ini, tiba-tiba menikah dengan puteri kerajaan dalam kurun waktu 3 hari dan jadi raja setelah itu. Pasti Jurai pakai sihir mencuci pikiran, pasti.

"Ini kenapa aku malas memanggil dirimu kak, sudi banget aku manggil kau kak. Mending aku yang berada di posisi kakak tertua."

"Maaf, hidup anda secara keseluruhan tidak beruntung, silahkan diulangi lagi."

Pfftt kubercandain ajak gitu sekalian. Kalau tidak ada Feliha, kuajak gelud beneran ni anak, satu lawan satu, lelaki sejati. Biarin kalau pulang muka brocel-brocel, yang penting harga diriku tidak jatuh di depan mata Jurai.

Sekejap saja setelah aku ribut-ribut dengan Jurai di tengah perjalanan menuju rumah, beneran saja rumah sudah di depan mata. Kurasa aku terlalu terlarut dengan ribut bersama Jurai, sampai akhirnya IAI yang mengambil alih menyetir kalau aku mengalihkan perhatianku ke Jurai.

"Untung kau Sin, sudah sampai rumah, kalau tidak sudah jadi daging cincang kau."

"Harusnya aku yang bicara kepadamu bahwa kau beruntung."

"Ada apa sih ribut-ribut di luar? Kenapa tidak langsung masuk saja?"

Mama!? Tumben mama keluar menjemput kami? Biasanya kami harus masuk dan memanggil dari dalam. Pasti gara-gara Jurai, dia ribut dan berisik sampai mama akhirnya membuat mama mengetahui ada yang terjadi di luar.

Apa kubuat dia jadi pajangan dinding saja ya? Layak kepala kijang biasanya digantung. Ah tunggu, mengubahnya menjadi garyole yang menjadi penjaga gerbang lebih baik lagi. Menjadi pajangan, sekaligus melindungi rumah dari mengalami apa pun.

"Salahin Jurai tuh ma, sukanya nyari masalah memang."

"Ngaca ei, ngaca. Kalau tidak ada dirimu pasti kehidupanku juga sudah tenang. Lebih mending aku diam diri aja daripada membantumu dan memenuhi panggilanmu."

"Ohh jadi kau juga tidak peduli kalau dunia ini hancur dan mama menghilang begitu? Oke cukup tahu. Maaa, Jurai gak peduli mama katanya!"

Biarin aja, biarin Jurai dibenci oleh mama. Nyesel sumpah aku memanggil anak ini ke Heresia buat bantuan lawan musuh, ujung-ujungnya kelamaan di sini dan bubar semuanya. Terkadang aku lupa betapa mudahnya aku senep bahkan melihat sebagian kecil mukanya saja. Lebih parah lagi kalau ditambah dengerin suaranya, ughh.

Mumpung nih, aku udah sering bunuh banyak manusia, banyak monster dan mungkin hewan juga, tapi yang belum pernah kumakan hanya manusia. Boleh kalau Jurai jadi orang pertama yang kubakar jadi sate, burger udah ada, sate lebih enak. Mulai dari sate usus, terus sate ati dan jadiin otak-otak juga.

"Sin… mama mendengar semuanya. Masuk gak kalian berdua!! Mama mau bicara!! Mantu-mantuku juga masuk juga."

Suara mama menggelegar bagaikan seluruh dunia dilanda oleh petir sampai ke ujung yang paling kecil. Mengerikan bener suara mama kalau udah mulai marah. Aku belum pernah lihat… kurasa ini pertama kalinya aku kena marah orang tua, uhhh.

Ingin rasanya semuanya kulemparkan ke Jurai, semua kesalahan yang ada. Namun pasti mama bilang ke diriku bahwa aku lebih tua dan harusnya lebih dewasa. Arghhh, kenapa selalu saja begitu, padahal aku itu sudah dewasa, tidak perlu lebih dewasa lagi ma.

"Kiera bawa Feliha masuk ke kamar dulu, istrinya Jurai juga bawa, nanti mama ngobrol sama kalian habis membuat dua anak mama bandel ini sadar."

"Hihihi, sukurin tuh, salahnya gak mau dengerin ucapanku, nyesel sekarang kan sayang?"

"Ishh, jangan nambah-nambahin dong Kiera, kan salahnya Jurai ini semua."

"Sin!!"

Ughhh, aku sudah lelah, pulang-pulang bukannya bisa main dengan Feliha juga Kiera malah duduk berdampingan dengan Jurai, dimarahi pula. Kutarik ucapanku aku lega mengetahui bahwa aku dan Jurai itu sebenarnya saudara. Mending masih dianggap saudara, kuanggap manusia aja masih gak sudi aku.

