Matahari bersinar terik, cahayanya menembus rimbun pepohonan. Tempat ini begitu sunyi hanya terdengar suara burung dan gemeresik dedaunan tertiup semilir angin.
Pagi ini Scout membawaku pergi keluar dia baru tiba dari spanyol dua hari lalu dan sekarang kami berada dimobil miliknya dan aku sendiri juga tidak tau kemana dia akan membawa diriku.
Satu jam perjalanan akhirnya kami berhenti di sebuah jalan setapak yang di penuhi bunga-bunga liar. Tampak di kejauhan sebuah sungai berwarna biru jernih dan bangunan bercat putih yang berdiri sendirian di tengah-tengah keindahan alam.
Scout lalu menyuruhku untuk turun dari mobil. Aku lalu mengikuti Scout dari belakang, aku akui kalau tempat ini cukup bagus jauh dari perkotaan dan kebisingannya.
"Aku ucapkan selamat datang di villa milik ku, kau orang pertama yang datang kemari."
"Memangnya kau tidak mengajaka orang lain kemari."
"Terkadang aku masih seperti anak kecil yang suka membuat tempat rahasia untuk bermain, meskipun Ibu ku selalu dapat menemukannya." kata Scout sambil tertawa kecil.
"Jadi kenapa kau membawa aku kemari?"
"Sabar dulu kita makan dulu para pelayan sudah aku minta untuk menyiapkan sarapan untuk kita."
"Makanannya seharusnya ada di belakang." Tiba tiba suara ponsel milik Scout berbunyi. Dia lalu meminta ijin untuk menjawabnya kepada diriku.
Sambil menunggu Scout selesai aku memandang sekitar, aku baru tau kalo Scout punya tempat seperti ini. Dari ruang tamu yang terbuka aku bisa melihat hamparan padang rumput penuh bunga liar. Warna-warna cerah berbungaan memanjakan mata.
Dan ditambah aliran sungai menjadi pelengkap disana. "Maaf, aku sepertinya terlalu lama kau pasti sudah lapar bukan?" Aku lalu mengikuti Scout.
Kami lalu tiba di pekarangan belakang yang sudah ada meja dan kursi lengkap dengan makanan diatasnya. Kami lalu makan hidangan tersebut.
Aku sudah selesai makan begitu juga dengan Scout. "Baiklah bisa kau jelaskan apa yang kau inginkan?" Scout lalu menaruh minumannya. "Seperti yang aku bilang kemarin kita memiliki beberapa masalah."
"Masalah?"
"Ibu ku berkata kalau dirimu sedang bermain dengan laki laki lain dan itu membuat dirinya tidak suka. Ibu ku berbeda dengan Ayahku, kau tau bukan bahwa Ibu ku itu seorang sosialita dan bagaimana kehebatan mulut mereka."
Aku terkejut dengan perkataan Scout bagaimana aku bisa lupa akan hal tersebut. kedekatan diriku dengan Daniel pastilah dilihat oleh media.
Bila hal tersebut terjadi maka seantero Prancis akan gempar. "Siapa saja yang sudah tau akan hal tersebut?" kata ku dengan penuh khawatir.
"Sepertinya baru Ibu yang tau, untungnya aku dapat menyakinkan Ibu ku bahwa itu hanya rumor. Tapi sayangnya Ibu ku meminta kita datang ke acara nya nanti malam."
"Untuk membukti kan hal tersebut. Tapi bila kau menolak kita harus mencari alasan lain untuk menipu mereka."
"Baik aku setuju untuk ikut dengan mu." Kami lalu pergi dari sana dan kembali pulang. Setibanya kami dirumah para pelayan sudah ada disana dan menyiapkan beberapa pakaian.
Rupanya Scout sudah mempersiapkan segalanya. Saat sudah selesai aku lalu pergi dan aku melihat Scout sudah rapi dengan jas milik nya. Kami lalu pergi menuju mobil.
Acara yang akan di gelar oleh Ibunya Scout merupakan acara amal untuk mendanai beberapa panti asuhan. Kami tiba disebuah hotel bisa dibilang ini hotel pribadi milik keluarga nya Scout.
Hotel ini bergaya ala viktorian, Scout turun dari mobil dan mengulurkan tangannya kepada ku, aku menyambut tangan tersebut dan kami berjalan saling bergandengan dengan memasang wajah bahagia.
