Caca berusaha berpikir positif, tidak mungkin suaminya itu berbohong. Sembari menunggu kedatangan sang suami, Caca kembali menghangatkan sayuran yang dirinya masak.
Semua isi kulkas ternyata sudah diisi oleh dua orang yang ditugaskan oleh Bian, bosan menunggu Caca masuk ke dalam kamarnya untuk mengambil handphone nya.
"Mas Bian kemana sih, udah malam kok belum pulang," gumam Caca.
Berulang kali Caca berusaha menelpon dan mengirimkan pesan kepada suaminya itu namun, belum juga ada respon oleh suaminya. Hingga sebuah pesan singkat yang masuk ke dalam ponselnya, membuat Caca terdiam dan menutup mulutnya kaget.
"M-mas Bian," ucapnya dengan air mata yang mengalir. Carissa terdiam, wanita itu tidak tahu harus bersikap seperti apa. Ingin marah namun, tak bisa karena Bian bukan miliknya seorang diri.
Pesan singkat itu dikirim oleh Della, wanita itu mengatakan bahwa Bian saat ini bersama dengan dirinya sembari memberika gambar Bian tertidur di sampingnya tak memakai baju, harusnya Della tidak mengirim hal itu, harusnya juga Carissa tidak bisa bersikap seperti saat ini.
"Gue harusnya tahu di mana posisi gue saat ini," ucap Caca sembari menghapus air mata yang sudah mengalir sangat jelas.
***
Di dalam kamar, Bian terbangun pria itu memenggang kepalanya rasa sakit dikepalanya membuat Bian tidak nyaman.
"Sudah bangun Sayang?" tanya Della sembari memberikan air putih kepada suaminya itu. Bian menerima air itu dengan segera rasanya kepalanya begitu sakit.
"Jam berapa ini?" tanya Bian.
"Jam 21.00. Kami istirahat aja dulu," balasnya. Mata Bian melotot tajam, dirinya tidak salah dengar jika saat ini sudah sangat malam. Bian teringat dengan janjinya kepada Carissa, dirinya sudah sangat terlambat. Bian mencoba beranjak dari tempatnya namun, ditahn oleh Della. "Mau kemana Mas? Ini sudah malam, kamu katanya masih pusing?" tanya Della.
Bian terdiam apa yang dikatakan oleh Della benar adanya, kepalanya saat ini masih sangat terasa sakit. Bahkan benar-benar membuat Bian tidak nyaman dengan kondisi saat ini. Namun, ada Carissa yang menunggunya saat ini di rumah. Apa lagi kedua asisten Bian sudah dapat dipastikan tidak bisa menginap.
"Kalau kamu mengkhawatirkan Carissa. Itu gak perlu, aku udah kasih tahu sama dia kalau kamu di sini. Kamu tenang aja Mas," ujar Della. Mata Bian menatap ke arah istrinya itu dengan tatapan yang sulit diartikan. "Sudah mending kamu istirahat aja dulu, biar enakkan. Ini kamu minum dulu biar segeran, aku udah buat wedang jahe," ucap Della.
Bian, pun menerima minuman tersebut. Tak lama Bian merasakan ngatuk yang begitu berat membuat pria itu merebahkan tubuhnya kembali, melihat hal itu membuat Della tersenyum bahagia. "Malam ini kamu akan sendirian, tidak semudah itu kamu bisa bersama dengan Mas Bian. Nikmati kesendirian kamu Caca sayang."
***
Di dalam kamar, Carissa seorang diri. Wanita itu mencoba untuk tertidur namun, tidak bisa pikiran Carissa sibuk berputar-putar memikirkan suaminya yang saat ini sedang bersama dengan istri pertamanya.
"Kenapa aku seperti ini. Wajar kalau Mas Bian di sana, tapi kenapa rasanya sangat sakit," gumamnya. Carissa mencoba membolak-balik badannya supaya bisa tertidur tapi tetap saja dirinya tidak bisa tidur dengan nyenyak. Cukup lama, Carissa berada di posisi ini. Hingga akhirnya Carissa terlelap dan tertidur.
Keesokan paginya, seperti biasa Carissa bersiap untuk pergi ke kantor. Jarak dari rumah ini dan kantor mereka cukup jauh, sehingga membuat Carissa harus pergi lebih cepat dari biasanya, apalagi dengan kondisi Carissa yang harus pergi menggunakan taxi online.
Empat puluh lima menit waktu yang digunakan oleh Carissa untuk sampai di kantor. Tepat ketika gadis itu sampai, mobil yang dikendarai oleh Bian lewat. Caca melihat hal itu namun, dirinya harus bersikap biasa saja. Caca harus tahu di mana posisinya saat ini.
"Selamat Pagi Mbak Caca," sapa Pak Joni, satpam Perusahaan di mana Caca berkerja.
"Pagi Pak."
Senyum di bibir Caca tidak pernah luntur, hal itu juga yang membuat seluruh orang yang bekerja di sana senang dengan sikap Caca yang begitu ramah.
