Sore itu Raissa pulang ke kosannya di jl. Dewi Sartika dengan menggunakan ojek online untuk menembus kemacetan ibukota. Polusi dari asap knalpot kendaraan bermotor ditambah dengan langit cerah tak berawan dan matahari yang bersinar terang membuat Raissa semakin gerah dibalik helm dan maskernya. Sesampainya di kosan Raissa langsung mengambil air dari dispenser berpendingin yang disediakan oleh ibu Kos. Sayangnya dispenser tersebut sedang rusak pendinginnya alhasil airnya terasa hangat di tenggorokan Raissa. Raissa mendesah kecewa. "Ya ampun, airnya saja ikutan panas juga, kangen air minum di Parongpong" keluh Raissa pelan. Setelah menaruh tas dan berganti baju, Raissa kembali ke luar kamar, kali ini tujuannya adalah mencari minuman dingin terdekat dan kalau bisa sekalian mencari makanan untuk makan malamnya nanti. Untungnya Raissa tidak perlu mencari lama, tidak jauh dari kosannya ada sebuah rumah makan Padang dan warteg, berhubung besok sudah janjian dengan kawan kawannya di klinik akan makan siang warteg, Raissa memilih rumah makan Padang untuk makan malamnya, lalu ia membeli dua liter air mineral dingin di mini market sebelah kosan dan setelah itu kembali pulang ke kosannya. Raissa makan dan selesai makan ia membereskan peralatan makannya, mencuci apa yang perlu dicuci dan membersihkan apa yang harus dibersihkan. Setelah itu Raissa bingung mau melakukan apa lagi, waktu baru saja menunjukan pukul18.30 petang. Raissa memang dibesarkan sebagai anak tunggal, tetapi dia tidak pernah kesepian, selalu ada ibunya di rumah, kalau sudah sore dan ayahnya sudah pulang mereka biasanya makan malam bersama dilanjutkan dengan berbincang-bincang menceritakan kejadian hari itu. Raissa kehilangan saat-saat bercengkrama dengan keluarga, disini satu-satunya kesempatan bersosial adalah di tempat ia bekerja. Walaupun Raissa sudah berkenalan dengan teman satu kosnya tetapi sepertinya masing-masing sibuk dengan urusannya dan hanya bertegur sapa sopan apabila berpapasan. Raisa mengeluarkan ponselnya dan mulai mencari kontak ibunya. Ia memtuskan untuk melakukan video call saja dengan ayah dan ibunya.
" haaiiii Mamah, Papah.. Lagi apa?"kata Raissa begitu wajah orangtuanya muncul di layar ponsel.
"Heii Neng geulis, mamah papah habis makan. Kamu sudah makan nak?" tanya Mamah. "sudah mah, makan nasi Padang di sebelah, tiap hari begini bisa gendut nih mah!" kata Raissa. "Ya olahraga dong!"kata Mamah. " kamu hati-hati, jangan sembarangan beli makanan, lihat kebersihannya. Jangan sampai sakit."kata Papah. "Di kosan tidak bisa masak ya Sa? masak sendiri saja supaya lebih hemat." kata Mamah. "Dapurnya tidak lengkap Mah, kulkas dan dispenser saja sedang rusak. paling bisanya masak mie instan saja." kata Raissa. "atau katering saja Sa? coba kamu cari katering." kata Papah. " Hmm.. Raissa coba cari deh Pa, tapi tanggung ya, kan siang Raissa makannya di tempat kerja. Lagipula porsinya sedikit Pah, kurang.. hahahahah" kata Raissa. "kamu ini"jawab Papahnya sambil geleng-geleng kepala. "Raissa juga kepanasan banget ni Pah, kangen udara sejuk Parongpong dan air minum yang dingin walau tidak pakai es. " keluh Raissa. "Kan Mamah sudah bilang, cari kosan yang pakai AC saja" kata Mamah. "Iyaa, papah mamah bisa bantu kok supaya kamu bisa bayar kosannya." kata Papah. "Waah, biaya kosan ber-AC setengah gaji bulanan Raissa Mah! Maaf ya Mamah, Papah, Raissa bukannya menolak bantuan mamah papah, hanya saja Raissa ingin mandiri." kata Raissa sambil tersenyum. "Papah mengerti, kami hanya kasihan karena kamu