Sesi dari pembaca wajah masih berlangsung, pria pembaca itu kini bergeser ke gadis selanjutnya setelah Shin Yoo Ri, yakni Kim Chae Yoon. Ia memperhatikan sejenak wajah dingin dari Chae Yoon. Sebuah kerutan muncul pada dahi pria itu, seolah tengah melihat sesuatu hal yang aneh.
"Kenapa kau diam?" tanya Nyonya Choi membuyarkan lamunan pria pembaca wajah itu. "Cepat sampaikan hasilnya."
"Masalahnya..." Pria itu terdiam sejenak, "gadis ini juga memiliki wajah seorang ratu," sambungnya membuat Chae Yoon tersenyum tipis.
Sementara Chae Yoon tersenyum mendengar hal itu, para dayang senior terlebih adalah Nyonya Choi merasa terkejut mendapati dua orang gadis yang memiliki wajah seorang ratu.
"Jadi, gadis mana yang memiliki wajah seorang ratu?" tanya Nyonya Choi tegas.
Pria pembaca wajah itu mulai terlihat bingung, ia memandang secara bergantian antara Chae Yoon dan Yoo Ri. Hingga pada akhirnya pria itu bergeser pada Yoo Ri dan mengatakan jika gadis itulah yang memiliki wajah seorang ratu. Chae Yoon yang mendengar hal itu menjadi semakin kesal, di dalam hatinya ia mengerutu dan mengatakan percuma mendapat bantuan dari Ratu Kim.
~"~
Langit senja sudah menghiasi Joseon saat ini, dan putaran pertama dari pemilihan putri mahkota telah di selesai dilaksanakan. Para gadis itu sudah melalui tiga tes yakni, Gwansang, Shimsang dan Haengsang dalam satu hari. Terlihat wajah lelah dari semua gadis itu dan ditambah dengan wajah harap-harap cemas, karena menanti siapa saja gadis yang akan lolos ke babak kedua lusa.
Ratu Kim serta Nyonya Choi hadir di paviliun pertemuan pagi tadi, mereka akan mengumumkan hasil akhir dari tes hari ini. Seulas senyuman tersungging di wajah cantik Sang Ratu. Ia menarik napasnya sejenak dan menghembuskannya pelan.
"Kalian sudah memberikan yang terbaik dalam pemilihan ini, dan sekarang saya akan mengumumkan nama-nama gadis yang lolos ke babak selanjutnya. Nama yang disebut dimohon untuk maju ke depan untuk menerima gulungan dari dari jungjeon mama," jelas Nyonya Choi. "Dan nama pertama yang berhasil lolos ke babak selanjutnya adalah, Hae Ja dari keluarga Kang."
Yoo Ri yang berdiri di barisan depan itu menjadi sangat gugup, ia sangat takut jika dirinya gagal. Apalagi saat tes Shimsang tadi ia mendapatkan poin rendah, itu saja sudah mengurangi poin yang dia miliki. Di dalam hatinya ia terus berharap agar namanya disebut.
"Selanjutnya adalah Chae Yoon dari keluarga Kim," ujar Nyonya Choi mengumumkan nama gadis ke lima yang lolos.
Yoo Ri semakin berharap-harap cemas karena hanya tinggal satu gadis lagi yang akan lolos ke babak selanjutnya. Akankah namanya disebut juga? ia berharap iya.
"Dan yang terakhir, Yoo Ri dari keluarga Shin."
~"~
Tuan Shin tidak dapat tidur malam ini. Pria bangsawan itu saat ini sedang duduk di teras kamarnya, dengan sebuah buku yang terbuka akan tetapi ia tidak membacanya sama sekali. Pikirannya kini tengah berkelana pada kejadian sore tadi, saat Yoo Ri dengan gembiranya mengabarkan jika dia lolos ke babak selanjutnya. Seharusnya ia bergembira karena kabar itu, tetapi dirinya justru tidak merasa gembira dengan kabar itu. Ia justru sedih karena anak satu-satunya berhasil lolos ke babak selanjutnya.
Atensi Tuan Shin teralih saat pintu kamarnya dibuka dari dalam dan tidak lama setelah itu, Nyonya Ahn keluar dari dalam kamar. Wanita itu memandang ke arah Sang Suami sejenak sebelum akhirnya menghampiri pria yang sudah ia nikahi selama duapuluh tahun lamanya.
"Kenapa kau belum tidur, seobangnim?"
"Aku tidak dapat tidur, buin."
Nyonya Ahn menghela napas pendek sembari memandang suaminya---yang sedang fokus dengan buku di atas meja. Ia tahu apa yang membuat suaminya tidak dapat tidur. "Apa ini karena Yoo Ri, seobangnim?"
Tuan Shin segera menoleh ke arah istrinya, ia memandang wajah istrinya sejenak sebelum akhirnya menorehkan seulas senyuman tipis dan menggelengkan kepalanya.
"Jangan berbohong, aku dapat merasakan kebohonganmu, seobangnim."
