webnovel

RE: Creator God

Bermula dari kehidupan biasa yang tidak sengaja masuk ke dalam takdir yang tidak biasa yakni masuk ke organisasi tersembunyi, dilanjutkan takdir yang lebih tidak masuk akal lagi dalam waktu singkat yaitu dijemput oleh seseorang yang tidak dikenal dari dunia lain, tetapi mengaku istrinya. Sampai akhir hayatnya pun dirinya tidak dibiarkan tenang karena tugas utamanya belum selesai. Tujuan hidupnya hanya satu, menemukan kebenaran tentang kehidupannya. Seseorang yang bernama Sin juga punya identitas rahasia yaitu Alpha dan identitas lainnya dari dunia lain yaitu Lucifer dan ketika mati dia menjadi....

GuirusiaShin · Fantasy
Not enough ratings
377 Chs

CH.192 Memori Lampau

Baru saja aku bertemu dengan Rie yang dulu, yang asli, dia sudah menghilang lagi dengan menanamkan isi 'Pandora Box' kepada diriku. Sekejap setelah itu aku langsung terbangun dan kepalaku menjadi sangat pusing karena semua memori selama 12 tahun terakhir yang diingat oleh pemilik asli masuk ke dalam otakku. Kejadian yang sama terulang lagi sejak kehidupanku sebagai Kioku, nostalgia hal buruk, aneh memang.

Namun dengan pengalaman yang sudah kumiliki dari menerima memori yang begitu banyak bahkan memori ribuan tahun membuatku merasakan rasa sakit itu lebih ringan dan cepat reda. Benar saja, setelah rasa sakit itu hilang, aku langsung mengetahui semua masa lalu Rie yang asli.

"Jadi ini adalah memori dan perasaan Rie yang asli. Semuanya ini tersegel sejak lama dan akhirnya kudapatkan olehku."

Memang aku berhasil menemukan memori yang terhilang, tetapi aku melupakan satu hal yang penting. 'Pandora Box' memiliki hal baik yang tersimpan, tetapi isinya didominasi oleh hal negatif dan bagi yang tidak bisa mengontrolnya, pasti akan lepas kendali. Sayang sekali aku tidak bisa mengendalikan emosi negatif yang berasal dari 'Pandora Box'. Jujur aku terlalu lemah apalagi sejak aku menjadi peka terhadap perasaan negatif saat terjebak di 'Time Paradox'.

Untung sebelum sepenuhnya lepas kendali dan kesadaranku belum sepenuhnya menghilang, aku menekan perasaan negatif yang luar biasa jumlahnya itu ke dalam void. Kupastikan di dalam void perasaan itu tidak akan bisa keluar dari situ selama void tidak hancur. Tetap saja, aku pingsan setelah menekan perasaan negatif ini ke void.

Baru saja aku kembali dari tempat asing, aku sudah kembali ke tempat asing lainnya. Namun tubuhku begitu berat, sangat berat, dan di sini aku tidak bisa bangkit dari posisi terbaring menghadap ke atas. Tekanan yang kurasakan begitu luar biasa sampai akhirnya aku menyerah untuk mencoba bangkit. Kurasa aku… gagal setelah jangka waktu yang sungguh lama.

Perasaan ini… sangat familiar bagiku. Perasaan di mana aku sangat terpuruk dalam masalah yang kuhadapi sampai aku tidak dapat berbuat apa pun. Kurasa ini efek perasaan negatif yang tidak bisa sepenuhnya kutekan ke dalam void. Namun di sisi lain ada yang mengatakan bahwa ini adalah perbuatanku sendiri di masa lalu bukan karena isi dari 'Pandora Box'.

"Rie… Rie…. Bangun Rie… bangun!!"

Namun dalam keterpurukkan itu, aku dikejutkan oleh suara dari luar tubuhku. Sontak saja aku kaget dan terbangun, tetapi tekanan yang sama masih kurasakan. Perasaan negatif terlalu menekan diriku, semuanya yang kuhadap ini.

Lupakan soal itu, aku cukup beruntung temanku datang membantuku untuk bangun, kalau tidak pasti aku tidak akan bangun selamanya. Dalam keadaan tertekan seperti itu, mana bisa aku menekan balik, bangkit melawan arus? Dorongan dari temankulah yang membuatku mampu untuk melawan tekanan atas diriku.

"Hah… hah… apa yang terjadi kepadaku?"