belum terbiasa dengan udara panas." kata Papah. "Atau coba kamu telepon Bi Lina, dulu sebelum menikah tinggal di rumah susun bersama temannya, mereka sewa satu kamar tipe studio tapi dihuni oleh 3 orang, jadi biaya sewanya dibagi tiga. "kata Mamah. "wah boleh juga tuh idenya Mah, kalau begitu Raissa mau telepon Bi Lina dulu ya.." kata Raissa hendak menyudahi telepon,"ehh.., tunggu dulu, mamah penasaran gimana hari pertamamu bekerja, cerita dulu atuh!" kata Mamah menghentikan Raissa menutup video call mereka. "oh iya hahaha, sampai lupa, hari ini berjalan baik-baik saja Mah, Pah. Raissa sebulan ini ditempatkan di bagian medical checkup, walaupun kalau ada waktu senggang harus belajar caranya bekerja di bagian yang lain juga. Belum Boleh ambil giliran kerja malam, karena harus mempelajari semuanya dulu termasuk menjadi kasir. Semakin cepat belajar semakin cepat bisa jaga malam, semakin cepat mendapat uang tambahan, hehehehe.." kata Raissa antusias. "Ingat jaga kesehatan Raissa, jangan karena giliran jaga malam mendapat lebih banyak bonus kamu mengabaikan kesehatanmu." kata Papah menasehati. "Ya Papah, tenang saja, Raissa akan menyesuaikan dengan kondisi tubuh Raissa." janji Raissa. "Lalu bagaimana lagi, apa saja yang terjadi di hari pertama bekerja?" tanya Mamah mengembalikan topik pembicaraan. "Banyak Mah, tadi diajak keliling seluruh klinik, berkenalan dengan pegawai pegawai senior. semua baik-baik, seru dan kocak, teman-teman perawat juga baik-baik semua. Bahkan hari ini Raissa mendapat tugas merekam jantung CEO kami dengan EKG. untungnya berjalan lancar Mah! Raissa sudah dag dig dug duer hehehe!" kata Raissa. "waah syukurlah, semoga kamu makin hari semakin sukses nak!" kata Mamah ikut bahagia. " Mah, Pah, Raissa telepon Bi Lina dulu ya, mumpung belum terlalu malam." kata Raissa berpamitan kepada kedua orangtuanya. Sesudah menyudahi video call tersebut, Raissa menelepon Bibinya. "Halo Sa, apa kabar?" sapa Bibi Lina. "Halo bibi, kabar baik. Raissa menganggu tidak bi? ada yang Raissa ingin tanyakan." kata Raissa. " Tidak kok, Bibi baru saja sampai rumah ." kata bibinya. "waah baru pulang kantor ya? Bi mau tanya, dulu waktu bibi masih lajang sempat tinggal di rumah susun dengan teman teman bibi ya? rumah susun dimana bi?" tanya Raissa. "iya benar, dulu bibi di Tanah Abang. sekamar bertiga dengan teman bibi, jadi murah bayarnya. Kenapa? Raissa bukannya sudah ada kosan? atau mau tinggal di rumah bibi saja di Bogor sini?" kata Bi Lina. "Iya Bi, Raissa mau cari yang lebih murah, apalagi kalau bayarnya bisa patungan begitu. Supaya bisa cari yang berpendingin ruangan bi." kata Raissa. "Ya sudah sini di rumah bibi saja, gratis tis tis.." kata bibinya menirukan iklan. "Heheheh, tapi terlalu jauh Bu kalau di Bogor, nanti Raissa akan punya giliran jaga malam segala, susah kalau dari Bogor." kata Raissa memberi alasan. " ooh begitu, ya sudah tidak apa-apa, kamu kerjanya di jl.mt.haryono ya? coba cari di sekitar Cawang sepertinya ada rumah susun." kata Bi Lina. "Baiklah bi, terimakasih infonya ya bi. Selamat istirahat dan selamat malam." kata Raissa menyudahi percakapan teleponnya. Sekarang Raissa bingung, mencari rumah susunnya pasti gampang, tinggal lihat aplikasi peta di ponselnya pasti dapat. Mencari teman untuk berbagi biaya sewanya mungkin agak rumit, karena Raissa belum mempunyai banyak teman di Jakarta. "Besok tanya dengan teman teman saja ah, siapa tahu ada yang sedang mencari teman sekamar."kata Raissa.Dan Raissa pun pergi tidur dengan riang walau masih kepanasan.