Tuan Shin menghela napasnya kasar, ia menutup buku yang sedari tadi terbuka namun tak dibacanya. Pria itu sedikit membenarkan posisi duduknya. "Kau benar, buin. Yoo Ri adalah penyebab diriku tidak dapat tidur. Setelah aku memutuskan untuk mendaftarkannya dalam pemilihan, aku sering bermimpi buruk tentang anak kita..." Tuan Shin menjeda sejenak ucapannya, "aku takut jika mimpi buruk itu menjadi nyata."
Sebagai seorang istri, Nyonya Ahn sungguh memahami perasaan suaminya yang mencemaskan kehidupan anaknya jika berhasil menjadi seorang putri mahkota. Beberapa kali suaminya itu bercerita tentang dua keluarganya---adik dari neneknya serta sepupu dari nenek buyutnya---yang dulu pernah mengalami kejadian tak menyenangkan di dalam istana. Karena itulah suaminya itu tidak mengijinkan putri mereka ikut dalam pemilihan, karena dia tahu seberapa keras dan kejam kehidupan di balik tembok istana.
"Mengkhawatirkan sesuatu hal yang belum terjadi itu, wajar," ujar Nyonya Ahn sembari menggenggam tangan suaminya, "tapi jika kau terlalu berlebihan mengkhawatirkannya, itu justru akan membuatmu sakit, seobangnim."
"Kau benar buin, sepertinya aku sudah terlalu berlebihan."
"Sekarang, mari masuk ke kamar. Hari sudah semakin larut, besok kau harus bekerja."
~"~
Putaran kedua pemilihan putri mahkota sedang berlangsung di gazebo tempat pertama kali para gadis berkumpul kemarin. Mereka sedang menghadapi tes selanjutnya bersama dengan Ratu Kim serta beberapa orang wanita istana lainnya. Selain itu, hari ini juga akan diberlangsungkan putaran ketiga yang menjadi putaran terakhir dari seluruh rangkaian pemilihan puri mahkota. Saat siang nanti, akan ada tiga gadis yang akan lolos ke putaran ketiga, dan sore harinya akan diumumkan putri mahkota bagi Putra Mahkota Yi Jin.
Tak jauh dari gazebo tersebut, Putra Mahkota Yi Jin tengah memperhatikan para gadis---tepatnya adalah Kim Chae Yoon---dengan senyuman yang tersungging di wajah tampannya. Ia sungguh senang karena gadisnya itu berhasil lolos ke putaran ini, dan terlebih kemarin ia akhirnya bertemu secara langsung dengan gadis itu. Sungguh, ia semakin berharap agar gadisnya itulah yang akan menjadi pendampingnya nanti.
"Aigoo, lihat siapa yang sedang berdiri dengan senyuman di wajahnya?"
Ucapan dari seseorang itu berhasil mengalihkan atensi Yi Jin. Senyuman seketika menghilang dari wajahnya saat mengetahui siapa yang mengatakan hal tersebut. Dia adalah Pangeran Jaehyang---kakak tertuanya---yang sedang berjalan mendekatinya. "Sedang apa kau di sini?" tanya Yi Jin sinis setelah kakaknya itu berdiri tepat di sampingnya.
Seulas senyuman tipis tersungging di wajah Jaehyang ketika mendengar pertanyaan sinis adik lelakinya itu. "Jeoha, bukankah seharusnya Anda bertanya mengenai kabarku terlebih dahulu, baru menanyakan hal itu? kita sudah lama tidak bertemu," ujar Jaehyang.
Yi Jin menatap Jaehyang tajam mendengar hal itu, ia benar-benar tidak suka dengan sikap kakaknya yang terkesan tidak menghormati dirinya. Usia pemuda itu memang lebih tua dari dirinya, tetapi untuk masalah status, bukankah ia yang lebih tinggi saat ini? jadi seharusnya kakaknya itu bisa bersikap lebih sopan padanya.
"Ah baiklah aku mengerti," ujar Jaehyang tiba-tiba karena tidak mendapatkan respon dari adiknya itu dan ia sangat mengerti maksud dari tatapan tajam adiknya. Ia menegapkan tubuhnya lalu membungkuk---memberi hormat kepada Yi Jin. "Sudah lama kita tidak berjumpa, seja jeoha. Bagaimana kabar Anda?" tanyanya.
"Jadi, apa yang sedang kau lakukan di sini?" tanya ulang Yi Jin setelah mendapatkan sikap sopan dari kakaknya, walaupun ia yakin kakaknya sama sekali tidak tulus melakukan itu.
Jaehyang tersenyum singkat. "Kenapa Anda bertanya seperti itu? istana ini masih rumahku juga, tempat aku dilahirkan dan dibesarkan, jika Anda lupa," jawabnya namun sama sekali tidak mendapatkan respon balasan lagi dari Yi Jin.
Senyuman kembali tersungging di wajah Jaehyang. Ia sedikit lebih mendekat kepada adiknya itu. "Anda bertanya seperti itu, apa karena Anda takut aku mengambil apa yang sudah menjadi milik Anda selama ini, jeoha?"
Yi Jin menatap tajam Jaehyang setelah mendengar kalimat yang dibisikan pemuda itu padanya. Sementara Jaehyang, pemuda itu justru menyunggingkan senyuman penuh arti kepada Sang Adik.