webnovel

Pertama Kalinya Kerja Malam

Acara pindahan Raissa, Asya dan Peni berjalan dengan sukses. Meskipun Raissa kaget melihat Aditya mau membantunya mengangkat kasur dan lemari plastik yang baru dibelinya, bahkan ikut membantu memasangnya. Raissa salut dengan Bossnya itu karena mau membantu anak buahnya pindahan rumah. Apalagi baik Aditya maupun dr. Alex tidak meminta bayaran macam-macam, hanya sepiring nasi dan masakan Asya mereka sudah senang. Meskipun Raissa tahu diri tidak menyuruh kedua Bossnya itu macam-macam, kebanyakan dirinya, Asya dan Peni yang mengerjakan. Keesokan harinya di klinik hubungan mereka juga biasa saja, hanya Asya yang sepertinya semakin dekat dengan dr. Alex. Setidaknya didepan Raissa dan Penny mereka terlihat dekat, tetapi tetap bersikap profesional di mata rekan kerja mereka yang lain. Baik Raissa maupun Peni tidak ada yang menginterogasi Asya, Raissa masih mengingat pesan Mamah untuk saling menghargai privasi masing masing, sedangkan Peni merasa bila Asya tidak cerita maka bukan urusan Peni, tidak usah dipikirkan. Raissa, Peni dan Asya menjadi semakin dekat karena mereka tinggal bersama. Liza juga masuk dalam lingkaran persahabatan mereka. Liza sering berkunjung ke rumah susun, sekedar bermain dan kadang menginap untuk sesi curhat.

Tanpa terasa satu bulan sudah berlalu, Raissa sudah bekerja dengan baik, selain di bagian medical check up, ia saat ini memegang bagian poli anak. Para pasien menyukainya karena sifatnya yang ceria dan banyak ide menarik untuk bermain dengan anak-anak sedangkan para spesialis anak menyukainya karena Raissa cekatan menenangkan anak anak yang ketakutan akan divaksin, ataupun memberontak saat disuntik. Masih banyak poli yang lain yang harus dipelajarinya, tetapi Raissa tidak buru-buru merasa harus menguasainya, nanti juga kak Mira akan merotasi mereka. Jadi Raissa mencurahkan perhatiannya untuk persiapan jaga malam. Untuk dapat berjaga sendiri, Raissa harus menguasai ilmu perkasiran, ia sudah belajar dengan Kak Rotua seorang kasir senior yang sudah bekerja di klinik itu hampir 20 tahun dan sebentar lagi pensiun. Selain itu Kak Mira tidak mengizinkan Raissa langsung mengambil jadwal jaga malam tanpa pernah mencobanya. Untuk mencoba jaga malam, Raissa harus menumpang belajar dengan perawat yang jadwal jaga malam, tanpa dibayar.Jadi Raissa harus mengambil jadwal kerja siang, ikut jadwal kerja malam, dan mengambil jadwal kerja pagi. Kak Mira memberi dispensasi pada Raissa bila ia ingin belajar kerja malam, keesokan harinya boleh kerja setengah hari. Raissa menyanggupinya dan diputuskan malam ini ia akan mulai berjaga malam. Malam ini ia akan menumpang kerja malam dengan Ara, salah satu perawat senior yang punya kemampuan sebagai pengajar yang baik menurut sahabat-sahabat Raissa.

