webnovel

Rahim Untuk Anakku

Embun, terpaksa harus menerima kerja sama sewa rahim karena ia membutuhkan uang untuk melunasi hutang almarhum ayahnya. Selain itu, ia ingin merasakan menjadi seorang wanita seutuhnya dengan menjadi seorang ibu, tanpa harus menikah karena traumanya terhadap laki-laki. Lady, istri mandul yang berusaha untuk menutupi rahasianya dari sang suami, nekat berselingkuh dengan dokter yang membantu proses sewa rahim agar mau membantunya. Dokter itu menggunakan sel telur Embun dalam prosesnya. Bencana terjadi ketika perselingkuhan itu mulai terbongkar. Cerita ini penuh intrik, tetapi tetap dibalut dengan romantisme.

Freddy_San · Urban
Not enough ratings
31 Chs

Kembali

Kita adalah juri untuk diri kita sendiri,

tanpa perlu orang lain menjabarkan,

tentang apa dan siapa kita.

*****

"Lo yakin dengan semua ini, Lad?" Broto masih tercengang.

Wanita itu terlihat tenang. Sangat tenang bahkan. Broto sama sekali tidak mengira bahwa Lady akan setenang itu membicarakan semua ini.

"A thousands percent. Gue nggak pernah setengah-setengah jalanin apapun. Semua selalu gue pertimbangkan dengan matang. Termasuk keputusan gue menikah dengan Kala, dan sekarang, to have an affair with you. Tapi mungkin dari sekarang kita jangan sebut affair. Kita bisa ganti dengan kesepakatan, gimana?" Lady yakin pria itu pasti akan menerima tawaran dari dia. Karena itu ia tampak lebih tenang dari sebelumnya.

"Second Love. Walau bagi gue, lo itu tetap number one." Broto menyecap americano coffee di cangkirnya.

"Numero Uno. Kaya chocolatos aja. Hahaha." Lady tertawa melihat Broto yang masih saja terlalu serius menanggapi segala sesuatu.

"So, kita deal or no deal?" lanjutnya.

Broto kembali menatap Lady lekat-lekat. Hati pria itu sudah condong pada keputusan untuk menerima tawarannya. Tapi masih banyak hal juga perlu ia pertimbangkan. Jelas ini bukan keputusan yang mudah. Juga bukan perkara yang simpel, ini sangat pelik dan rumit.

Akal sehatnya menolak semua ini. Tapi ego dia meneriakkan hal yang berbeda. Bullshit dengan kode etik, bodo amat dengan etika. Semua itu tidak menjamin kebahagiaan dia. Bahkan anak dan istri di rumahpun bukanlah sumber kebahagiaan pria itu. Wanita di depannya inilah satu-satunya sumber kebahagiaan bagi Broto dalam hidup ini.

"Three days, ok? Kasih gue waktu tiga hari untuk berpikir." Broto tersenyum. Tapi kali ini senyum itu nampak lebih bebas dan tidak dipaksakan.

"Hahaha, oke deh. Nggak papa. Lo memang nggak berubah dari dulu. Butuh waktu lama untuk berpikir dan mengambil keputusan." Lady tergelak. Tapi dalam hati 100 persen dia sudah yakin pria ini menerima tawarannya.

Mereka kemudian berbincang santai seolah tanpa beban apapun. Sepanjang perbincangan, Lady menyelipkan harapan dan kebahagiaan yang "mungkin" mereka alami pasca rencana surrogate mother itu berhasil.

Mereka saling berpandangan. Telepon genggam di atas meja bergetar hampir bersamaan. Sama-sama tersenyum, keduanya meraih HP masing-masing.

(Aku tidur duluan ya, jangan lupa makan malam.)

Sebuah pesan dari Ningrum untuk Broto.

(Iya, tidur aja dulu. Sebentar lagi aku kelar, makan malam dan segera pulang.)

Broto membalas pesan dari istrinya.

Ningrum bukan tipe istri yang ribet. Mungkin karena memiliki profesi yang sama, jadi tidak sulit baginya untuk mengerti situasi Broto. Ada waktu dimana dia juga harus mendadak ke rumah sakit dan tak bisa diprediksi pulang jam berapa.

Hubungan keduanya bisa dibilang baik-baik saja walau mungkin tidak sehangat pasangan pada umumnya. Selama menikah, belum pernah mereka beradu mulut selain untuk berciuman. Juga belum pernah sekalipun mereka beradu tubuh selain untuk bercinta hingga lahirlah seorang Saka, si kecil yang sedang belajar berjalan saat ini.

Saka mungkin lahir dari hubungan cinta sepihak. Ningrum yang memang sangat mencintai Broto, walau ia tahu hati pria itu bukan miliknya.

Broto memang tak pernah menceritakan tentang satu-satunya wanita yang telah mengisi hatinya. Tapi sebagai seorang perempuan, tentu Ningrum bisa merasakan itu.

