webnovel

Queen Seohyun

Shin Yoo Ri jatuh hati pada pandangan pertama kepada seorang pemuda yang dijumpainya saat berteduh dari hujan. Yoo Ri tidak tahu jika pemuda yang disukainya itu adalah sang pewaris tahta, Putra Mahkota Yi Jin. Sejak pertemuan pertamanya dengan Yi Jin, Yoo Ri terus mencari keberadaan pemuda itu namun tidak pernah ia jumpai lagi. Pada akhirnya, Yoo Ri berhasil bertemu kembali dengan Yi Jin saat ia datang ke istana. Pada saat itu juga ia mengetahui jika pemuda yang ia sukai adalah sang pewaris tahta. Sejak saat itu Yoo Ri bertekad untuk menjadi pendamping bagi Yi Jin. Bagaimana kisah selanjutnya dari Shin Yoo Ri? Akankah ia berhasil meraih tekadnya untuk menjadi pendamping bagi sang pewaris tahta?

nhiefeliana · History
Not enough ratings
24 Chs

Chapter 23

Prang!

Yoo Ri terkejut saat dua piring yang diletakkan di atas kedua lengannya itu kembali terjatuh untuk kesekian kalinya. Ia menggigit bibir bawahnya itu sambil memperhatikan pecahan piring yang berserakan di atas lantai. Sebuah helaan napas terdengar, bukan dari Yoo Ri, melainkan dari seorang dayang yang menjadi pelatihnya selama ia menjalani pelatihan sebagai seorang putri mahkota.

Setelah ia menjadi putri mahkota yang terpilih, ia segera menjalani pelatihannya dan itu membuatnya kelelahan, apalagi saat ini ia sedang memakai pakaian pernikahan lengkap dengan daesu yang berat di atas kepalanya. Beberapa kali ia sempat terhuyung karena beratnya daesu yang ia gunakan.

"Sepertinya latihan hari ini sudah cukup, mama. Anda boleh istirahat sejenak," ujar dayang tersebut.

Sungguh itu adalah kalimat yang sangat ingin Yoo Ri dengar sejak satu jam lalu. Dengan di bantu dayang tersebut, ia melepaskan seluruh pakaian pernikahannya, dan sekarang kepalanya terasa sangat ringan. Dengan anggun Yoo Ri duduk di tempat duduknya sambil menghela napasnya pelan, setelah dayang itu meninggalkan dirinya seorang diri. Seulas senyuman lalu tersungging di wajah Yoo Ri, ia saat ini sedang membayangkan hari pernikahannya dengan putra mahkota, rasanya ia ingin melompati hari agar bisa segera ke hari yang terjadi sekali dalam hidupnya itu.

"Aku sungguh tidak sabar."

~"~

Yi Jin menghela napasnya kesal ketika anak panah yang ia lesatkan itu tidak mengenai titik merah pada papan target. Sedari tadipun anak panahnya tidak ada yang mengenai titik merah itu, membuatnya kesal bukan main. Saat ini suasana hatinya sedang tidak bagus, bahkan sudah ia rasakan sejak hari dimana putri mahkotanya terpilih. Ia sedang kecewa dengan neneknya, yang sebelum pemilihan berlangsung berjanji akan membuat Chae Yoon sebagai pendampingnya, tapi rupanya saat hari akhir pemilihan, neneknya memilih putri dari Tuan Shin yang menjadi putri mahkotanya.

Kesal, Yi Jin menaruh busurnya dengan kasar ke atas meja. Tanpa mengatakan sepatah katapun ia segera beranjak dari tempat memanah dengan langkah yang sedikit cepat. Ia sama sekali tidak mempedulikan Kasim Kang yang mengingatkannya untuk tidak berjalan cepat, ia tetap berjalan dengan langkah yang cepat, hingga pada akhirnya langkahnya melambat saat maniknya menangkap sosok Ibu Suri Min tengah asyik berbincang-bincang dengan Shin Yoo Ri.

Yi Jin mendengus melihat pemandangan itu, neneknya dan perempuan itu nampak sangat akrab satu sama lain. Entah kenapa ia jadi berpikir, jika gadis itu dapat menduduki tahta seorang putri mahkota karena perbuatan curang.

"Gadis licik."