Keesokan harinya Raissa seperti kebiasaannya selalu datang lebih cepat. Selain takut terjebak kemacetan Jakarta, ia juga lebih tenang dan tidak terburu-buru memulai pekerjaannya. Walaupun ada janitor yang membersihkan ruangan, Raissa tetap membantu dengan membersihkan debu-debu yang menempel di peralatan medis dan meja kursi di ruangan medical checkup. Majalah dan buku-buku untuk pasien baca di susun rapi, alat-alat tulis untuk mengisi kuesioner dirapikan dan diletakan di tempat semula. Liza datang tak lama kemudian, "Sa, rajin banget! begini terus ya, jangan cuma diawal awal saja!" kata Liza setengah bercanda. "tenaaang, aku sudah biasa beres-beres sebelum mulai bekerja." jawab Raissa. "Hebaaattt, ngomong-ngomong kemarin bagaimana? aku sebenarnya iri lohh, tapi aku tuh kalau sudah di depan pak Aditya bisa tiba-tiba pikun, terpukau aku lihat ketampanannya. " kata Liza dramatis. "Hahaha, ada-ada saja kamu Liz, seperti ketemu selebritis saja!" kata Raissa. "eehh.. jangan salah Sa, pak Aditya itu termasuk seleb juga loh, coba deh kamu lihat majalah-majalah di ruang tunggu yang untuk orang-orang kaya itu.. pasti pak Aditya selalu ada disitu bersama artis artis, atau sosialita lain yang cantik-cantik. hhh... kapan ya aku masuk majalah bersama pak Aditya" kata Liza sambil melamun. Raissa hanya tertawa kecil menanggapi lamunan Liza. Saat itu kak Mira datang ke bagian medical check up bersama Bang Ucok. " Waah, sudah rapi semua, mantap kali kalian ini!" seru Bang Ucok. Kak Mira juga tersenyum senang melihat anak buahnya sudah siap bekerja. " Iya dong Bang, siapa dulu.."kata Liza terhenti sebentar lalu melanjutkan sambil menunjuk Raissa, "Raissaaa.." dan Bang Ucok pun tertawa. "Kukira kau mau bilang kau yang bereskan, baru mau kubilang kerasukan apa kau!"kata Bang Ucok. "Iih Bang Ucok ini" kata Liza sambil memukul lengan Bang Ucok dengan pelan. "Bercanda Liz, Oya hari ini siap-siaplah, ada beberapa artis yang akan melakukan medical checkup untuk visa pelajar ke Australia, ingat perlakukan secara profesional. jangan terus-terusan kau pelototin Liz! dan jangan minta tanda tangan segala ya! kita sedang bekerja, bukan sedang jumpa fans." kata Bang Ucok. Raissa langsung semangat mendengar kemungkinan bertemu artis, "Baik Bang!" jawab Raissa. Walaupun tidak bisa minta tanda tangan, tetap saja bisa melihat artis dari dekat sudah menyenangkan buat Raissa, dan ia bisa cerita ke Mamah nanti malam, pasti Mamah akan iri, pikir Raissa. "Oya Raissa, nanti ada penjahit baju seragam mau datang, untuk fitting bajumu. Sudah hampir selesai, kalau ukurannya pas bisa langsung diambil, kalau tidak pas, berarti harus diperbaiki lagi. Nanti kalau sudah datang aku kabari ya." kata Kak Mira. "Baik kak!" kata Raissa senang akhirnya ia tidak terlalu kelihatan berbeda sendiri.
Lalu Raisa segera tenggelam dalam pekerjaannya, tak lama kemudian beberapa artis bermunculan. Raissa rasanya ingin menjerit senang tetapi dilakukannya hanya dalam hati saja. Artis-artis yang biasanya hanya dilihat di TV saat ini berinteraksi langsung dengannya. Apalagi saat ini para artis tersebut datang tanpa memakai make-up tebal seperti di acara TV, melainkan riasan tipis seadanya untuk sehari-hari. Raissa punya banyak cerita untuk diceritakan kepada mamahnya nanti. Bhagaskara Medika tidak hanya menangani pasien dari dalam negeri saja, tetapi menangani pasien internasional. Beberapa pasiennya hari ini juga adalah orang-orang dari luar negeri, seperti Jepang, Korea, Amerika, Inggris, India, Thailand dan masih banyak lagi. Raissa yang baru lulus dan mempunyai pengalaman yang minim dengan orang asing berusaha untuk mengerti apa saja yang mereka katakan dengan berbagai macam logat inggris yang digunakan. Bahasa Inggris Raissa cukup baik, baik lisan maupun tulisan, tetapi kalau dihadapkan dengan orang Jepang, Korea, India dan Thailand, Raissa merasa ingin mengibarkan bendera putih. Berkali-kali ia meminta pasiennya untuk mengulangi perkataan mereka. Setelahnya Raissa meminta maaf karena ia tidak cepat menanggapi percakapan mereka dan harus meminta mereka mengatakan berulang kali. Raissa merasa lega bila pasien yang datang berasal dari Amerika karena ia dapat langsung memahami, tetapi pasien dari Thailand dan India sebaliknya. Akhirnya jam istirahat siang pun tiba. Raissa dan Liza pergi ke ruang ganti untuk pergi mencari makan keluar. Disana Peni dan Asya sudah menunggu. Sedangkan yang lain membawa makanan sendiri dan menyantapnya di Nursing Station. Berempat mereka segera berganti baju lalu keluar menuju warteg yang dimaksudkan oleh Liza kemarin.