webnovel

H-1

Keesokan paginya Raissa bangun dengan segar walaupun otaknya penat. "Sudahlah, jangan patah semangat Raissa!! ayo hadapi hari ini dengan berani, kau punya hak juga buat bahagia!" kata Raissa menyemangati diri sendiri. Peni dan Asya yang dua-duanya dapat jadwal pagi sudah berangkat duluan. Dan seperti biasa rutinitas untuk siapa saja yang jaga malam, paginya harus membereskan rumah. Jadilah Raissa bersih-bersih rumah dengan semangat. Mencuci baju dan menyetrika lalu memasak untuk makan siangnya. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul sebelas. Karena semua pekerjaan sudah beres, Raissa merebahkan diri di sofa sambil menyalakan televisi. Awalnya mencari berita si topi biru, tetapi karena tidak ada komentar yang menarik, Raissa akhirnya memindahkan ke stasiun musik favoritnya lalu menikmati musik yang disajikan. Jemarinya memainkan ponsel ditangannya. Lalu ia teringat untuk memastikan pada Aditya rencana besok, apa yang harus dibawanya. Raissa memutuskan mengirimkan pesan saja daripada menelepon, pasti sedang sibuk. CEO gitu loh! Tidak mungkin jam segini sedang santai. Raissa mengetikkan pertanyaannya, apa saja yang harus ia bawa besok. Lalu diletakkannya ponselnya dan mulai mengikuti lagi yang ditayangkan televisi. Tak disangka Aditya langsung membalas. "Jaket dan celana panjang saja, yang cukup untuk menahan angin dingin, tidak usah terlalu tebal, yang nyaman saja, non formal kok tempatnya. jangan pakai sepatu hak tinggi, sepatu untuk olahraga saja." balas Aditya. Raissa jadi semakin penasaran kemana Aditya akan membawanya.

Aditya: "penasaran? tunggu besok malam ya?"

Raissa: "Ya pak, mau kemana sih memangnya? saya takut salah kostum nih pak!"

Aditya: "Tidak akan salah kalau kamu mengikuti arahan saya. Soal tempatnya, rahasia! kejutan buat kamu!"

Raissa: "Ya ampun pak, pakai rahasia-rahasiaan segala, bilang aja sih pak, saya tetap senang kok dibawa kemana saja sama bapak. Asal bukan ke toilet, hehehehe.."

Aditya: "Benar senang dibawa kemana saja?"

Raissa: " kemana saja yang dapat diterima norma-norma yang berlaku di masyarakat maksudnya pak."

Aditya:"Banyak sekali syarat buat kencan denganmu Sa? Yang lalu yang kamu bilang waktu di mobil ditambah dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat kan banyak sekali. Mana hapal?"

Raissa:"Tidak usah dihapal pak, capek. Ngomong-ngomong yang di mobil kemarin sudah saya anulir ya pak syaratnya, hehehe."

Aditya: "Oya, yah tau gitu.."

Raissa: "Tau gitu kenapa pak?"

Aditya: "Tidak jadi."

Raissa: "Ih bapak, bikin penasaran!"

Aditya: "Bagus dong, biar kamu mikirin saya terus."

Raissa: "Nanti saya tidak bisa kerja pak kalau disuruh mikirin bapak terus."

Aditya: "Saya aja bisa tetap kerja sambil mikirin kamu."

Raissa: "waduhh.."

Aditya: "Kenapa?"

Raissa: "Tidak apa-apa, sudah siang, tidak makan siang?"

Aditya: "Masih Meeting ini dengan team Marketing dan operasional."

Raissa: "Haaah? dari tadi sedang meeting pak? Kok tidak bilang, maaf menganggu ya pak? Sudahan saja meetingnya pak. Makan dulu! Ingat, Bapak punya maag!"

Aditya: "Baiklah, saya tutup dulu meetingnya, setelah itu saya akan makan dengan Alex dan Satya."

Raissa: "Eh?! memangnya agenda rapatnya sudah selesai?"