"Kami tiba-tiba mendengar suara yang begitu keras dari lantai bawah, ketika kami memanggilmu tidak ada jawaban sama sekali. Jadi kami masuk tanpa seizinmu dan menemukan Rie terbaring di lantai dengan nafas yang sangat sesak."

"Muka Rie pucat sekali, apa Rie mengalami mimpi buruk?"

Mimpi buruk…? Bukan… ini bukan mimpi, ini adalah kenyataan. Apa yang kurasakan barusan memang benar nyata dan menekan diriku dengan sangat berlebihan. Memang kemampuanku kuat, dan punya potensi yang besar, tetapi diriku sendiri itu lemah. Menghadapi tekanan semacam itu saja membuatku terpuruk karena tidak bisa melawan balik. Sulit dipungkiri, tetapi aku ini memang… lemah.

Sepenuh hidupku dipenuhi ketakutan yang begitu nyata. Kemampuan asliku, sebagai dewa pencipta, sebagai penyihir berpotensi, semua itu terasa tidak ada artinya dan lenyap dari diriku menghadapi tekanan mental. Kemampuan bertarung dan kemampuan bertahan dalam tekanan mental itu dua hal yang sangat berbeda. Pada dasarnya moralku memang rendah, terlalu rendah.

"Tidak, aku tidak apa-apa… kalian tidak perlu khawatir."

Kurasa aku kembali ke sifatku yang dulu dan yang buruk itu, tersenyum walau dalam keadaan terburuk sekali pun. Sejak dulu aku selalu punya pikiran bahwa senyum akan membantumu menjalani hidup penuh masalah menjadi lebih baik dan mudah. Seolah-olah dengan tersenyum, aku memasang kepercayaan diri yang tidak pernah ada.

Sebenarnya kenapa ini semua terjadi kepadaku? Apa tindakanku selama ini yang kuanggap selalu tepat itu salah? Jadi keputusanku untuk membuka 'Pandora Box' pun malah menambah masalah. Benar-benar hidupku ini dipenuhi tekanan, ha..ha..ha... Terlalu luar biasa diriku, kau memang hebat, tekanan berat sedikit saja aku langsung goyah.

Sekarang guna apa coba semua usaha Shin dan Lala membantuku keluar dari tekanan yang lama kalau akhirnya aku terjebak di tekanan yang baru? Sia-sia sekali perbuatan mereka, aku harap mereka tidak usah bersusah payah hanya untuk diriku yang tidak punya keniatan untuk hidup.

"Hentikan senyum palsumu itu Rie, kami tahu kalau Rie pasti barusan mengalami sesuatu yang buruk. Biar kami bantu bopong ke kasur."

"Tidak usah, tubuh ini punya berat lebih dari 100 kg, kalian pasti kesusahan, biar aku sendiri saja."

Walau lemah, aku tidak ingin menunjukkan kelemahan itu kepada orang lain, apalagi orang yang penting bagiku. Sudah cukup aku membuat semua orang khawatir terhadap diriku, sampai di sini saja aku berhenti. Biarkan orang melihat sisi kuatku saja karena aku enggan bersandar kepada orang lain atas masalah yang kubuat dan kuhadapi sendiri.

Memang aku mengatakan untuk tampil kuat, tetapi aku bangkit dari posisiku terbaring sekarang ini pun tidak bisa, duduk pun tidak bisa. Seluruh kekuatan dalam tubuhku rasanya lenyap, aku tidak bisa merasakan apa pun. Sensor kulitku dan semua indera lainku bekerja dengan tidak stabil. Semuanya benar-benar kacau.

"Rie… apa kau benar-benar bisa sendiri? Bahkan bangun dari posisi itu saja kesulitan."

"Biarkanku mencoba sendiri, kalian bisa kembali melakukan pekerjaan kalian. Maaf sudah membuat kalian khawatir."

Diriku yang lemah ini memang merepotkan ya? Lihat seberapa mengesalkannya wajah teman-temanku yang terlihat memang rendah dan merasa kasihan terhadap diriku? Aku benci wajah-wajah itu. Itu kenapa aku selalu membantu orang supaya mereka bisa memandangku tinggi dengan wajah yang penuh harapan terhadapku karena aku kuat.

"Rie, hentikan semua ini. Kami sudah cukup melihat Rie menanggung semua beban ini sendirian. Sampai kapan Rie tidak akan menaruh kepercayaan Rie kepada kami?"

"Aku… aku…."