"Sore Raissa, gimana sudah siap tugas jaga malam? sekarang kita ke kasir dulu ya buat ambil Petty cash." kata Ara begitu datang sekitar jam 6.50 sore. " Siap kak." kata Raissa yang langsung mengikuti Ara ke kasir. Di kasir mereka menemui Kak Rotua, setelah mendapatkan Petty Cash mereka pun kembali ke ruang gawat darurat. Semua teman teman yang lain sudah pulang kecuali yang bertugas malam ini. " Siapa saja yang bertugas dengan kita malam ini Sa?"tanya Ara. "Ada kita berdua, dr. Dennis, Pak Wani supir Ambulance, Bang Barto analis lab, dan Yuda radiografer. Oya kak, katering makan malam sudah datang, ternyata aku dapat bagian juga, kupikir aku tidak dapat, untung belum beli makan malam ke bawah." kata Raissa. "Oh sudah datang ya, iya kalau belajar jugavtetap dapat makan malam, tugas kita juga besok pagi waktu orang katering ambil kotak makanan yang sudah kosong, kita beritahukan berapa orang yg bertugas malamnya, apakah ada tambahan atau tidak, atau kalau memerlukan menu khusus. Seperti kalau berjaga dengan dr. Deasy, beliau alergi kacang, ingat ya Sa, jangan sampai makanannya ada kacang, biarpun cuma bumbu gado gado atau sambal kacang siomay. Bisa fatal." kata Ara. Raissa mengangguk-angguk, sebagai seorang perawat, ia tidak boleh menganggap remeh alergi sekecil apapun, karena dapat mengakibatkan kematian. "Apa banyak kak yang mempunyai permintaan khusus seperti itu?"tanya Raissa. "Tidak, sejauh ini hanya dr. Deasy. Yang lain aman semua!" kata Ara sambil tersenyum. "Nah, sekarang ayo kita sterilkan alat-alat yang sudah dipakai di poli sepanjang hari ini. "Baik kak, tadi kami yang tugas sore sudah mencuci dan membersihkannya, katanya untuk mensterilkan adalah tugas yang jaga malam. karena aku juga jaga malam ini jadi tadi sehabis dicuci sudah langsung disterilkan kak." kata Raissa. "Wah, terimakasih, kamu rajin sekali." puji Ara." Kalau sudah beres semua, sekarang kita makan malam dulu, sebentar aku panggil dulu yang lain, biasanya kita makan malam di ruang tunggu UGD supaya kalau ada pasien bisa mendengar" kata Ara sambil menelepon radiografer, analis dan supir Ambulance. Sedangkan Raissa mengetuk ruang dokter jaga UGD yang saat ini ditempati dr. Dennis.

