webnovel

RE: Creator God

Bermula dari kehidupan biasa yang tidak sengaja masuk ke dalam takdir yang tidak biasa yakni masuk ke organisasi tersembunyi, dilanjutkan takdir yang lebih tidak masuk akal lagi dalam waktu singkat yaitu dijemput oleh seseorang yang tidak dikenal dari dunia lain, tetapi mengaku istrinya. Sampai akhir hayatnya pun dirinya tidak dibiarkan tenang karena tugas utamanya belum selesai. Tujuan hidupnya hanya satu, menemukan kebenaran tentang kehidupannya. Seseorang yang bernama Sin juga punya identitas rahasia yaitu Alpha dan identitas lainnya dari dunia lain yaitu Lucifer dan ketika mati dia menjadi....

GuirusiaShin · Fantasy
Not enough ratings
377 Chs

CH.246 Warna Hati

Aku cukup terkejut dengan perkembangan signifikan yang mereka buat dari waktu ke waktu selama aku masih ada di sini seminggu penuh. Kurasa makan pagi waktu itu bersama mereka dengan berucap banyak kepada mereka tidak sia-sia. Inilah kepada aku selalu menaruh harapanku di tempat yang aku bisa capai, tetapi juga tidak akan runtuh atau jatuh dengan mudah.

Selama aku ada di sini, aku menghabiskan waktuku bersama semua dari mereka. Namun walau mereka sudah berubah sifatnya, ada yang masih belum berubah, itu adalah warna hati mereka. Setiap orang punya warna hatinya masing-masing. Contoh, Kiera itu adalah pink dan kuning kecerahan, menandakan kasih dan ceria dalam hidupnya.

Yang kuharapkan adalah warna cerah sebenarnya, tetapi yang kudapatkan warna gelap semua. Ada yang biru tua keunguan, yang lain juga ada yang abu-abu kegelapan, bahkan aku masih mendapati warna hitam kelam. Oh ya, semuanya ini tentu aku menggunakan sihir, sihir buatanku tentunya. Dasar yang kubutuhkan adalah mata yang jeli dan mengetahui sifat manusia.

Waktu itu aku pernah mencatumkan bukan bahwa setiap sihir yang kubuat, aku harus mengetahui dasar dari semuanya itu? Contoh saja sihir pembangkit terlarang yang kupakai untuk membangkitkan Kiera dan mama. Waktu itu aku tidak berhasil sebelum Shin melengkapinya dengan pengetahuan dasar soal roh.

"Kiera, apa sayang yakin semua akan berhasil? Saat aku mengintip warna hati mereka, aku tidak melihat perubahan yang jelas pada mereka. Mereka sudah busuk sampai ke dasar-dasarnya."

"Bukankah sayang sendiri yang memberikan mereka kesempatan? Juga bukankah harapan sayang ditaruh di tempat yang aman, tetapi mudah dijangkau?"

Sebegitu mudahnya kah diriku untuk dimengerti Kiera? Aku salut untuk perhatiannya yang super ekstra terhadapku. Tidak pernah ada yang bisa lepas dari pandangannya Kiera sekali dia memberikan perhatian. Sifat Kiera itu seperti elang saja, dari kejauhan saja sudah mengetahui segalanya tanpa meleset sedikit pun.

Sesuai permintaan Kiera, aku membiarkan Kiera yang melatih semua keturunan kami untuk memperbaiki sifat mereka. Di satu sisi aku percayakan semuanya ke dalam tangan Kiera, di sisi lain aku sedikit was-was karena pada dasarnya manusia adalah benda yang mudah pecah layaknya kaca. Aku tidak ingin perasaan Kiera tersakiti karena mereka.

"Benar-benar mengetahui segalanya ya sayang? Benar sih, aku masih punya harapan akan mereka. Semoga aku benar-benar bisa menggapainya."

"Aku akan membantumu kok sayang dalam mencapai harapan itu."

"Terima kasih, aku tahu Kiera sayang memang yang paling bisa diandalkan."

"Papaaa, ishh, sama mama mulu. Perhatikan Feliha dongg."

Kutarik perkataanku soal manusia adalah makhluk yang mudah pecah, semua manusia selain Feliha. Kau tidak tahu seberapa penyiksaannya diriku untuk mendengar Feliha teriak sana sini sampai hampir memecahkan gendang telingaku. Feliha sifatnya terlalu mirip dengan Kiera, perhatian dan tidak suka dicuekin.