Aditya: "Yang penting-pentingnya sudah, tinggal masalah-masalah kecil, biar manager-manager mereka saja yang pusing. Saya tidak mau pusing dengan urusan kecil."

Raissa: "Oh, baiklah, selamat makan siang!"

Aditya: "Kamu juga."

Raissa hanya tersenyum. Jadi Bosnya itu selalu memikirkan dia. Sambil tersenyum senang, Raissa mengambil makan siangnya dan makan di depan televisi.

Sementara itu di ruang rapat, Rapat sedang dipimpin oleh Marisa yang sudah berdandan sangat cantik dan bergaya seprofesional mungkin. Saat ini memang sedang membicarakan hal-hal yang dapat dibahas secara internal di departemen masing-masing. "Maaf saya potong Marisa, sebaiknya hal-hal ini dibahas per departemen saja, nanti kalau sudah ada kesimpulannya lapor ke saya. Saya ada rapat lain dengan Alex dan Satya. Bisa kita tutup rapatnya?" kata Aditya tenang. Marisa gelagapan tetapi akhirnya menurut juga. Dan merekapun bubar. Marisa yang kesal hanya bisa menggerutu pada Lira, "Susah sekali mencari perhatiannya, sudah berdandan secantik ini melirik saja tidak, memuji juga tidak, malah dari tadi cuma ngelihatin ponsel melulu! huh!"

"Eh iya lohhh! aku lihat juga tadi ada beberapa kali Pak Aditya tersenyum sendiri! jangan-jangan Pak Aditya punya Pacar Mar! keduluan deh kamu!" goda Lira. "Hah? siapa memangnya? setahuku saat ini Pak Aditya tidak dekat dengan siapapun." kata Marisa. "Memangnya kamu pasang cctv di badan pak Aditya yang bisa memantau 24 jam?" tanya Lira. "Ya tidak, tapi aku punya banyak Intel! Aku pasti akan tahu kalau pak Aditya mendekati seseorang!" kata Marisa. Lira hanya bengong, "Segitunya mengejar pak Aditya!"pikir Lira lalu keluar untuk mencari Eki yang sudah janjian sebelumnya akan makan siang bersama.

Kembali ke Raissa, Ia sudah selesai makan siang, memang dari dulu ia tidak pernah bisa makan perlahan. Kecuali bila sedang makan diluar bersama teman, sepiring bisa satu jam habisnya, itupun karena kebanyakan mengobrol daripada mengunyah. Kalau fokus hanya makan, paling lama lima menit sudah selesai. Raissa sedang mencuci piring ketika mendengar ketukan di pintu depan. "Sebentar!!" teriak Raissa sambil membilas piring dan sendoknya lalu mencuci tangannya. Sambil mengambil tissue dan mengelap tangannya Raissa bergegas membukakan pintu. "Oh! Briptu Agus? Ada apa ya? tumben datang kemari?" kata Raissa yang terkejut melihat kedatangan si Briptu yang saat ini sedang memakai pakaian premannya. "Ah, tidak kenapa-kenapa kok Dek, Abang hanya mampir karena kebetulan lewat saja. Boleh Abang masuk?" kata Briptu Agus. "Euuuhh.. maaf ya Briptu.. bukannya saya tidak sopan tidak mempersilahkan masuk, hanya saja saya saat ini sendirian dan tidak enak dilihat tetangga kalau saya ajak Briptu masuk. Maaf ya?" kata Raissa yang merasa tidak enak pada Briptu Agus, tetapi tidak nyaman kalau harus berduaan dengan Briptu Agus didalam rumah, lagipula tetangga disini mulutnya bocor semua. Bisa-bisa mereka digosipkan yang tidak-tidak. "Oh ya tentu, Abang mengerti. Abang hanya dapat kabar dari Peni kemarin kalau Dek Raissa hari ini akan jaga malam, jadi tadinya Abang mau ajak makan siang bersama. Bagaimana dek?" tanya Briptu Agus. "Peniiii!!! buat apa sih kasih tau jadwalku segala ke Briptu edan ini!" jerit Raissa dalam hati. "Yaaahh, baru saja saya selesai cuci piring bekas makan siang saya.. sudah kenyang saya sekarang Briptu. Hehehe.." kata Raissa sambil cengengesan. "Wah terlambat dong Abang ya .. baiklah besok saja bagaimana?" kata Briptu Agus pantang menyerah. "Eeuuhh besok kemungkinan saya tidur sampai sore Briptu karena habis jaga malam, malamnya saya sudah ada acara. " kata Raissa mengelak. Wajah Briptu Agus terlihat kecewa. "Waah, susah ya mencocokan jadwal Dek Raissa."kata Briptu Agus memancing Raissa untuk menjanjikan hari yang lain, tetapi Raissa hanya cengengesan saja tidak membalas pernyataan Briptu Agus. "Baiklah mungkin lain kali ya dek, Abang pamit dulu ya.."kata Briptu Agus dengan lesu berbalik dan melangkah pergi. "Eh Briptu?" seru Raissa. "Ya?!" seru Briptu Agus sambil berbalik kembali dengan semangat. "Sampai kapan ponsel saya ditahan?" tanya Raissa polos. Briptu Agus yang harapannya naik, langsung kandas kembali. Lalu ia berpikir, saat ini ponsel tersebut sudah selesai, tapi ponsel itu adalah jalan untuk bertemu Raissa kembali, ia akan mempergunakan kesempatan ini. "Belum selesai, agak lama memang prosesnya. Kalau sudah selesai pasti Abang kembalikan. Jangan khawatir!" seru Briptu Agus kembali gembira. Raissa yang curiga ada yang tidak beres hanya mengangguk saja sambil mengernyitkan dahi. "Baiklah, Abang pergi dulu, hati-hati selalu ya.." kata Briptu Agus sambil melangkah pergi, kali ini pergi betulan. Raissa masuk kembali dan menutup pintunya, menghempaskan diri ke sofa lalu mengambil ponselnya. Tentu saja mengirim pesan pada Peni dan Asya di grup mereka.

