webnovel

Rahim Sewaan : Istri Bayaran Sang Bos

Fabian Wijaya adalah pemuda berusia 34th, dia merupakan seorang yatim-piatu yang telah ditinggal semua keluarganya. Hidup sendirian di salah satu pedesaan yang ada di kawasan Jakarta Utara dan mengabdikan diri sebagai pekerja serabutan di salah satu kebun jengkol, tanpa sengaja Fabian Wijaya menjalin hubungan dengan Kenny Alfaro—putri dari keluarga Alfaro yang terkenal terpandang juga kaya-raya. Hubungan keduanya tak direstui, hingga membuat Doni Alfaro—Ayah Kenny dan Keyra, menghalalkan berbagai cara untuk menyingkirkan Fabian dari dunia ini. Hingga akhirnya, sebuah insiden pun datang, di mana Fabian harus mengalami kemalangan, dan kehilangan belahan jiwanya di tangan Doni Alfaro. Merasa dendam Fabian pun memutuskan untuk balas dendam dengan apa yang telah dilakukan Doni kepadanya. Tak lama setelah itu, sebuah kecurangan terjadi hingga membuat keluarga Alfaro tidak hanya bangkrut, hingga Keyra harus menanggung biaya rumah sakit, beserta dengan hutang ayahnya yang belum bisa terlunasi dengan habis. Dalam kondisi seperti itu, Fabian pun datang bak seorang malaikat. Menawarkan sejumlah uang kepada Keyra sebagai jawaban dari segala kemalangan Keyra. Namun dengan syarat, Keyra harus menjadi budaknya dalam hal apa pun itu. Termasuk mengandung benih Fabian, juga memuaskan nafsu bejat Fabian. Akankah Keyra bisa melepaskan diri dari jeratan Fabian yang memang memiliki niatan balas dendam kepada keluarganya melalui dirinya? Ataukah Keyra akan benar-benar jatuh ke dalam pelukan Fabian untuk selamanya?

PrincesAuntum · Urban
Not enough ratings
131 Chs

Kekecewaan Sang Anak.

Malam ini, agaknya cukup berbeda dengan malam-malam biasanya. Bagaimana tidak, Fabian dan Kenny sekarang sudah berada di pusat kota. Keduanya saling bergandengan tangan seolah enggan untuk melepaskan tangan mereka. Lampu-lampu kerlap-kerlip seolah menjadi penghias tersendiri di malam tahun baru yang sangat meriah ini. Ya, kota ini memang tidak akan pernah mati.

"Apakah kamu sudah berdoa? Tahun baru akan dimulai, jika kita berdoa di saat seperti ini, maka doa kita akan dikabulkan, Abi," tanya Kenny, keduanya kini kembali bergandengan tangan lagi, berjalan menuju distrik yang lebih kecil untuk sampai di stasiun busway terakhir. Kemudian, keduanya saling pandang, dan saling tersenyum manis satu sama lain.

"Bukankah kita tidak boleh mengatakan doa kita? Tentu saja aku tidak akan mengatakan apa pun itu, karena aku berharap jika doaku lekas dikabulkan oleh Tuhan," jawab Fabian. Kenny tampak mengerucutkan bibirnya, kemudian langkah keduanya langsung terhenti.

Suara terompet itu terdengar begitu riuh, kembang api pun mulai bersahut-sahutan menampakkan keindahannya, pun dengan petasan yang menggelegar, seolah memecahkan suasana malam yang kelam.

"Selamat tahun baru, Sayang. Aku harap kita bisa merasakan malam tahun baru lagi tahun depan, dan aku sangat berharap jika hubungan kita bisa langgeng untuk selamanya," Fabian memandang Kenny dengan tatapan dalamnya, membuat Kenny nyaris tak bisa berkedip ditatap seperti itu oleh Fabian.

"Bahkan, aku mengharapkan hal yang sama, Bi. Aku ingin tahun depan kita bisa menjadi Tuan dan Nyonya Wijaya."

