"Aku yakin, kau hanya ingin menakutiku saja bukan?"
"Tidak Yang Mulia"
Selir Fu menghela nafasnya dengan kesal. Wajah cantiknya berubah masam seketika. Ia mencoba membuat dirinya kembali stabil.
"Satu lagi masalah datang ke istana"gumamnya.
Dayang-dayang yang membantunya berhias diam seketika. Mereka segera berlutut dan memohon ampun. Selain Selir Fu, sebenarnya ada banyak selir menyebalkan di istana. Hanya saja, gossip yang berdedar membuat reputasinya semakin buruk.
"Hamba, hamba mohon ampun Yang Mulia. Hamba hanya menyampaikan apa yang sebenarnya terjadi. Mohon ampuni nyawa, Hamba"
"Benar Yang Mulia. Mohon ampuni nyawa kami" sahut dayang-dayang lainnya.
Keheningan melanda kamar itu. Tidak ada yang bergerak, sebelum wanita itu memberikan keputusan. Jika neraka terasa sesak karena panasnya api, kamar itu sesak karena menanti keputusan wanita yang bernama Fu.
Konon kabarnya, Selir Fu pernah meminta salah satu dayangnya dihukum pancung hanya gara-gara hal sepele. Dayang malang itu, menumpahkan air di depan matanya. Ia juga pernah diam-diam keluar istana dan tidak sengaja bertemu wanita yang dianggap sebagai wanita idaman. Tak lama, wanita itu dipaksanya masuk istana dan menjadi pelayan, serta disiksa olehnya sampai mati.
Tidak ada kabar baik sedikit pun dari Selir Fu.
"Hah sudahlah!" suara Selir Fu memecah keheningan.
Seketika itu juga nafas para dayang mulai kembali terdengar.
"Rias aku! Aku akan melihat sendiri apakah beritamu tentang Kasim He itu benar atau salah! Jika Budak sepermu berbohong, maka Kau tahu hukumannya bukan?"
"Hamba berterima kasih pada Yang Mulia Selir" jerit dayang yang membawa berita hingga tersungkur lebih dalam lagi ke tanah.
Hidupnya bertambah beberapa saat.
Di halaman belakang istana, beberapa selir dengan dayang-dayangnya berkerumun. Tak peduli dari kelas mana mereka, mereka hanya datang dengan satu tujuan. Menyaksikan eksekusi mati Kasim He. Kasim kepercaaan Yang Mulia Kaisar.
"Sungguh gila! Apa yang Kasim bodoh itu lakukan, hingga nyawanya bisa melayang dalam semalam?" tanya seorang Selir dengan hiasan kepala penuh emas.
"Entahlah Kakak. Adik dengar, kasim bodoh itu menyinggung selir, yang semalam menikah dengan Yang Mulia Kaisar. Setelah beberapa saat Yang Mulia berada di kamar pengantin, Yang Mulia memanggilnya dan memrintahkan prajurit menghukunya"
"Apa benar begitu? Seperti apa rupa selir baru itu? Apa dia lebih cantik dari Selir Fu?"
"Seperti apapun rupanya, peristiwa yang terjadi pada Kasim He sudah cukup memberikan peringatan kepada kita semua. Selir baru itu, cukup bisa mengambil hati Yang Mulia. Kita tidak boleh lengah. Bukankah Yang Mulia akan memilih Permaisuri beberapa minggu ke depan?
Jangan sampai selir baru itu, menjadi Ratu atas kita semua!"
Percakapan mereka terhenti seketika Kasim He dan hakim istana menaiki panggung. Hakim itu membacakan titah Kaiar. Itu membuat semua yang hadir harus berlutut. Baru saja dakwaan selesai di bacakan , Selir Fu tiba bersama dayang-dayangnya. Selir-selir lain memberi salam, sedangkan para dayang berlutut memberinya hormat.
Selir Fu adalah salah satu kandidat kuat Permaisuri. Menurut desas desus, wanita itu tak hanya pandai. Ia juga berasal dari keluarga bangsawan di daerah timur. Ia tak hanya cakap dalam seni, tetapi ia mahir dalam politik. Selain sikap kejamnya, satu-satunya kekurangan yang ia milik hayalah ia seorang wanita. Jika ia seorng pria, mungkin saat ini ia sudah menjabat sebagai perdana menteri.
"Hakim, apa yang terjadi?" tanya Selir Fu dengan penuh percaya diri.
Hakim agung memberi salam pada sang kandidiat ratu.
"Yang Mulia, titah kaisar telah turun. Hamba hanya melaksanakan tugas"
Selir Fu tampak tak senang dengan jawaban itu. Ia melirik ke arah Kasim He yang telah berlutut.