~"~

Hari membahagiakan bagi Shin Yoo Ri akhirnya tiba juga, dan itu tentunya membuat para dayang serta pekerja laki-laki di istana dibuat sibuk bukan main. Pernikahan kerajaan bagi Sang Pewaris Tahta itu dipersiapkan dengan matang. Halaman dari bangunan utama istana telah disulap menjadi tempat pesta, dengan berbagai dekorasi menghiasinya. Para dayang dapur istana sudah mempersiapkan berbagai menu makanan untuk para tamu undangan juga keluarga istana tentunya.

Saat ini Yoo Ri tengah berada di paviliun sementaranya di istana. Gadis itu tengah melihat pantulan wajahnya di cermin. Pakaian pernikahannya sudah terpasang semua, kecuali daesu-nya. Seulas senyuman tersungging di wajah gadis itu, dan senyumannya semakin melebar saat mendengar suara ayahnya yang meminta ijin untuk masuk. Tanpa berlama-lama, ia segera mengijinkan ayahnya masuk.

Pintu paviliun terbuka disusul dengan masuknya Tuan Shin. Pria itu menatap anak gadisnya yang terlihat cantik dengan pakaian itu, seulas senyuman ia paksakan menghiasi wajahnya. Tuan Shin berjalan menghampiri Yoo Ri dan memberikan hormatnya kepada putri mahkota itu.

"Anda terlihat begitu cantik, bin-gung mama," puji Tuan Shin.

Senyuman Yoo Ri menghilang ketika mendengar ayahnya memanggilnya dengan panggilan formalitas. Ia merasa seperti ada jarak diantara dirinya dan juga Sang Ayah. Yoo Ri menghela napasnya pelan dan kembali tersenyum tipis.

"Hanya ada kita berdua di sini, abeoji. Jadi tolong jangan bersikap formal seperti itu, aku merasa seperti ada jarak di antara kita," ujar Yoo Ri.

Tuan Shin tersenyum mendengar ucapan anaknya. "Yoo Ri-ya," panggilnya dengan menyebut nama Sang Anak. "Yoo Ri-ya. Nama itu pasti akan sangat jarang aku sebutkan nantinya."

"Abeoji jangan berkata seperti itu."

"Baiklah. Shin Yoo Ri anak ayah, aebi ucapkan selamat atas pernikahanmu ini. Ke depannya, apapun yang terjadi, aebi ingin kau tetap tersenyum seperti saat ini, hm?"

Kedua mata Tuan Shin nampak mulai berkaca-kaca, ia sungguh sangat sedih karena harus berpisah dengan satu-satunya anak yang ia miliki. Tidak hanya Tuan Shin, Yoo Ripun nampak mulai berkaca-kaca. Gadis itu lalu berjalan menghampiri ayahnya dan memberikan sebuah pelukan hangat kepada ayahnya itu.

"Abeoji."

"Aebi sangat menyayangimu Yoo Ri-ya."

"Aku lebih menyayangimu abeoji."

~"~

Alunan musik yang dimainkan oleh para pemusik istana, mengiringi masuknya Putra Mahkota Yi Jin dan juga Putri Mahkota Shin ke tempat diselenggarakannya pesta pernikahan. Raut wajah kedua orang itu terlihat sangat kontras, Yoo Ri masih memasang senyumannya walaupun hanya tipis, sedangkan Yi Jin, pemuda itu tetap memasang raut wajah dinginnya atau tepatnya adalah raut wajah ketidak sukaannya kepada gadis di sampingnya.

Yoo Ri sebenarnya mengetahui raut wajah suaminya saat ini, ia sudah menyadarinya sejak di paviliun tadi, ketika ritual pernikahan berlangsung. Namun ia tetap mempertahankan senyumannya agar kedua orangtuanya tidak menyadari rasa sedih yang sebenarnya sedang ia rasakan saat ini.

Ragaku sudah berada didekatnya, tapi sepertinya hatiku belum bisa berada didekatnya saat ini. Jeoha, aku harap kita bisa menjadi dekat satu sama lain.

~"~

Satu musim telah berlalu, saat ini musim gugur kembali menyapa Joseon. Pepohonan mulai mengugurkan daun-daunnya, hingga membuat jalanan dipenuhi oleh daun-daun yang berguguran. Udara hari ini cukup dingin, karena itu Putri Mahkota Shin mengenakkan mantelnya saat berdiam diri di atas jembatan. Putri mahkota ber-dangui warna merah muda itu terlihat sedih sembari memandangi pantulan dirinya yang dihasilkan dari air kolam di bawah sana.