Raissa: "Penniiiii... kenapa bilang-bilang Briptu Agus jadwalku malam hari ini?"

Peni: "Habisnya dia tanya.. memangnya kenapa Sa?"

Raissa: "Dia datang barusan kesini tahuuu!! pakai bilang Abang adek segala lagi.. sejak kapan aku punya Abang!"

Asya: "Huahahaha...terus dia masuk?"

Raissa: "Tidaklah, bisa jadi bahan gosip tetangga bertahun-tahun kalau aku bawa Briptu masuk dan hanya berduaan dengannya! Lagian kalau aku persilahkan masuk akan susah untuk mengeluarkannya!"

Peni: "Maaf Sa, habisnya dia tanya sih.. aku juga bingung mau jawab apa, tidak biasa berbohong hehehe!"

Raissa: "Ya sudah, sudah pergi juga orangnya"

Asya: "Lalu dia mau apa Sa?"

Raissa: "Mau ngajak makan siang Sya, untuuunggg banget aku baru saja selesai makan!! fiuuhhh!! Eh dia ngajak lagi dong, makan besok siang, aku bilang aja aku tidur habis jaga malam!"

Peni: "Hahahaha benar-benar maju tak gentar bapak polisi kita ini!"

Asya: "Hahahaha!!"

Raissa: "Bagus ya, ketawa aja terus kalian, Oya, nanti pulang kerja kalian ke Liza lagi? salam ya?"

Peni: "Iya Sa, selalu kami sampaikan kok salammu, Lizanya saja yang masih belum merespon. Sabar ya Sa. Semoga cepat sadar dia."