Mendengar ucapan Rara bahwa aku tidak pernah menaruh kepercayaanku kepada mereka membuatku tergagap tidak bisa bicara apa. Di saat itulah semuanya memelukku, mereka membantuku berdiri dan menuju kasur. Tidak ada satu kata apa pun lagi yang bisa kukeluarkan dari mulutku untuk berbicara kepada mereka.

Aku benci memang dikasihani, tetapi aku lebih benci kebenaranku diketahui tanpa seizinku. Mereka berlima benar-benar melihat ke dalam diriku, tepat di dalam semua keburukanku. Jujur, malu aku rasanya merasakan ini, kenapa sebenarnya ini terjadi kepadaku. Aku sudah muak dengan semua ini, tidak adakah orang yang bisa memutuskanku dari rantai yang mengikatku?

"Dengarkan Rie, walau kami memang tidak punya kekuatan apa pun seperti Rie, bukan penyihir seperti Rie. Itu tidak berarti kami harus selalu dilindungi oleh Rie. Juga sudah berapa kali kami bilang, andalkan kami sedikit saja, itu sudah cukup, beban itu terlalu berat untuk Rie tanggung sendiri."

"Aku tidak tahu harus berkata apalagi… maafkan aku…."

"Tidak apa-apa, Rie pasti selama ini mengalami tekanan yang berat. Dan kupastikan barusan Rie mengalami mimpi buruk yang menambah tekanan yang sudah ada. Apa Rie sudah menemukan kebenarannya?"

Bahkan setelah memakai topeng untuk menyembunyikan kebenaran yang terpampang daripada mukaku, mereka masih tetap melihatnya. Namun memang benar, tekanan dalam hidupku tidak pernah berkurang, atau sedikit berkurang, yang ada malah terus bertambah melebihi yang sudah hilang, jadinya tidak imbang.

Pada akhirnya perasaanku tetap perasaan manusia biasa bukan dewa yang kuat. Kemampuan bertarungku tidak bisa diragukan lagi, tetapi kemampuan mental, perasaan, dan semua yang berhubungan dengan apa yang di dalam itu lemah, tidak ada kekuatan sama sekali.

"Belum, tetapi barusan aku melihat salah satu masa lalu yang paling kelam, yang mungkin kalian pun juga pernah rasakan. Namun herannya aku merasakan lebih dari kalian."

"Selama ini Rie tidak pernah membuang tekanan yang ada, Rie hanya tersenyum dan terus tersenyum sambil berkata 'tidak apa-apa' dan menanggung semua sendirian. Kapan beban itu tidak berkurang kalau Rie tidak mau menguranginya?"

Aku… tidak mau mengurangi beban yang kurasakan? Jadi mereka mengatakan bahwa ini semua salahku bahwa aku selalu memakai topeng dan membuat diriku terlihat kuat? Tidak pernah kurasakan rasa malu lebih besar daripada yang kurasakan sekarang ini. Ternyata dibanding dipenuhi kemampuanku bertarung, ketidakmampuanku bertahan dalam badai masalah lebih besar. Sungguh bodohnya diriku ini, kesombonganku menusukku balik sendiri.

Sudah cukup aku merasakan semua ini. Sejak kapan aku menjadi plin-plan akan ucapan dan pikiranku sendiri? Aku selalu mengulangi perkataan yang sama, tetapi tidak pernah ada perubahan, semuanya selalu tetap sama. Muak aku, sudah cukup muak aku dengan semuanya ini dengan kelemahanku ini.

"Kalian itu dewa ya? Rasanya kalian tahu semua dari diriku… hahaha, aku merasa malu sekali karena menyembunyikan semua ini dari kalian."

"Tidak apa-apa, kesalahan memang kesalahan, tetapi apa yang sudah terjadi, biarlah itu menjadi masa lalu yang tidak perlu diingat lagi."

Perkataan Ashina barusan mengingatkanku akan satu hal. 'Apa yang sudah terjadi, biarlah menjadi masa lalu yang tidak perlu diingat lagi'. Kurasa aku melakukan satu kebodohan lagi dalam hidupku. 'Pandora Box' dalam diriku yang tersegel itu kurasa memang bertujuan supaya aku tidak mengalami hal ini dan merasakan tekanan ini. Malah usaha menyegel hal buruk ini jadi sia-sia.

"Semua ucapan kalian menusuk tepat dihatiku, tetapi itu memberiku lubang untuk keluar dari tempurung yang kuciptakan sendiri. Terima kasih, berkat kalian semua ini jadi lebih ringan."

"Tentu saja, kami akan selalu membantumu, dan sama-sama."