webnovel

Peraturan baru

Sore itu Raissa kembali ke klinik untuk menjemput Peni dan Asya, lalu mereka akan bersama-sama ke RS menjenguk Liza. Raissa sudah sempat beristirahat sepulang kerja tadi pagi dan merasa segar sore ini, Ia masih sedikit kesal dengan Briptu Agus karena melarangnya mencari si topi biru, tetapi demi keselamatannya Raissa mengikuti nasehat Polisi tersebut dan pulang ke rumah. Sore ini Raissa memilih memakai Ojek Online supaya cepat. Tetap saja ketika turun di depan gedung matanya mencari-cari si topi biru. Sekali lagi Raissa harus kecewa karena yang dicari tidak kelihatan batang hidungnya. Kemungkinan sedang bersembunyi karena banyaknya aparat polisi yang berjaga di sekitar jembatan, dan jumlah satpam yang berpatroli di sekitar gedung sepertinya digandakan karena lebih banyak dari yang sebelumnya. Tidak menemukan orang yang dicari, Raissa masuk ke dalam gedung menuju klinik. Ternyata hampir seluruh karyawan belum pulang, ada rapat karyawan dadakan, dan seluruh karyawan dipanggil untuk menghadiri rapat tersebut di ruang rapat yang letaknya satu lantai dengan kantor Aditya.

"Raissa, sudah datang juga akhirnya, yuk ke atas, Peni harus jaga di UGD dan Kak Ara juga masih harus jadi asisten dr. Vita, pasiennya masih numpuk. Kalo yang lain sudah ke atas dari tadi. Yang bertugas jaga malam juga sudah dihubungi untuk datang dan mengikuti rapat ini." kata Asya. "Oh ya? kok aku tidak lihat pemberitahuannya ya?" kata Raissa sambil merogoh ponselnya dan memeriksa isinya. "oh iya, ada, aku tidak periksa chat lagi sejak pesan ojek tadi." kata Raissa."wah, ponsel baru?"tanya Asya. "Siapa punya ponsel baru?"tiba-tiba Dian datang bersama Marisa. Raissa langsung mengantongi ponselnya. "Ah tidaaakkk..hanya ganti kulit luar saja, tidak baru kok. Ayo Sya, kita keatas!" kata Raissa buru-buru sambil menarik Asya. Tetapi Raissa sempat mendengar Marisa berkata, "kok seperti ponsel pak Aditya ya?"

Raissa tidak berani menanggapi melainkan hanya menarik Asya masuk ke lift. Untungnya Dian dan Marisa tidak mengikuti mereka. Didalam lift Raissa baru bicara pada Asya. "Jangan kasih tau siapapun ya Sya, ini ponsel Pak Aditya, beliau meminjamkan padaku semalam, karena ponselku disita sebagai barang bukti di kepolisian. katanya mereka membutuhkan seluruh ponselku untuk mempertajam gambar si topi biru yang ada di ponselku!" bisik Raissa. "Ohhh.. begitu rupanya.. hmmm" Asya mengerutkan kening. Karena lift sudah sampai di lantai yang mereka tuju, percakapan itu mereka hentikan. Mereka masuk ke ruang rapat dan mengisi bangku-bangku yang sudah diatur oleh team HRGA. Tak lama kemudian ruangan itu terisi penuh oleh seluruh karyawan kecuali yang masih harus bertugas jaga di klinik. Mereka akan di briefing belakangan.