Oh ya, aku jadi berpikir waktu itu aku belum sempat bertanya kepada Shin soal sekolah mana yang terbaik dari empat itu. Aku belum sempat menguruskannya lebih jauh karena setelah acara itu, aku langsung menuju ke sini untuk menyelesaikan masalah tentang keturunanku. Aku bisa memikirkannya nanti setelah pulang.

Jangan harap aku masih bisa bersikap sama kepada Shin, aku masih kesal kepadanya. Namun aku tidak bisa mengamuk juga karena itu adalah permintaan Tsuzumi. Apa Tsuzumi masih mengamuk soal diriku sebenarnya adalah laki-laki? Jujur aku tidak memikirkan dampaknya sampai sebegitu besarnya ke semua orang termasuk diriku. Semoga saja Shin sudah berhenti bersikap mengesalkan seperti yang waktu itu.

"Iya Feliha sayang, ini lagi main sama Feliha bukan? Papa hanya berbicara sebentar dengan mama."

"Hahahaha, ya sudah lanjut dulu sana, aku mau membuat makan siang dulu. Nanti papa dan Feliha ke ruang makan ya kalau mama sudah memanggil?"

"Siap bos mama!!"

Tidak pernah aku merasa bosan kalau aku masih memiliki Kiera dan Feliha dalam hidupku. Oh ya, aku cukup terkejut dengan warna hati Feliha sebenarnya. Tidak pernah aku berpikir melihat warna seindah ini. Itu adalah warnah yang saling bercampur hampir menyerupai pelangi. Hanya, semua warnanya warnah cerah dan indah, benar-benar masih murni.

Itulah aku selalu mengatakan untuk ingin melindungi Feliha dalam hidupku. Namun aku masih bingung apa reaksi Felih akan aku dan Kiera adalah dewa dan dewi yang tidak akan menua lebih dari ini. Oh ya aku lupa bilang, tetapi penampilan kami seperti di akhir 20an awal 30an, jadi masih terlihat muda, tetapi juga tidak seperti remaja juga.

"Feliha sayang, dulu papa suka menjajankan anak-anak papa yaitu kakek Feliha di atas enam generasi. Kalau Feliha mau, apakah Feliha juga mau seperti itu?"

"Bolehkah!? YEAY!!"

Gendang telingaku, tolong. Feliha jaraknya tidak lebih dari 1 meter dariku, suaranya sampai menusuk otakku ini. Moga-moga saja kalau ada orang yang memanggil dari jauh aku masih bisa mendengar dengan baik. Karena sebenarnya gendang telinga manusia akan menyesuaikan kondisi 'normalnya'. Kalau aku keseringan mendengar suara keras, lama-lama telingaku mati terhadap suara yang terbilang pelan dan lembut.

Sifat Feliha sebenarnya ceria, aku tidak komplain soal itu. Namun kalau bisa sebenarnya aku ingin dia berlaku sedikit menyerupai tuan putri yang halus dan lemah lembut. Eh tunggu, itu termasuk komplain atau bukan sih? Ya pokoknya begitulah, aku tidak begitu peduli juga untuk detail yang telalu kecil dan tidak berpengaruh.

"Boleh kok, tetapi jangan teriak-teriak ya lain kali? Telinga papa lama-lama pecah dan berdarah nanti."

"Hehehe, Feliha terlalu semangat karena papa kata ingin menjajankan Feliha sesuatu. Oh ya papa, apa jajannya itu? Feliha penasaran!"

"Nanti Feliha lihat saja setelah kita pulang ke rumah kita lagi yang di sana. Semuanya sudah ada di sana."

Sebenarnya yang kuucapkan itu setengah kebenaran. Yang kumaksud adalah pabrik jajanan itu ada di kota tempat rumahku berada. Namun aku masih belum membeli pabrik itu. Lagipula niatku adalah untuk menyekolahkan Feliha dan membangun perusahaanku Guirusia.co di dunia ini sekali lagi. Sumber uangku sudah kukembalikan kepada keturunanku membuatku menganggur.

Kalau aku tidak ada penghasilan lagi, tidak punya pekerjaan, nanti kalau uangku yang masih kutabung habis bagaimana ceritanya coba? Untuk suatu alasannya dompetku bolong untuk memuaskan Feliha dalam segala hal. Mulai dari makanan sampai ke pakaian. Kurasa sekarang koleksi pakaian Feliha lebih banyak dari koleksiku atau Kiera.

"Yeayy, tidak sabar Feliha!!"

"Sabar sedikit, papa masih belum menyiapkan segalanya. Mungkin itu nanti setelah papa mengurus soal sekolah Feliha. Feliha masih ingin bersekolah bukan?"

