Aku bermimpi,mimpi yang sebenarnya tak pernah aku inginkan dan tak pernah terpikirkan olehku. Setelah pertemuan tak sengajaku dengan Satya semalam, aku memimpikannya. Iya aku memimpikannya. Entah kenapa aku bisa-bisanya mimpi dia, padahal aku tidak pernah sekalipun teringat olehnya. Apa karena efek pertemuan semalam ya ? Batinku.
Satya adalah mantan kekasihku dua tahun yang lalu, ketika aku masih jadi mahasiswa dan kuliah di Solo. Aku dan dia menjalani hubungan jarak jauh, karena memang Satya tinggal di Pati. Kami memang jarang bertemu makanya tidak banyak yang tahu kalau aku pernah menjalin hubungan dengan dia. Kami seringnya bertemu di Solo, setiap sabtu dan minggu terkadang Satya menghampiriku ke Solo.
Satya ini usianya tiga tahun diatasku. Dia ini dulu istimewa bagiku, karena dari dialah aku banyak belajar. Dia mengajariku tentang seks. Aku juga tidak tahu kenapa dia bisa seperti banyak tahu tentang gaya-gaya dalam seks dan cara memuaskan hasrat.
Satya suka dengan cewek penurut. Sedangkan aku ini sebenarnya suka melawan, tapi dengannya aku menjadi penurut, lebih tepatnya sih pura-pura penurut. Di depan dia aku akan menjadi gadis penurut, tidak melawan omongannya, dan menjadi gadis polos yang siap menerima ajaran-ajaran dari dia. Entah kenapa aku bisa bersikap seperti itu dengannya, menjadi pura-pura penurut dan menuruti semua keinginannya. Tapi dalam hati rasanya aku senang, seperti ada rasa puas ketika aku melakukannya.
Terkadang ketika malam tiba dan kita sedang berkomunikasi lewat telfon, dia memintaku untuk melepas semua pakaianku dan menyuruhku untuk menyentuh beberapa bagian-bagian sensitif di tubuhku. Aku menuruti keinginannya itu. Kulakukan semuanya sesuai perintah dia. Apa yang harus aku sentuh, bagaimana cara menyentuhnya, pokoknya semua aku lakukan sesuai dengan arahan dia, dan itu membuatnya sangat senang sekali.
Ketika bertemu, pernah dia mengajakku untuk memesan penginapan di Solo. Disana ia membuatku seakan menggodanya. Aku menggodanya dengan memainkan bagian-bagian di tubuhku hingga membuat hasrat dia bangkit dan itu berakhir dengan percumbuan panas kami, tapi tetap dia tak sampai memasukkannya ke milikku, karena dia masih ingin menjagaku.
Hal itulah yang membuatku takut. Karena masa laluku dengannya yang agak bar-bar. Aku takut jika sampai mbak Risa tahu yang sebenarnya, karena aku tidak mau ada orang lain yang tahu tentang ini. Apalagi mbak Risa ini tetanggaku sendiri. Bisa-bisa aku jadi bahan gunjingan tetangga nantinya.
Aku berusaha mengatur nafasku yang ngos-ngosan. Teringat akan mimpi bersama Satya semalam yang memalukan, bagaimana tidak memalukan kalau aku bermimpi menggoda Satya lagi di atas kasur. Wah gila ini semoga aja hanya sekedar mimpi, batinku.
Mimpi semalam membuatku sangat bergairah pagi ini. Ditambah dengan kejadian semalam dengan mas Rega dimana aku belum sempat menuntaskan hasratku, maka jadi deh pagi ini aku dilanda hasrat yang menggebu-gebu. Kuambil HP dan ku mulai menelepon mas Rega. Tak lama Mas Rega menjawab telfonku, terdengar suara parau disana , yang artinya si empunya suara baru bangun tidur.
"Sayang aku pengen." Kataku dengan suara yang agak mendesah.
"Tumben pagi-pagi gini kamu udah pengen sayang." Jawab Mas Rega dengan masih menguap.
"Iya kan semalam belum kesampean yang." Kataku sedikit bohong, tak kuceritakan tentang mimpiku dengan Satya, apalagi pertemuanku dengan dia.
Aku dan Mas Rega pun berakhir dengan saling mendesah satu sama lain melalui telfon. Hal yang kadang kami lakukan ketika tidak bertemu. Aku yang memang sedang berhasrat tinggi pun mendesah dengan sangat keras dan itu membuat mas Rega tambah bergairah. Jadilah pagiku diawali dengan desahan kami berdua.