Raissa: "Terimakasih Pen!"

lalu percakapan merekapun terhenti, sepertinya Peni dan Asya sudah kembali ke kesibukan masing-masing. Raissa memutuskan untuk tidur siang dulu sebagai bekal tenaga untuk jaga malam nanti. Raissa memasang lagu-lagu slow melow di ponsel pinjamannya agar dapat tertidur, karena sebenarnya tubuhnya tidak terlalu lelah, tapi bila tidak tidur siang, bisa-bisa dia kurang fit untuk bekerja nanti malam. Akhirnya Raissa tertidur dan baru bangun pukul 5 sore. Cepat cepat Raissa mandi. Menyiapkan tas dan mengisinya dengan barang bawaannya. Raissa tidak perlu makan sore karena akan disediakan di klinik nanti, untuk mengganjal perutnya, Ia mengupas di buah jeruk Medan dan memakannya. Setelah itu Raissa langsung berangkat. Hari ini ia akan berpasangan dengan Mona, salah satu perawat baru. Karena sudah ada kebijakan jaga malam berdua, jadi perawat baru tidak usah latihan berjaga sendirian. Tugas Raissa dobel malam ini, sebagai perawat jaga malam dan sebagai tutor perawat baru. Sesampainya di klinik Raissa langsung menjelaskan langkah-langkah yang sudah pernah diajarkan dulu oleh seniornya kepada Raissa dan saat ini mengajarkan pada Mona yang datang lebih cepat juga, semangat untuk belajar. Semua berjalan lancar, pasien yang datang pun tertib, dalam artian datangnya satu-satu bukanya sekaligus banyak dan membuat kewalahan petugas medis. Kasusnya juga bukan kasus yang susah, hanya flu, maag, keram perut karena sedang menstruasi, Ringan- ringan saja. Seolah semesta sudah mengatur malam itu semuanya berjalan lancar sehingga Mona dapat memperhatikan dan mempraktekan sendiri apa yang sudah dipelajarinya.

Pukul 10 malam, saat pasien sedang sepi, Yuda, Barto, dr. Dennis, Pak Wani, Raissa dan Mona berkumpul di ruang tunggu UGD, hanya mengobrol sambil menunggu pasien datang. Mereka membahas pemulihan Liza dan si topi biru yang belum tertangkap sampai sekarang. Raissa menjawab sebisanya soal Liza, ia tidak ingin terlihat bahwa saat ini sedang saling tidak bicara dengan Liza. Untungnya Asya dan Peni selalu memberitahukan kondisi terkini Liza. Tapi kebanyakan mereka membahas si Topi biru. Mulai dari spekulasi siapa sebenarnya dia, hingga mengingat-ingat kapan dan dimana mereka pernah melihatnya. Sedang asyik membahas seperti di warteg, posisi mereka pun mencerminkannya, para pria menaikan kaki sambil mengobrol santai, yang wanita tentu saja tidak bisa seperti itu tetapi tetap saja posisi duduknya sedang santai semua, dan tiba-tiba saja tidak ada angin tidak ada hujan Aditya datang. "Eh Pak Aditya, ada yang bisa di bantu pak?" kata dr. Dennis si orang pertama yang melihat Aditya karena posisinya memang menghadap arah datangnya Aditya, sedangkan yang lain membelakangi Aditya. Spontan semua langsung loncat dan berdiri, dan mengucapkan selamat malam. "Santai saja, saya hanya mampir saja. Sudah mau pulang tapi ingin mengecek keadaan dulu. Jadi sudah dua perawat yang berjaga malam ini ya? tetap hati-hati ya?" kata Aditya sambil menatap Raissa. "Iya pak, Baru mulai kemarin malam, Oya bapak sudah kenal perawat baru kita, Mona?" tanya Raissa. "Oh ya, waktu itu sudah bertemu sekali dikenalkan Mira. Dengan satu lagi temanmu, Susan ya?" kata Aditya pada Mona. "Benar pak " jawab Mona dengan gugup. "Baik, aman semua malam ini dr. Dennis?"tanya Aditya kali ini kembali ke dr. Dennis. "Aman Pak!" jawab dr. Dennis yang tidak menyangka Aditya hanya sidak mendadak. "Bagus, kalau begitu silahkan lanjutkan, saya harus pulang." kata Aditya pamit dengan anggukan kepalanya pada semua yang ada disana termasuk Raissa.