"Dok, makan malamnya sudah siap, ditunggu di ruang tunggu UGD ya dok" kata Raissa. "Hai Raissa, baiklah, sebentar lagi aku kesana ya, aku sedang menyelesaikan presentasi untuk kuliahku nih." kata dr. Dennis. "Oh, dokter sedang ambil spesialis, ambil spesialis apa dok?"tanya Raissa. "Iya, ambil THT, makanya cuma bisa jaga malam saja disini sekarang, dulu sih pagi juga bisa jaga. " kata dr. Dennis. "Wah hebat, siang sekolah, malam bekerja. kalau begitu ayo makan dulu dok, jangan terlambat, nanti dokter sakit."kata Raissa. Dr. Dennis tertawa, "siaaap, 5 menit lagi yaa, tanggung niih" katanya sambil tetap mengetik diatas keyboard laptopnya. Raissa meninggalkan dr. Dennis dan berjalan ke arah ruang tunggu UGD. Sesampainya di sana semua petugas malam sudah berkumpul dan sedang membuka makanannya. "dr. Dennis sedang membuat presentasi lagi?" tanya Bang Barto. "Iya Bang, 5 menit lagi kesini katanya." kata Raissa. "5 menit lagi harus di cek tuh Sa, terakhir kami jaga malam sama dia, kami tidak sempat makan karena pasien selalu penuh. dr. Dennis itu bawaannya panas. pasti selalu banyak pasien jaga malam sama dia."kata Yuda. "Iya, panas banget dia, paling enak dengan dr. Erwin, bisa tidur nyenyak sampai pagi, soalnya hampir tidak ada pasien. kalo dr. Dennis waahh.. sebaiknya kau cepat cepat makan dek, sibuk kau sebentar lagi" kata Bang Barto. "Ada apa Bang sebut-sebut namaku!" kata dr. Dennis yang baru saja tiba. "Eh dokter, sudah selesai presentasinya? tidak apa-apa dok, hanya mempersiapkan Raissa kalau jaga dengan dokter tidak ada istirahatnya, dokter panas sih!" kata Bang Barto. "Huss.. jangan gitu ah, aku lagi banyak presentasi yang harus diselesaikan nihh!" kata dr. Dennis. yang Lain tertawa, sedangkan dalam hati Raissa sebenarnya lebih senang banyak pasien, karena dengan begitu ia punya banyak kesempatan belajar. Dan keinginan Raissa pun tercapai. Tidak lama setelah mereka selesai makan datang beberapa orang anak muda lengkap dengan helm, pengaman lutut, sikut dan sarung tangan, ternyata mereka adalah komunitas skater yang suka berlatih di taman yang tidak jauh dari gedung tempat klinik berada. Salah seorang teman mereka jatuh sepertinya mengalami patah tulang. Setelah di lakukan Rontgen oleh Yuda dan hasilnya di periksa oleh dr. Dennis ternyata memang terjadi patah tulang pada lengan si anak skater. Akhirnya di gips dengan bantuan Ara dan Raissa. Tak lama kemudian rombongan anak muda itupun pulang. Sepuluh menit setelah kepulangan rombongan anak muda itu datang seorang karyawan dari perusahaan swasta yang bertempat di gedung sebelah. Karyawan tersebut sedang ketika merasakan dadanya seperti terbakar. Raissa dan Ara sedang membereskan ruang tindakan bekas tindakan memasang gips barusan ketika karyawan tersebut menyerbu UGD dengan panik, "Suster! Suster! saya kena serangan jantung sus! tolong sus! tolong!" seru karyawan tersebut. Raissa langsung membawa pasien tersebut ke pembaringan dan memasang monitor EKG di dadanya lalu mengambil tanda-tanda vital tubuhnya. Karena melihat pasien masih dapat berbicara dengan baik, masih dapat berjalan dan gambaran EKG relatif normal, Ara dan Raissa menjadi lebih tenang. Lalu Ara memanggil dr. Dennis dan ternyata setelah diperiksa dr. Dennis, pasien tersebut hanya mengalami heartburn, bukan serangan jantung. Masalahnya ada di lambungnya. "Hehehe, iya dok, saya makannya kurang teratur dan kebanyakan minum kopi karena harus lembur dok, saya seorang akuntan dok, jadi kadang saya pulangnya bisa subuh." kata pasien tersebut yang merasa enakan setelah disuntik dengan obat lambung. Tak lama kemudian karyawan tersebut pulang. Raissa dan Ara segera membereskan peralatan dan sprei bekas yang dipakai karyawan barusan. Waktu sudah menunjukan pukul 22.30 malam," Wah iya ya kak, dr. Dennis panas.. kita tidak dikasih nafas"kata Raissa sambil tertawa. Belum selesai Raissa tertawa sudah ada pasien lagi yang datang, " Permisiiiii.." kata seorang wanita paruh baya yang menarik-narik anak gadisnya masuk ke UGD. "Selamat malam, mari silahkan duduk disini, siapa yang sakit?" tanya Raissa segera menangani pasien baru tersebut. "Sini duduk sini nak, ayo duduk.."kata Ibu itu,"ini anak saya, membutuhkan bantuan dokter." kata si ibu, sedangkan si anak gadis cemberut dan seperti segan untuk duduk. "Oh baiklah, boleh saya periksa tekanan darah dan temperaturnya sebelum dokter datang memeriksa ya?" kata Raissa. Si anak gadis mengangguk. Ara masuk keruangan dan meminta kartu identitas si gadis pada ibunya untuk didaftarkan melalui sistem komputer. "keluhannya kenapa?" Raissa bertanya kembali sambil memeriksa temperatur tubuh si gadis dan tekanan darahnya . Si anak gadis menoleh pada ibunya, wajahnya berubah merah. Badannya menggigil. "Wah, demam ya, suhu tubuhnya 38, 2 derajat Celcius." kata Raissa sambil melanjutkan mengukur tekanan darahnya. " Tekanan darah masih normal 110/70 mmHg, jadi keluhannya demam saja? ada batuk? pilek? sudah demam berapa hari?" tanya Raissa. "Baru hari ini sus.." kata si gadis pelan. "Begini sus, masalah sebenarnya adalah, Mmmm... anak saya ini kalau haid senangnya pakai tampon, tidak suka pakai pembalut. Naah, dua hari lalu ketika pakai tampon anak saya lupa ambil dan buang, tetapi esok paginya saat mau diambil tidak bisa, sepertinya talinya tersangkut, dan hari ini malah jadi demam! Tapi saya tidak mau bawa anak saya ke spesialis kandungan karena anak saya malu, nanti anak saya dikira hamil di luar nikah. Padahal anak saya ini masih perawan loh sus.. makanya kami kesini malam-malam. Saya juga melarang anak saya untuk mencoba mengeluarkan sendiri karena takut salah dan malah merobek selaput keperawanannya." kata ibunya setengah berbisik dan cemas. Raissa agak tercengang, walaupun dirinya tidak pernah menggunakan tampon karena harganya lumayan mahal, kurang lebih ia tahu bagaimana menggunakannya. "Seharusnya tidak mengenai selaput dara ya Bu, tapi akan saya sampaikan pada dokter supaya ibu tenang yaa..saya panggilkan dokter dulu." kata Raissa. Si anak gadis dan ibu langsung merasa lega.