Setelah semua karyawan duduk, Aditya dan Alex memasuki ruangan lalu duduk di barisan paling depan. Kak Mira yang didaulat untuk menjadi MC dadakan maju dan mulai memimpin acara. " Selamat datang teman teman semua, mohon maaf atas ketidaknyamanannya harus pulang lebih lambat atau datang lebih awal, karena apa yang akan disampaikan pada rapat karyawan kita kali ini sangat penting. Terkait akan kejadian kemarin malam, ada perubahan-perubahan peraturan yang akan dijelaskan oleh Pak Sugih. Untuk mempersingkat waktu, kami persilahkan Pak Sugih untuk membacakan keputusan rapat pagi ini." kata kak Mira. Biasanya rapat karyawan seperti ini suasana agak riuh dan penuh canda tawa, tetapi kali ini suasana hening, semua teringat peristiwa yang menimpa Liza. Pak Sugih maju ke depan dan mulai berbicara. " Terimakasih atas kesempatannya, Direksi yang saya hormati, teman sejawat sekalian, Kemarin malam, telah terjadi peristiwa yang sangat disesalkan oleh banyak pihak, dan menimbulkan korban dimana sang korban tidak lain dan tidak bukan adalah teman kita sendiri, saudara kita sendiri. Saya mengatakan saudara karena saya sudah menganggap kita semua yang ada di perusahaan ini adalah sebuah keluarga besar yang menyayangi satu dengan yang lain. Karena itu kejadian yang menimpa saudara Liza sangat menyedihkan dan mengagetkan kita semua, juga menemplak kami yang membuat peraturan. Keselamatan saudara-saudara semua tentu saja menjadi perhatian kami. Kami tidak ingin saudara saudara pergi dan pulang kerja dengan perasaan tidak aman. Karena itu tadi pagi kami meninjau kembali kebijakan yang berlaku. Akan ada beberapa perubahan jam kerja khusunya bagian keperawatan.." jelas pak Sugih. Aku dan Asya berpandangan. Pak Sugih terus menjelaskan peraturan baru, yaitu para karyawan sebisa mungkin pulang pukul 7 malam, jangan lebih, khusus untuk perawat yang harus bertugas sebagai asisten dokter, dan dokter tersebut masih banyak pasien hingga malam, maka akan digantikan oleh yang bertugas jaga malam, sehingga si perawat dapat pulang tepat waktu. Untuk yang jaga malam ke depannya akan jaga berdua untuk mengakomodasi dokter yang masih ada pasien hingga malam. Karena perawat sudah ada dua orang, maka kasir, farmasi dan resepsionis sudah tidak perlu lembur hingga malam. Dan karena saat ini perawat masih kekurangan personil, secepatnya akan dicari beberapa perawat dua orang perawat baru untuk tambahan, sementara mencari maka tugas jaga malam akan dibantu oleh mas Bram yang tiap hari akan berjaga di UGD hingga semua pasien pulang dan perawat yang bertugas dapat kembali berjaga di UGD. "Baik, kira-kira begitulah perubahan yang akan terjadi, semoga kejadian ini tidak terulang kembali. Silahkan bila ada pertanyaan." tutup Pak Sugih. Semua hening menyimak, tampaknya semua orang setuju. Pak Sugih kembali duduk, dan kak Mira maju, " baiklah kalau tidak ada pertanyaan, sebelum kita akhiri, Pak Aditya akan memberikan sepatah dua patah kata sambutan. Silahkan pak Aditya. "

Aditya maju dan mulai berbicara, menekankan apa yang sudah dikatakan HR, "Saya mohon agar masing-masing kita tetap berhati-hati, karena pelaku belum tertangkap, bila ada yang mencurigakan segera hubungi pihak berwajib atau pos keamanan gedung terdekat. Mohon agar kita saling memperhatikan satu dengan yang lain." Aditya menekankan untuk semua karyawannya berhati-hati. Setelah itu rapat dibubarkan. Semua karyawan keluar dari ruangan rapat, dan pulang atau melanjutkan pekerjaan mereka. Raissa dan Asya menjemput Peni di UGD dan bersama-sama menuju RS menjenguk Liza. Sampai di RS ternyata bukan hanya mereka yang menjenguk, beberapa teman mereka, bahkan dewan direksi juga menjenguk walau hanya dapat melihat dari jauh dan ujung-ujungnya hanya memberikan dukungan kepada keluarga Liza karena Liza masih belum sadar. Malam itu ketiga gadis tersebut pulang dengan hati berat setelah melihat kondisi teman mereka.

"Sedih lihat Liza seperti itu ya." ujar Raissa. "Iya biasanya ceria dan kecentilan." kata Asya sambil tersenyum. " Aku cuma bisa berdoa kalau sudah begini. Sekarang aku mau buat mie instan ah, lapar!" kata Peni. "Nitip dong Pen?" pinta Raissa. "Yakiiin?" tanya Peni. "Eeehhh.. tidak jadi deh." kata Raissa mengingat Peni masak air saja gosong. Padahal Raissa juga lapar. Saat itu perutnya berbunyi keras, Krucuk.. krucuk.. krucuk...