Setelah Aditya tidak terlihat lagi semuanya menghembuskan nafas lega. "Gilaaaa.. baru kali ini aku kena sidak!!" kata Barto. "Aku juga, kupikir pak Aditya sakit lagi. Hahaha.. langsung jantungan, mana kita semua lagi ngobrol!" kata dr. Dennis sambil tertawa. "Ya ampun Pak Aditya udah jam 10 malam aja tetap ganteng, rapih dan wangi.. mmhhh.." kata Mona. Raissa menoleh lalu tertawa melihat tatapan nanar Mona. "Yah, satu lagi kepincut nih sama bapak CEO.. sadar.. sadar.." kata Yuda. "Konon, semua karyawati yang terang-terangan suka pada pak Aditya, umurnya tidak panjang di perusahaan ini." kata Pak Wani dengan nada horor terbaiknya. "Oh ya memangnya kenapa pak, ada misteri apakah dengan pak Aditya?" kata Mona penasaran. "Tidak ada sih, penyebabnya jelas, entah si cewek resign atau dipecat." kata Pak Wani enteng. "Ah pak Wani, kirain ada kisah horor apaan! udah semangat nih.."kata Mona. "Oh doyan cerita horor? sini aku ceritain pengalaman horor ku jadi supir Ambulance." kata Pak Wani. "Aahh aku tak mau dengar, aku ke dalam saja.. imajinasiku terlalu aktif kalau dengar kisah horor, dahh Mona!" kata Raissa segera lalu masuk kedalam. Raissa duduk di depan komputer lalu mengeluarkan ponselnya, ternyata ada beberapa pesan dari Aditya. Raissa mengecek jam pengirimannya, ternyata sudah dari setengah jam yang lalu. Raissa menepuk dahinya merasa bersalah dan cepat-cepat membacanya.

Aditya: "Sedang ada pasien Sa?"

Aditya: "Masih jaga sendirian atau sudah dua orang perawatnya?"

Aditya: "Sedang sibuk ya? saya mampir sebentar kebawah ya?"

Raissa:"Waduuh maaaaafffff.. kalau sedang bekerja ponselnya saya pakai mode getar saja. kadang tidak terasa juga sih. Maaf ya pak?"

Aditya: "Hmm, maafin tidak ya?"

Raissa: "Maafin dong pak, Bapak baik deh!"

Aditya: "Memang saya baik, tapi saya tidak mau langsung memaafkan. Kamu akan saya hukum karena mengacuhkan saya."

Raissa:" Hukumannya apa?"

Aditya: "Nanti akan saya beritahu, tunggu saja!"

Raissa: "Adduuhh.. takuuttt!!"

Aditya: "Huahahaha.. silahkan gemetar dari sekarang!"

Raissa: "Ternyata Bapak sadis juga!"

Aditya: "Tidaakk.. saya orangnya baik kok!"

Raissa: "Tapi bapak tidak mau memaafkan saya!"

Aditya: "Dimaafkan, kalau sudah menjalani hukuman. Hukumannya apa, tunggu saja.. bwahahahaha..."

Raissa:"Isshh.. ngomong-ngomong, semua orang kaget loh bapak tiba-tiba sidak."

Aditya: "Kalau kamu lihat pesanku barusan, pasti mereka tidak akan kaget karena kamu sudah memperingatkan mereka aku akan datang."

Raissa: "Aaiihh iya juga ya, maaf ya pak"

Aditya: "Sampai jumpa besok Raissa, saya sudah hampir sampai di rumah."

Raissa: "Baiklah, selamat istirahat, tidur yang nyenyak!"

Aditya: "Pasti, kan sudah lihat kamu sebelum pulang. Pasti tidur nyenyak dan mimpi indah. Selamat jaga malam, sampai jumpa besok malam."

Raissa: "Sampai jumpa!"

Mona menemukan Raissa sedang tersenyum sendiri di depan komputer. "Ada apa kak, kok senyam senyum sendiri?" kata Mona. "Hmm, ah temanku kirim pesan."jawab Raissa. "Teman apa temaaannn?" goda Mona. "Saat ini sih masih teman ya, tidak tau nantinya hahahah.." jawab Raissa sok misterius. Mona hanya tertawa dan tidak sempat membalas karena saat itu datang seorang pasien yang harus segera mereka tangani.