Raissa mengetuk kamar dokter jaga, lalu ia menceritakan dengan singkat kronologis kejadian yang menimpa si anak gadis. "Ya ampun, aneh-aneh saja ya kejadian hari ini. Baiklah, siapkan ruangan obgyn ya Sa. Saya butuh pasiennya dalam posisi litotomi." kata dr. Dennis. " Baik dok!" kata Raissa lalu cepat cepat menghampiri Ara, "kak, dr. Dennis minta disiapkan ruangan obgyn, tapi aku belum pernah membantu di ruang obgyn. Kak Ara saja yang bantu dr. Dennis ya? tapi aku boleh lihat ya?" tanya Raissa. "Boleh, memang apa kasusnya?"tanya Ara, dan Raissa menjelaskan sambil mereka menyiapkan ruang obgyn. Setelah siap, Raissa memanggil si gadis dan ibunya, sedangkan Ara memanggil dr. Dennis.

Raissa menyiapkan si gadis di kursi obgyn dalam posisi litotomi. Lalu karena melihat si gadis yang ketakutan Raissa berdiri di sebelahnya dan memegang tangannya. Sedangkan Ara membantu dr. Dennis. Akhirnya dokter berhasil mengeluarkan tampon yang sudah setengah membusuk dan baunya lumayan membuat Raissa menahan nafas. Setelah dibersihkan, kedua ibu dan anak tersebut duduk di depan meja dokter. "Bu, karena anak ibu sudah mulai demam saya akan meresepkan antibiotik, diagnosa saya adalah anak ibu terkena toxic shock sindrom, tapi masih tahap awal. Untuknya ibu dan anak ibu segera ke dokter, kalau menunggu lebih lama lagi bisa bertambah parah. Kalau gejala masih berlanjut misalnya tetap demam, tambah mual dan diare, segera kunjungi spesialis kandungan, saya takut bakterinya menyebar. Ini saya sudah buatkan surat rujukan." kata dr. Dennis. " terimakasih dok, saya harap tidak perlu sampai ke spesialis kandungan dan masalahnya selesai sampai disini saja." kata si Ibu. "Kalau saya haid lagi saya tetap boleh pakai tampon kan dok?" tanya si gadis. " Boleh, tapi jangan lupa diganti tiap 4-6 jam ya, jangan lupa!" kata dr. Dennis. Si gadis merasa lega dan tersenyum lalu keluar dari ruangan dokter. Ara sudah menyiapkan obat, sedangkan Raissa bertugas menjadi kasir bagi mereka . Setelah selesai membayar ibu dan anak itupun pergi. Kali ini waktu sudah menunjukan pukul 1 dinihari. "haduh tolonglah, sehabis ini jangan ada pasien lagi ya? presentasi ku harus selesai dan dibawakan pagi ini!" doa dr. Dennis. "amiinn doookk!"kata Ara dan Raissa serempak. Dan doa merekapun terjawab. sampai pagi kondisi sepi. dr. Dennis dapat menyelesaikan presentasinya, dan Raissa dapat berisitirahat dan menghemat tenaga untuk bekerja pagi besok hari. Semua orang bahagia.