"Tentu saja, Feliha ingin membuat teman dan menceritakan bahwa papa itu luar biasa."

Semakin dalam aku melihat kepada Feliha, aku menyadari bahwa sifat-sifat dalam hidupnya itu mengubah drastis warna hidupnya. Yang ada aku hanya melihat bahwa semakin berwarna-warni saja dan semakin indah apa adanya. Memang terlihat abstrak, tetapi itu karena sifat-sifat baiknya yang murni dia miliki muncul selalu setiap saat. Benar-benar anak yang luar biasa Feliha ini.

Namun aku tidak menyangka tujuan Feliha untuk bersekolah selain untuk mencari teman, tetapi juga memberi tahu teman-teman bahkan mungkin nanti gurunya tentang diriku. Kalau sudah begitu nanti urusannya bisa repot seperti memberikan donasi kepada sekolah setiap beberap saat. Mana mungkin aku membiarkan sekolah tempat Feliha belajar tidak memberikan yang terbaik dan sepenuhnya?

"Hahaha, nanti kalau Feliha sudah membuat banyak teman dan teman baik, ajaklah mereka main ke rumah. Papa dan mama ingin melihat Feliha dan teman-teman Feliha juga seperti apa."

"Un! Baiklah papa."

"Papa, Feliha, makan siang sudah siap ini, ayo cepat ke mari."

"Siappp mama."

Sekarang aku jadi berpikir, Shin dan keluarganya sudah tinggal di sini, di dunia ini sejak awal dunia ini ditempati. Namun bagaimana orang tidak curiga akan keberadaannya yang tidak pernah tiada? Kurasa aku harus menanyakan soal itu nanti kepada Shin. Terlalu banyak rahasia yang tidak kutahu darinya padahal itu penting.

Jangankan rahasia itu, yang simpel saja tidak bisa kupahami dari Shin. Kalau aku mau menebak warna hati Shin, kurasa itu putih. Hanya putih, menandakan kemurnian memang, tetapi kalau tidak jeli ada bintik-bintik warna abu-abu yang tersebar dalam warna itu. Itu artinya warna putihnya digunakan untuk menutupi warna abu-abu walau tidak sepenuhnya sempurna.

"Wahh, makan siangnya sop kesukaan Feliha!!"

"Hahaha, mama masak ini karena Feliha sedang bersemangat hari ini. Papa dan Feliha makan dulu, mama mau masak buat yang lainnya juga."

Selama Kiera ada di sini bersamaku dan Feliha, Kiera memasak buat semua orang termasuk semua keturunan kami. Kurasa seharusnya aku memanggil para keturunanku dengan sebutan lain, tetapi tidak ada yang pas setelah aku pikir-pikir. Memang siapa yang peduli dengan nama mereka satu per satu, aku bisa meminta IAI mengeceknya jika perlu dari folder khusus itu.

Setelah Feliha memakan sop buatan Kiera yang menjadi kesukaan Feliha, warna hatinya menjadi lebih colok ke kuning cerahnya. Warna lainnya tidak hilang, hanya konsentrasinya tidak seimbang. Normalnya lebih seimbang saat biasanya seperti tadi. Namun tidak aneh kalau hal semacam ini terjadi. Tidak mungkin bukan orang bisa memberi tanggapan yang sama dalam waktu bersamaan?

Itu kenapa aku membuat teori dibelakang ini. Pada saat setiap warna terbilang seberapa banyaknya sama, itu adalah kondisi netral di mana orang tidak bersikap yang terfokus pada satu sifat. Eh tunggu, lama-lama aku semakin ngalur ngidul saja. Sebaiknya aku makan sop buatan Kiera dulu aja sebelum menjadi adem dan tidak segar lagi.

"Papa, papa, Feliha tahu mama sudah biasa memasak, tetapi apa papa bisa memasak seperti mama?"

"Lho Feliha tidak pernah tahu ya? Hahaha, benar juga, papa tidak pernah memasak sebelumnya ya? Baiklah, lain kali papa memasak buat Feliha."

"Benarkah!? Feliha tidak sabar memakan masakan buatan papa!!"

Warna hati Feliha saat ini adalah warna yang tidak bisa kutemukan pada orang lain bahkan pada Kiera. Yang kulihat sekarang ini adalah warna pelangi yang saling berputar membentuk kombinasi yang tidak pernah kupikirkan. Anak yang satu ini memang unik apa adanya, itu kenapa aku menyukai Feliha dan menjadi alasan untuk aku hidup.