"Apakah kamu tak keberatan melepas nama Alfaro yang selama ini kamu sandang?" tanya Fabian kemudian. Kenny langsung menggelengkan kepalanya.

"Aku masih berharap jika aku bisa memakai nama Wijaya di belakang namaku, Abi,"

Keduanya kembali berciuman, seolah hari ini tidak ada yang berhak bahagia selain mereka berdua. Di bawah ribuan nyala kembang api yang sangat sempurna. Keduanya merasa jika malam ini akan menjadi malam terindah yang tidak akan pernah dilupakan oleh keduanya. Hingga akhirnya, panggutan itu terpaksa harus berhenti, ketika telinga Fabian menangkap ada suara derap langkah kaki. Bukan hanya sepasang, tapi suara derap langkah itu seolah merupakan langkah beberapa orang. Berjalan dengan begitu cepat dan terburu, lalu berhenti ketika seluet mereka tampak semakin jelas di depan mata Fabian. Fabian tampak tertegun, setelah melihat beberapa laki-laki berperawakan tegap memakai pakaian serba hitam itu mengepung dia dan juga Kenny, membuat Kenny dengan sempurna berangsut mundur, berlindung di tubuh tegap kekasihnya. Semua hal ini, benar-benar di luar dugaan keduanya.

"Apa yang terjadi, Pak? Apakah kalian telah salah orang? Kami tidak mengenal siapa pun di kota ini, jadi tolong pergilah. Sebab aku yakin kalau kalian salah orang," kata Fabian yang berusaha berdamai dengan orang-orang yang mengepungnya.

Namun, apa yang diharapkan oleh Fabian agaknya berbeda. Bahkan, mereka tidak bergeming dari tempat mereka sama sekali. Mereka malah memgambil senjata yang mereka bawa kemudian menodongnya dengan sempurna ke arah Fabian.

Melihat hal itu, Kenny semakin ketakutan. Kedua tangannya bergetar hebat. Dia hanya bisa berlindung di balik punggung Fabian, hingga suara salah dari salah satu laki-laki itu menggema dengan sempurna.

"Fabian Wijaya, sekarang waktumu mengatakan selamat tinggal kepada dunia,"

Fabian yang mengetahui jika pelatuk itu akan segera dilepaskan kepadanya pun bergegas berlari, sambil mendorong tubuh Kenny untuk menepi. Sekarang Fabian tahu, yang diincar adalah dirinya, bukan Kenny!

Fabian menendang salah satu laki-laki yang hendak menembaknya, hingga tembakan itu langsung terarah ke atas dan laki-laki tersebut terjatuh dengan sempurna. Fabian bisa melirik Kenny yang tampak ketakutan di ujung matanya, tapi Fabian hari ini tisak bisa untuk tinggal diam, dia harus mengalahkan tujuh laki-laki yang ada di depannya ini sekarang, kemudian mengajak Kenny segera pergi dari tempat ini.

"Awas, Abi, di belakangmu!" teriak Kenny. Fabian langsung melompat, kemudian dia menendang sosok yang ada di belakangnya, membuat Kenny agaknya cukup senang dengan hal itu. Namun, tunggu ….

Jenny kembali berpikir, bukankah saat ini Fabian sedang dikepung banyak orang? Namun mengapa ketika dia ada di sini sendirian dari ke tujuh orang itu, tidak ada satu pun yang menyandera dirinya agar Fabian merasa lengah dan menyerah? Bagaimana bisa dia tampak sebebas ini sekarang? Kenny mulai merasa aneh dengan hal ini, hingga akhirnya mata Kenny terbelalak sempurna melihat tato yang ada di tengkuk ke tujuh laki-laki itu, spontan Kenny mundur dari tempatnya, matanya pun tampak begitu nanar. Dadanya terasa begitu sesak, pikirannya sekarang benar-benar kacau.

"A … Ayah," gumamnya seolah tidak percaya dengan kenyataan yang baru dia lihat dengan kedua matanya sendiri.