"Ma, ini semua salahnya Jurai, jangan salahin Sin. Jurai tuh sukanya cari masalah denganku. Mana tadi teh dan cemilanku dihabisin lagi, padahal kusuruh tunggu."

"Apa sih, hanya teh dan cemilan saja dibuat ribet. Lagipula stokmu juga segudang, buat apa diirit-irit. Uang juga kayak jatuh dari langit, mudah banget beli kalau kurang."

"Uang tuh bukan segalanya, dan segalanya bukan uang. Sudah jadi raja makanya sekarang jadi semena-mena kau."

"Mama suruh diam tahu tidak!?"

Ujung-ujungnya kami berdua terdiam tidak bisa mengucapkan apa pun kepada mama karena tekanan yang diberikan bahkan melebihi monster-monster. Bukan aku membandingkan mama dengan monster, tetapi aku tahu jelas bahwa entitas seorang mama itu melebihi segalanya.

Itu kenapa dari dulu kami berdua selalu mencari tahu tentang orang tua kami. Tidak mungkin tidak ada kabar soal orang tua kami, itu yang dulu kami pikir. Sekarang, kami sudah menemukannya, malah kami membuat tujuan baru, yaitu menyelesaikan hidup kami dengan tuntas ketika Kuroshin juga sudah kami habisi.

Jujur mengurusi Kuroshin itu mungkin adalah hal yang tidak akan pernah terbesit dalam otak kami. Papa yang seharusnya kami cari keberadaannya malah sombong dan memanfaatkan kekuatan dewa bahkan mencuri kekuatan milik yang lain juga.

"Maaf ma…."

"Tidak apa-apa nak. Mama tahu jelas bahwa saudara terkadang ribut akan hal kecil. Namun akurlah untuk sesaat. Banyak hal yang mama inginkan dari kalian, mengetahui Sin memanggil mama ke sini lagi walau mama tidak tahu banyak hal."

Mama mungkin mengetahui tentang keberadaan Sin sejak dulu. Bukan aku yang sekarang, tetapi rohku saat aku hidup sebagai Kioku. Jangan katakan aku sama dengan keberadaan Sin yang muncul selagi aku hidup di Kimino, rohku mungkin dikendalikan oleh diriku yang lain.

Yang sekarang ini, aku tidak bisa dikatakan aku sepenuhnya Sin, tetapi ini kesadaranku yang selalu berpindah-pindah menguasai banyak roh. Dalam hal ini, sebenarnya aku sendiri pun masih belum mengetahui apa pun lebih dalam dari ini, semuanya masih terbilang rancu dan tidak masuk akal.

Itu kenapa aku banyak belajar dan berlatih untuk menangani semua masalah yang mungkin terus bertambah bahkan sebelum yang lalu sudah kuselesaikan dengan sepenuhnya. Namun aku yakin, selama aku masih punya harapan dan keniatan, berulang kali aku jatuh pun, aku tidak akan menyerah selama hidupku terus berlangsung.

"Kalian berdua adalah anak yang mungkin mama tidak sadari keberadaannya. Bahkan saat pertama kali, mama tiada bahkan sebelum sepenuhnya melihat kalian dan memeluk kalian. Yang kedua kali, mama menyadarinya dalam kehadiran dan nama lain, membuat kenyataannya menjadi berbelok."

"Itu kenapa Senshi yang mama ketahui itu sebenarnya Jurai yang sekarang ini. Mungkin mama menyadari kesamaan penampilan, tetapi sifatnya berbeda jauh sejak kehidupannya pun juga berbeda alurnya."

"Senshi? Siapa lagi itu Sin? Aku tidak pernah mendengarnya."

Apa aku lupa memberi tahu kepada Jurai soal itu? Ya walau aku pernah cerita aku hidup sebagai Kioku, aku tidak pernah memberi tahu dengan jelas kepadanya soal semua yang kualami. Mungkin saking aku memikirkan begitu sulitnya, aku tidak tahu lagi mana prioritas cerita yang harus kuberi tahu.

Ya biarlah, nanti kuberi tahu kepadanya. Apa pun itu, semuanya sudah berlalu, dan tidak baik kalau aku biarkan semuanya terus menggantungiku dengan tekanan yang ada. Sudah lelah aku hidup dalam bayang-bayang dan kegelapan, kebebasan, itu yang aku cari.

"Nanti kuberi tahu, sekarang biarkan mama bicara terlebih dahulu."

"Baiklah, beri tahu dengan komplit kepadaku nanti."

"Nah, begitu baru anak mama. Kalian sudah tumbuh terlalu besar dan terlalu tua. Mama menyesal banyak hal yang tidak bisa mama lindungi untuk kalian berdua."

"Tidak apa-apa ma. Dalam keadaan apa pun, dan sampai kapan pun, kami tetap anak mama. Kami sayang mama sepenuhnya."