webnovel

Bab 8. Test DNA

Audrey segera mengurus surat pengunduran diri di yayasan tempatnya bekerja, sementara Jack masih berada di rumah sakit dan belum bisa dibawa pulang. Audrey berharap Christian masih belum melakukan sesuatu karena tak mungkin baginya untuk membawa Jack dalam keadaan belum membaik.

Beruntung dari tempatnya bekerja, dia diberikan pesangon sehingga dia memiliki bekal cukup untuk menghidupi dirinya dan Jack selama beberapa saat sampai dia bisa mendapatkan pekerjaan baru.

Audrey tak sanggup memikirkan, jika Chris sampai nekat memisahkan dirinya dan Jack. Saat ini saja dia bertahan hidup karena Jack yang selalu ada di sisinya, menguatkannya, dan menjadi tiang penopang harapannya.

“Terima kasih, aku tak akan melupakan kalian,” ujar Audrey pada beberapa pengurus yayasan lainnya. Keputusan yang diambil Audrey memang sangat terburu-buru, membuat beberapa pekerja di yayasan merasa kehilangan Audrey. Meski perempuan itu selalu terlihat sedih, tapi Audrey adalah seseorang yang cekatan, dan juga penyayang.

“Kapan-kapan jangan lupa mengunjungi kami,” kata salah satu pekerja yang sudah lama bekerja di sana sebelum Nyonya James.

“Aku pasti akan berkunjung. Terima kasih atas segalanya, aku tak akan pernah melupakan tempat ini. Begitu banyak kenangan yang kujalani selama aku berada di sini,” ucap Audrey dengan mata berkaca-kaca.

Kenangan?

Ya, kenangan yang tak pernah terasa indah bagi Audrey. Di kota kecil itulah dia berjuang hidup dan mati selama masa kehamilannya dulu. Seandainya Mrs. James masih hidup, mungkin dia masih memiliki kekuatan untuk bertahan di sana, karena Mrs. James pasti akan selalu mendengar keluh kesahnya, memberikannya nasehat, dan pasti akan melindungi sebagaimana seorang orang tua semestinya.

Tapi dia tak bisa memutar waktu, semua sudah ada porsinya masing-masing.

“Aku pergi dulu,” pamit Audrey pada semuanya.

Sementara, Christian meminta Lody menemaninya untuk pergi ke rumah sakit melakukan pengecekan test DNA. Rasa keingintahuannya begitu besar pada Jack. Kali ini Audrey tak akan mungkin bisa mengelak, karena Christian sudah mulai bergerak tanpa harus meminta persetujuan Audrey.

Keduanya sampai di rumah sakit tempat di mana Jack dirawat. Saat itu Audrey belum terlihat di rumah sakit. Chris meminta ijin pada perawat untuk menemui Jack meski hanya sebentar.

“Lody, temui dokter dan katakan perihal test DNA yang ingin kujalani,” pinta Chris pada Lody yang berdiri di sampingnya.

“Ok. Aku akan segera menemui dokter dan memintanya melakukan test DNA pada kau dan Jack.

Chris tetap menunggu di kamar sembari menemani Jack, dan Lody menuju ke ruangan dokter. Chris harus bisa memastikan jika Jack memang benar-benar anaknya. Jika semua terbukti kebenarannya, maka dengan pasti dia akan mengurus langkah berikutnya untuk mendapatkan apa yang seharusnya menjadi haknya—menurut Chris.

Ditatapnya wajah pria kecil di hadapannya, sesaat dirasakan perasaan aneh yang belum dirasakan Chris sebelumnya. Dibelainya rambut Jack, terasa lembut.

“Jack, apa kau benar-benar anakku?” ujar Chris tak henti-hentinya menatap Jack yang masih belum sadarkan diri terbalut selang oksigen.

Tak lama kemudian Lody menyusul Chris, masuk ke dalam ruangan di mana Jack dirawat. Dilihatnya Chris menatap dengan tatapan yang tak pernah diberikannya pada siapa pun. Tatapan itu begitu lembut, dengan jari-jarinya dia memainkan rambut Jack penuh kasih.

“Orang aneh, apakah naluri kebapakannya sudah mulai muncul?” gumam Lody seorang diri ketika memperhatikan tingkah laku bosnya yang sangat luar biasa itu.

“Kenapa kau berdiri di situ seperti melihat sesuatu yang aneh,” ujar Chris ketika tahu Lody memperhatikannya dari ujung tempat tidur.

“Baru kali ini aku melihat wajahmu seperti itu. Tatapan matamu juga lebih hangat, tak seperti biasanya,” jawab Lody.

“Entahlah, mungkin benar dia anakku. Melihat Jack tak berdaya seperti ini, ada perasaan aneh di sini,” ujar Chris, lalu memegang dadanya sendiri. Perasaan yang dia sendiri bingung. Sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata.

Lody mendekati Chris, dan dia menyampaikan padanya apa yang dokter katakan perihal test DNA.

“Aku sudah memberikan sampel rambutmu dan Jack. Hasil baru bisa didapat dua sampai empat minggu ke depan. Jika memang hasilnya dia anakmu, apa yang akan kau lakukan?”