"Bukahkan, seorang yang akan dihukum pancung harus dipenuhi permintaannya?" kata Selir Fu lagi.
Keberanian selir itu, membuat semua selir lain tekagum-kagum.
"Memang hanya Selir Fu yang pantas menjadi Permaisuri!"
Hakim agung itu menjelaskan,
"Satu-satunya keinginan dari Kasim He, hanyalah mati dalam keadaan terhormat. Mohon Yang Mulia Selir tidak melakukan interupsi lagi"
Mendengar hal itu, Selir Fu segera berpaling diikuti pada dayang-dayangnya. Ia berdiri di ruang kosong melihat prosesi tersebut. Selir-selir lain yang tadi bergosip, hanya bisa menunduk. Mereka tak ingin membuat permusuhan dengan kandidiat kuat Ratu.
Dari pada membuat masalah, lebih baik mereka diam. Masa depan mereka akan tergantung dari kemurahan hati Selir Fu, jika ia benar-benar terpilih menjadi Ratu. Meski dalam hati, mereka sebenarnya ingin mengalahkannya dan menjadi Ratu. Sayangnya, hanya keajaibanlah yang membuat semua itu menjadi nyata.
"Yang Mulia Kaisar telah memutuskan racun sebagai hukuman pancung. Semoga siapa saja yang hadir dan menyaksikan bisa mengambil hikmah dari peristiwa ini. Setiap tindakan kita tentu akan membawa ke pengadilan yang benar. Jika tak ingin menderita, mohon tidak melakukan hal-hal yang bisa membahayakan orang lain"
Hakim melipat kembali surat ditanganya. Eksekutor lain datang membawa sebuah cawan berisi racun. Ia meletakknya tepat di hadapan Kasim He. Dua orang prajurit lain, membuka ikatannya. Kasim dengan pakaian putih itu menatap racun dihadapanya dengan pucat.
Setelah dua tiga detik, tangan tuanya yang gemetar mulai bergerak. Ia mengambil cawan itu dan mengangkatnya tinggi. Dipandangnya langit biru di atas kepala.
"Hidup Yang Mulia Kaisar"
Dan bunyi cawan pecah terdengar seketika, tangan tua itu selesai meneguk racun. Tak butuh waktu lama, nyawa pria itu pun lepas.
Semua Selir menunduk memberikan penghormatan terakhir. Hanya Selier Fu yang tak melakukannya. Baginya, ini tidak masuk akal.
Sesaat setelah jenazah pria itu disingkirkan, Selir Fu beranjak dari tempatnya berdiri.
"Aku ingin melihat rupa selir itu!" tukasnya pada para dayang.
"Yang Mulia, menurut aturan selir baru tak akan bisa dikunjungi siapapun sampai hari ke tujuh setelah pernikahan. Yang Mulai baru saja menikah semalam. Hamba rasa…"
"Hmm, semalam?" potong Selir Fu.
Ia menatap tajam ke arah, selir-selir lain yang mulai undur diri dengan ketakutan. Ia sangat menikmati pemandangan itu.
"Bukankah, semua selir harus menyapa permaisuri utama?"
Dayang-dayang di belakangnya berpandangan sejenak. Mereka mengernyitkan dahi. Perturan itu memang sudah jelas ada. Masalahnya Selir Fu, belum menjadi permaisuri atau Ratu.
"Yang Mulia…"
"Cukup!" potong sang Selir.
"Buat sebuah pesta atas namaku. Undang semua selir untuk hadir. Pastikan selir baru itu datang!"
"Hamba mengerti Yang Mulia" kata ke-empat dayang sambil berlutut bersamaan.
Di dalam kamar pengantinya, Meihong Li menatap bayangan dirinya pada pantulan cermin. Pria gila yang tidur di ranjangnya, adalah seorang Kaisar. Pria itu telah membuat kesepakatan dengan dirinya.
"Jika Kau benar-benar bisa membantuku menyingkirkan penghianat itu, aku akan membiarkanmu hidup"
"Tidak Yang Mulia, hamba ingin lebih dari itu" tukas Mehongli semalam.
"Kau ingin menjadi selir istimewaku?"
"Hamba ingin menjadi Permaisuri negeri ini. Dengan begitu, hamba bisa menyingkirkan pejabat yang sebenarnya ingin sebagian kekuasaan Yang Mulia melalui pernikahan dengan putri mereka"
Kaisar itu tertawa. Tak pernah disangkanya, wanita yang menjadi pengantinya itu adalah orang yang segila itu. Ia ingin menjadi permaisuri? Bahkan asal usulnya saja tidak jelas.
"Seorang Permaisuri harusalah berasal dari kalangan bangsawan. Bagaimana Kau bisa menjelasakn asal usulmu pada semua menteri?"
"Hamba memiliki rencana sendiri"