Spontan ketiganya tertawa. Alhasil Asya yang mengalah. "Sudah, mandi sama kalian, biar aku saja yang buat mie instan buat kita makan. Pakai sayur, tahu dan tomat, jangan ada yang protes ya! biar agak lebih sehat mie instannya!" kata Asya yang memang selalu mandi paling terakhir karena tidak suka keringatan lagi sebelum tidur. "Demi dimasakin Asya, mau diludahin juga kumakan Sya.. seenak itu masakan mu!" jawab Peni sumringah. "Yakiiiinnn???"kali ini giliran Raissa yang bertanya sambil meledek, Peni termasuk perawat yang jijikan orangnya. Heran kok mau jadi perawat kalau sama cairan tubuh manusia saja bisa jijik. Peni dan Asya tertawa. Raissa langsung sigap mengambil handuk dan lari ke kamar mandi, "Aku duluaannn!" katanya sambil segera menutup kamar mandi. "Yaahhh, cepetan Sa, aku kebelet niihh!" kata Peni tetapi Raissa tidak membalas. Akhirnya Peni lari ke lantai dasar dimana terdapat beberapa toilet umum.

Setelah mandi dan makan malam mereka masuk ke kamar masing-masing untuk beristirahat. Dari tempat tidurnya Asya memperhatikan Raissa sedang mengutak-atik ponsel yang dipinjamkan Aditya pada Raissa. "Jadi bagaimana ceritanya Sa, kok ponsel pak Aditya bisa ada di kamu?" tanya Asya. "Iyaaa, semalam beliau ada di sebelahku waktu aku menyatakan keberatan pada Pak Polisi yang akan membawa ponselku,karena aku tidak mempunyai sarana komunikasi lain. Lalu Pak Aditya langsung menawarkan ponselnya untuk kupakai, katanya demi menangkap pelaku kejahatan terhadap Liza, Ya Aku tidak dapat menolak kan.. beliau cuma berpesan jangan sampai nomor yang ada di ponsel ini hilang atau sampai diketahui orang lain. Banyak nomor pribadi soalnya." jelas Raissa panjang lebar. Asya hanya manggut-manggut. "hmm siapa ini? kirim pesan padaku bertanya sudah tidur atau belum?" kata Raissa sambil menunjukan pada Asya. Asya mendekatkan wajahnya pada layar ponsel. "dari foto profilenya seperti seorang polisi Sa, kamu ada kenalan polisi. Pakai seragam nih fotonya. " kata Asya. "Oh ya? mana... oh iyaa.. sebentar kayaknya aku tau orang ini.. oooohh.. ini Briptu Agus, yang menangani kasus Liza. Ada apa ya? mungkin ada kemajuan kasus Liza! kutanyakan dulu ya Sya... Selamat malam Briptu, sudah mau tidur.. apakah pelaku kejahatan terhadap teman saya sudah tertangkap?" ujar Raissa sambil membacakan pesan yang dia tulis pada Asya yang akhirnya duduk disebelah Raissa ikut membaca. "Maaf belum, kami masih mengikuti petunjuk-petunjuk untuk mengetahui keberadaan pria tersebut." Raissa membacakan pesan balasan, lalu menengadah pada Asya, mengangkat bahu dan meneruskan membaca, "Apakah Raissa sudah memiliki kekasih? " Raissa langsung terdiam, sedangkan Asya tertawa terbahak-bahak. "Hahahaha, pak polisinya naksir kamu Sa! Hahahahah!!" kata Asya sambil tertawa-tawa. Raissa memberengut kesal, "Ya ampun Pak Briptu, malah tanya pacar saya, harusnya konsentrasi ke kasus ini dong pak!!" kata Raissa kesal. "Kamu tulis begitu Sa?" kata Asya kaget. "Ya tidak beranilah Sya, haduuh aku harus bilang apa ya? aku tidak tertarik padanya." kata Raissa bingung. "Bilang yang sejujurnya saja Sa, dia itu polisi loh, pasti taulah kalo kamu bohong." kata Asya sambil tertawa kembali. "hmm iya juga ya.. oke aku tulis begini saja deh,.. Saat ini tidak ada Pak, tetapi saya memang belum mau pacaran saat ini." kata Raissa sambil menekan tombol kirim. "wah hebat Sa, udah dapat fans aja dari kepolisian." kata Asya. "Aduh aku lagi tidak ingin pacaran dulu Sya, masih asyik bekerja." kata Raissa sambil melihat pesan baru yang masuk, "tidak apa-apa, saya sudah biasa kok menunggu." Raissa.memghela nafas, "Ya ampun Sya!! mati aku!!" kata Raissa disambut tawa Asya. Akhirnya Raissa memutuskan untuk tidak membalas pesan Briptu Agus dan memilih untuk tidur saja.