“Menurutmu?” Chris justru balik bertanya pada Lody. Chris belum memikirkan apa yang akan dilakukannya jika hasil test itu sudah keluar. Karena saat ini yang ada di pikirannya, siapa Audrey?

Audrey baru saja sampai di rumah sakit, dia berjalan tergesa menuju kamar perawatan Jack. Dia sama sekali tak tahu jika Lody dan Chris pun masih berada di dalam kamar. Audrey berpikir keras bagaimana bisa mendapatkan pekerjaan setelah Jack keluar dari rumah sakit dan keadaannya pulih. Pikirannya benar-benar kacau sampai-sampai hampir seharian dia belum menyentuh makanan apa pun.

Ketika Audrey hendak membuka pintu kamar, samar-samar didengarnya suara dua orang laki-laki sedang bercakap-cakap. Audrey mengurungkan niatnya dan mengintip dari sebuah kaca jendela berukuran kecil yang ada pada pintu.

Dia melihat Lody dan Chris di dalam. Dia tak mengerti, apa kemauan dua orang yang sama sekali kehadirannya tak diharapkan olehnya.

Audrey tak langsung masuk ke dalam kamar, detak jantungnya berdebar tak karuan begitu tahu kedua orang yang tak diinginkannya ada di dalam kamar itu. Adurey mendekap erat tas dalam genggamannya, kedua kakinya tak bisa bergerak, lidahnya terasa kelu, rasa ketakutan itu kembali menghantui Audrey.

“Nyonya Audrey, kenapa hanya berdiri di depan pintu?” tanya seorang perawat yang merawat Jack. Dia mengajak Audrey masuk ke dalam ruangan.

“A-aku ... nanti saja aku masuk ke dalam. Aku—“

“Kenapa kau di luar?” tanya Chris yang tiba-tiba sudah berada di depan pintu, menatap tajam ke arah Audrey.

Chris menarik tangan Audrey agar dia ikut masuk ke dalam ruangan.

“Ke-kenapa kalian datang ke rumah sakit?” tanya Audrey.

Perawat itu pun pamit setelah mengganti botol infus Jack.

“Kau tak perlu khawatir, setelah ini aku dan Lody akan segera pergi. Jangan terlalu berisik karena di sebelah Jack ada pasien lain. Kalau kau tak menyukai kehadiranku dan Lody, kami akan pergi,” jawab Chris.

“Bukankah sudah kukatakan, tak perlu lagi berurusan denganku dan Jack. Anggap saja, aku hanya orang asing dalam hidupmu. Kau—“

Chris menyodorkan sebuah kertas pada Audrey. Audrey membuka kertas itu dan membacanya perlahan, kedua matanya tak mempercayai tulisan yang ada di kertas itu.

“Hasilnya akan keluar dua sampai empat minggu ke depan. Kalau saat itu semuanya terbukti Jack adalah anakku, maka kau harus bersiap-siap menyerahkannya padaku,” ucap Chris tanpa perasaan.

“Kenapa kau melakukan ini padaku? Apa aku pernah berbuat salah padamu? Aku hanya memintamu menyelamatkan Jack, tapi kau ingin merebutnya dariku. Tidak cukupkah kau menghancurkan kehidupanku sebelumnya, Christian?”

Chris menggertakkan gigi-giginya, dia benci dengan perempuan yang terlalu banyak bicara dan memelas seakan minta untuk dikasihani.

“Dengar Nona, sampai hari ini kau tak memberitahuku hubunganmu denganku sebelumnya. Tapi, itu bukan masalah besar bagiku. Sekalipun aku tahu siapa kau, ada kaitan apa dengan masa laluku. Aku tak akan peduli.”

“Sekalipun kau telah merusak kehidupan orang itu?” tanya Audrey dengan nada sinis.

“Benar. Aku tak peduli. Aku tak mengenalmu, siapa tahu kau adalah salah satu pelacur yang tidur denganku dan bernasib sial sampai mengandung anak dariku. Bagiku semua wanita sama saja. Tak ada yang bisa kuistimewakan!”

Kata-kata Chris membuat Audrey geram dan menampar wajah Chris saat itu juga, tanpa peduli jika Chris akan membalas dan membuatnya semakin menderita jika kebenaran terbongkar nantinya.

“Pergi dari ruangan ini. Cukup kemarin dan hari ini aku melihatmu. Aku berharap Tuhan tak pernah membawamu kembali ke hadapanku lagi. Kau kira, aku akan berdiam diri? Tidak akan Chris, kali ini aku akan melawanmu!” tandas Audrey, menyisakan tatapan penuh kebencian di mata Chris.

Selama dia mengenal perempuan, tak pernah ada yang mampu memaki seperti yang baru saja Audrey lakukan padanya. Chris berusaha menahan emosi, diliriknya Lody yang hanya melihat tanpa melerai keduanya.

“Kita pergi, Lody. Perempuan ini akan menyesal. Mencarimu ke dasar bumi pun, hal mudah bagiku. Berlarilah yang jauh, dan aku akan menangkapmu, membuatmu menyesal, membuatmu menderita, sampai kau memohon ampun dan menyembah padaku!” maki Chris dengan kedua mata yang menyalang.

Jika saja bukan di rumah sakit, dia bersumpah Audrey tak akan pernah bisa menghirup udara bebas saat itu juga.