"Pagi Mbak Caca," sapa Ayu salah satu Resepsionis yang ada di Perusahaan Bian.
Carissa mulai membalas setiap sapaan yang diberikan oleh semua orang yang melihatnya. Orang-orang lebih suka menyapa Carissa dibandingkan Della. Bagi mereka Della terlalu sombong, bahkan seolah lupa dari mana dirinya berasal.
"Huft!!!"
Caca menarik napasnya dengan berat, wanita itu langsung mengerjakan semua pekerjaan yang tertinggal sebagai sekretaris Bian banyak hal yang harus dirinya kerjakan. Setelah selesai menyusun beberapa jadwal Boss-nya Caca beranjak dari tempatnya untuk pergi ke ruangan Bian.
Dengan langkah pasti, Caca mengetuk pintu ruangan Bian. Seseorang di dalam sana, menjawab pertanyaan Caca namun, ada hal aneh karena itu bukan suara sang suami. Dengan segera Caca masuk ke dalam sana, dan benar saja bukan hanya ada suaminya di dalam sana tapi ada dua orang laki-laki lain di sana.
"Permisi Pak. Ini saya mau menyampaikan beberapa laporan yang harus segera Bapak berikan persetujuannya," ujar Caca. Bian menatap ke arah istri keduanya itu, Caca terlihat sangat cantik. Membuat pria itu tak henti-hentinya memandangi Caca.
"Di sini juga ada proposal mengenai proyek yang ada di Kalimatan Bapak bisa juga cek," jelas Caca. Wanita itu sibuk menjelaskan semuanya namun, pandangan mata Bian tak pernah lepas dari Caca. Hal tersebut membuat kedua pria yang ada di sana menaruh curiga. Bagaimana tidak, hanya beberapa orang penting saja yang tahu mengenai pernikahan keduanya. Sedangkan orang-orang hanya tahu bahwa istri Bian hanya Della seorang.
"Maaf Pak, ada yang mau di tanyakan lagi?" tanya Caca. Bian hanya menggelengkan kepalanya, hingga suami pintu dibuka membuat semua orang menatap ke arah luar. Di sana ada Della yang masuk dengan pakaian yang amat seksi. Caca hanya menghela napasnya berat, ketika melihat istri pertama suaminya itu.
"Halo Elang, halo Doni. Apa kabar kalain, udah lama gak ketemu," sapa Della.
Caca segera meminta tanda tangan dari Bian, karena entah kenapa dirinya sedikit risih dengan kehadiran Della yang selalu memperlihatkan bahwa dirinya seorang istri dari Bian.
"Tumben loe datang ke sini. Perasaan dari zaman A ke zaman Z loe paling malas datang ke kantor Bian?" tanya Doni.
"Ha ha ha, gue cuma mau makan bareng suami emang gak boleh," ujar Della dengan menekankan kata 'suami'.
***
Caca dan Ayu sudah berada di kantin kantor. Hati ini keduanya lebih memilih makan di kantin dibandingkan membelinya di luar, itu semua karena mood Caca sudah tidak baik.
"Mau pesan apa Mbak?" tanya Ayu.
"Nasi geprek aja Yu. Sambalnya banyakin ya pedas pedas," jawabnya.
"Yakin Mbak? Sambal geprek pak Jajang itu pedas banget loh."
"Yakin! Sekalian es tehnya ya," ucapnya lagi.
Ayu segera mengangukkan kepalanya lalu, memesan pesanan untuk Caca.
"Pak Jajang ayam geprek nya dua. Satu buat aku pedasnya sedang, satu lagi buat Mbak Caca pedas banget katanya."
"Siap neng," jawab Pak Jajang.
Mendengar kata Caca, membuat Bian yang ada di sana menoleh ke arah Ayu.
"Punya siapa tadi yang pedas sekali?" tanya Bian dengan nada dingin. Pria itu tidak jadi pergi dengan Della karena istrinya sedang, ada urusan penting sehingga Bian pergi bersama dua sahabatnya untuk makan di kantin.
"Eh Pak Bian. Itu untuk Mbak Caca," jawabnya.
"Ganti!!" perintah Bian.
"Tapi Pak ...,"
"Saya tidak mau tahu, kamu harus ganti, atau kamu yang saya pecat!!!"
Setelah mengatakan hal itu, Bian segera pergi dari tempatnya. Hal tersebut membuat Ayu, terdiam melihat aura menyerahkan sang Boss membuat nyali Ayu ciut. Wanita itu segera meminta Pak Jajang untuk mengganti pesannya, dirinya masih ingin bekerja di Perusahaan tersebut.
Caca hanya sibuk dengan ponselnya, entah apa yang dia buka. Hanya membuka dan menggeser layar saja, ruangan kantin ini sangat ramai namun, Caca merasakan kesepian. Gerak gerik yang dilakukan oleh Caca tak pernah lepas dari pengawasan Bian.
###
Hallo, maaf kemarin gak update. Selamat membaca ya, semoga kalian selalu suka. Jangan lupa berikan reviewnya yaaa. Love you guys.