Pria itu hanya sedang berusaha berbuat baik dan tampak mesra di hadapannya maupun keluarga besar dan rekan-rekan. Ningrum tidak merasa keberatan dengan itu. Ia siap untuk menunggu dan meluluhkan hati Broto perlahan-lahan. Sejauh lelaki itu mau dan mampu menjadi suami dan ayah yang baik, dia tidak akan pernah merasa lelah untuk menunggu.

(Aku otw pulang. Kamu masih sama Broto?)

Lady tersenyum membaca pesan dari suaminya.

(Ya, masih bernostalgia. Semua berjalan sesuai rencana. Tinggal lo pastikan soal Embun.)

Pesan terkirim pada Kala yang membaca dengan girang.

(Yes. Pandu minta waktu 5 hari, tapi sudah kuminta dipercepat. Kalo Embun gagal, siapa lagi kandidat kita?)

Ada sedikit keraguan di hati Kala. Ya, tidak semudah itu mendapatkan wanita untuk disewa rahimnya di Indonesia, dimana etika, norma, tata krama dan berbagai aturan tidak tertulis lainnya masih sangat kental membelenggu.

(Kita bicara nanti di rumah ya. Luv u.)

Lady menyudahi percakapan. Karena butuh perbincangan lama dan serius membahas kandidat surrogate mother. Saat ini ia hanya ingin berkonsentrasi pada Broto, masalah besar dari sisi dirinya yang harus dipecahkan terlebih dahulu.

(Ok, enjoy ur time, Honey.)

Kala mencoba berpikir alternatif solusi jika Embun tidak bersedia disewa rahimnya. Ia memiliki keraguan besar bahwa gadis itu bersedia mereka sewa.

Embun nampak masih sangat belia. Bagaimana jika ia masih perawan? Hanya gadis dengan kondisi sangat terdesak dan nekat yang mampu menyewakan rahimnya. Embun tidak terlihat seperti itu.

Pembawaan Embun terlihat tenang dan cenderung berhati-hati. Gadis itu sepertinya tipe yang tertutup. Hal ini menjadi satu sisi positif untuk menjadi kandidat surrogate mother. Tapi wajah cantik mungkin saja menarik banyak pria di sekitar. Sulit menghindari para lelaki yang mengejar dan mengincar.

Menyewa rahim orang yang sudah menikah? Akan melibatkan suami, juga keluarga besar. Semakin banyak yang terlibat, tentu makin bahaya.

Menyewa rahim janda? Makin rawan dengan gosip dan naluri keibuan mereka tentu sudah lebih besar daripada seorang gadis nekat yang menyewakan rahim mereka.

Kala khawatir jika janda tersebut tidak mau melepas bayi mereka. Masalah akan semakin runyam. Berbeda hal dengan seorang gadis nekat yang tentu tidak mau terbebani dengan anak di usia belia mereka. Memutus hubungan batin dan fisik keduanya akan lebih mudah.

Atau harus menyewa seorang pelacur kelas atas? Tentu mereka senang untuk cuti selama kurang lebih 10 bulan dan tetap dibayar. Sepertinya ini kandidat kedua yang layak dipertimbangkan.

Seorang pelacur kelas atas tentu secara fisik tidak mengecewakan. Kebersihan dan kesehatan juga sudah pasti terjaga. Mereka juga tidak banyak dipakai orang. Hanya pria tertentu dengan dompet tebal yang mampu membayar wanita-wanita tersebut.

Got it!

Kala segera mengirim sebuah pesan pada Pandu.

(Cari juga kandidat surrogate mother dari pelacur kelas atas. Coba cari 5 orang untuk kita seleksi. Tapi rahasiakan dari Lady.)

Kala khawatir istrinya tidak menerima kandidat dengan latar belakang kehidupan seperti itu. Lebih aman dia merahasiakannya dan nanti mengarang background kandidat tersebut. Lady tidak akan menelusuri terlalu jauh karena mencari kandidat adalah tugas Kala.

(Siap, Pak.)

Pandu membalas singkat. Ia sudah paham dengan kriteria yang diinginkan.

"Dari Kala?" Broto memandang Lady.

"Ya. Dan dia nggak masalah gue sama lo. Ini poin plus yang lo perlu tau. Sampai kapanpun, Kala nggak bakal curiga atau bermasalah kalo kita bersama," tegas Lady seolah ingin meyakinkan Broto dengan kebimbangannya.

"Kala mungkin bukan masalah. Tapi istri gue?" Broto kembali menghela nafas.

"Come on. Lo dokter kan. Jarang di rumah. Bisa kali kita sempetin 2-3 jam untuk kencan. Toh nggak tiap hari. Gue ngikutin jadwal lo. Sesekali kita juga bisa kencan singkat saat lo lagi praktek. Simpel kan?" Lady meraih tangan Broto, menggenggam pelan dan mengusapkan ibu jari di permukaan tangan itu.

Mau tidak mau Broto menelan ludahnya sendiri. Dia berusaha keras mengendalikan laju jantung yang tiba-tiba tidak beraturan. Dan segumpal daging yang tiba-tiba mengembang di bawah sana.