Pintu masuk sudah dekat saat aku memasuki nya aku kagum dengan pesta ini, chandelier kristal tergantung di langit-langit. Bunga-bunga menghiasi tiap sudut ruangan, bahkan ada orkestra yang memainkan musik klasik.
Seorang pelayan muncul membawakan kami champagne. Banyak pasang mata memandang kami, kami seolah olah sudah menjadi selebritis terkenal.
"Hoyah, rupanya putra ku dan menantuku yang cantik sudah datang. Ayo ikut dengan Ibu meja nya sudah disiapkan." Kami lalu pergi mengikuti Nyonya Person.
Disana sudah banyak kalangan kelurga duduk disana. Acara pun sudah dimulai selama tiga jam yang membosan tersebut Scout tak henti hentinya terus menggoda diriku.
"Sepertinya kalian berdua sangat mesra hari ini apa terjadi sesuatu?" kata Ibunya Scout. "Tidak ada, Ibu mungkin terlalu berlebihan."
"Baguslah kalau begitu, jadi rumor tersebut hanyalah kebohongan biasa." katanya dengan penuh penekanan, aku yang mendengarnya hanya dapat memasang senyum mendengarnya.
Acara sudah selesai kami langsung pulang tapi tiba tiba Ibu ku memanggil dan ingin berbicara dengan ku. Kami lalu mencari ruangan yang sepi untuk berbicara.
"Plaaak!!!" Suara tamparan terdengar diruangan itu. "Apa kau sudah gila hah!?"
"Bisa bisa kau yang sudah menikah justru mendekati laki laki lain. Berprilaku lah seperti wanita yang sudah memiliki suami dasar anak tak tau di untung!"
"Kau tau seberapa pentingnya keluarga Person untuk kita hah. Pokoknya Ibu tidak mau tau kau harus menjauhi laki laki tersebut dan jangan membuat masalah lagi kau mengerti."
"Baik Ibu aku mengerti." kata ku dengan pelan sambil memegang pipi kiriku, Ibu ku lalu pergi dari hadapanku. Aku langsung menuju mobil berjalan dengan pandangan kosong.
"Ada apa?" kata Scout kepada diriku tapi aku menghiraukannya dan langsung pergi kedalam mobil. Selama perjalanan kami tidak saling bicara tapi itu bagus karena aku tidak ingin bicara dulu.
sesampainya dirumah aku lalu masuk kedalam kamar disana aku memutar musik dengan sangat keras lalu aku duduk di meja rias ku, aku lalu mengambil sebuah kater kecil dan menyatkannya ke lengan kanan.
Setelah puas dengan lengan kanan aku lallu menyayat lengan kiriku itu terus berlanjut sampai aku tidak bisa menahan rasa sakitnya lagi lalu aku menangis.
Aku menangis dalam diam karena aku tidak ingin membuat Scout Khawatir. Aku mendengar suara pintu terbuka rupanya Scout yang masuk.
Dia membawa kita obat setelah melihat kedua lenganku bersimbah darah. Scout mengobati diriku dia tidak banyak bicara. "Bila kau ingin menangis kau tidak harus menahannya keluarkan semuanya."
Mendengar hal tersebut aku langsung menangis sekeras mungkin Scout memeluk ku dan mengusap rambut ku di dalam dekapannya. Pelukan Scout sangat hangat saat aku sudah lelah menangis aku tidak sadar bahwa aku tertidur di pelukanya.
Seperti Jessy sudah tertidur aku lalu meletakannya di kasur memasangkan selimutnya. Melihat Jessy berada disisi seperti ini membuat diriku merasa aneh.
Aku merasa tidak bisa meninggalkannya sendirian dalam keadaan seperti ini. Seolah olah aku ingin menjaganya, sudah lama aku tidak merasakan perasaan ini. Entah kapan terakhir kali aku merasakannya.
Mungkin saat itu yah mungkin saat itu. Aku lalu ikut tertidur disebelah nya, rasanya sangat menyenangkan mungkin seandainya aku bisa membuat matahari untuk tidak terlalu cepat terbit.
Karena mungkin saat ini saja aku bisa melihat wajahnya dalam keadaan terlemahnya sekarang.
Bersambung