Lima bulan sudah ia tinggal di istana dan menjadi istri dari pemuda yang ia sukai, dan selama itu ia seperti tengah menanggung beban cukup berat di atas pundaknya. Akhir-akhir ini beredar rumor yang mengatakan dirinya mandul, padahal dirinya dan juga Putra Mahkota Yi Jin sudah mendapatkan beberapa kali malam penyempurnaan, tapi sang pewaris belum juga hadir di tengah-tengah mereka, dan mungkin tidak akan pernah hadir.

Rumor yang mengatakan dirinya mandul adalah sebuah rumor tak berdasar, karena pada kenyataannya ia sama sekali belum pernah disentuh oleh suaminya. Bahkan saat malam pertama mereka setelah resmi menikah, Yi Jin hanya duduk manis sambil menikmati jamuan yang ada, begitu juga dengan malam-malam penyempurnaan lainnya.

"Kau boleh menempati tahta itu. Tapi kau tidak akan pernah bisa menempati hatiku."

Itu yang dikatakan Yi Jin saat malam pertama mereka. Sungguh sedih rasanya mendengar kalimat yang menusuk dari suami sendiri. Tapi, ia akan berusaha agar suaminya dapat membuka pintu hati untuk dirinya.

"Udaranya dingin, kenapa Anda berada di luar?"

Sebuah pertanyaan dari seseorang yang Yoo Ri kenal suaranya, membuatnya menolehkan kepala ke arah sumber suara. Kedua mata Yoo Ri membulat karena terkejut ketika melihat sosok pemuda yang tak asing baginya. Pemuda itu mengumbar senyuman kepadanya, sebuah senyuman yang entah mengapa dapat membuat hatinya sedikit membaik.

"Selamat sore bin-gung mama," sapa pemuda itu yang tidak lain adalah Pangeran Jaehyang.

Yoo Ri terlihat masih menunjukkan raut wajah terkejutnya itu. Di dalam hatinya ia bertanya-tanya, kenapa tuan muda norigae yang menyebalkan itu bisa ada di dalam istana?

"Kenapa kau bisa ada di dalam istana, doryeon-nim?" tanya Yoo Ri akhirnya, karena ia sangat penasaran.

Jaehyang nampak tersenyum ketika mendegar pertanyaan dari Yoo Ri tadi. Baiklah ini salahnya karena saat pertemuan kedua mereka, ia tidak memberitahu identitasnya. "Karena istana adalah rumah saya, mama," jawabnya masih dengan senyuman menghiasi wajahnya itu.

"Rumahmu?" Yoo Ri sepertinya belum sadar dengan apa yang dikatakan Jaehyang, ia terdiam dengan memperhatikan pemuda di hadapannya ini, tepatnya adalah pakaian yang dikenakan oleh Jaehyang. Sebelah tangan Yoo Ri yang selalu berada di balik dangui-nya itu lalu menutup mulutnya sendiri ketika ia tahu apa maksud dari jawaban Jaehyang.

"Apa kau, Jaehyang Daegun?" tanya Yoo Ri ragu.

Jaehyang tersenyum puas karena akhirnya Yoo Ri menyadari identitasnya sebagai seorang pangeran agung negeri ini. Ia menganggukkan kepalanya. "Ye mama, saya adalah Jaehyang Daegun, senang dapat bertemu dengan Anda lagi, bin-gung mama."

Raut wajah Yoo Ri yang sempat terkejut itu kini perlah mulai berubah, bahkan seulas senyuman akhirnya tersungging di wajah cantiknya itu. Akhirnya, setelah lima bulan ia tinggal di istana dan bertanya-tanya bagaimana rupa kakak iparnya itu, hari ini ia mendapatkan jawaban yang sungguh tak terduga. Perlu diketahui, saat pernikahan antara Yoo Ri dan Yi Jin, Pangeran Jaehyang sama sekali tidak menghadiri acara tersebut karena suatu alasan yang sama sekali tidak Yoo Ri ketahui sampai detik ini.

"Ne, senang dapat bertemu denganmu juga, daegun."