Setelah mobil melaju di jalan raya, Emma baru bertanya bagaimana acara makan siang Haoran dengan ayahnya. Pemuda itu hanya mengangkat bahu.
"Lumayan. Aku sengaja mengundang kakek dan nenekku juga, biar tidak terlalu kaku. Di depan mereka aku menceritakan bahwa aku sekarang sudah berubah dan ingin melakukan banyak hal untuk membuat keluarga Lee bangga. Nenekku sangat terharu, ia sampai menangis."
"Oh..." Emma mengangguk. Ia tidak dapat membayangkan suasana makan malam bersama keluarga besar seperti itu. Ia hanya memiliki ayah dan ibu, sama sekali tidak pernah mengetahui apa pun tentang keluarga besar mereka dan kakek neneknya.
"Oh, ya... aku juga sengaja ke sana untuk meminjam kapal ayahku. Katanya aku boleh memilikinya sebagai hadiah ulang tahun." Haoran menoleh kepada Emma sambil tersenyum lebar. "Aku ingin membawamu ke laut. Aku yakin kau belum pernah ke laut di sini!"
Emma tertegun mendengar kata-kata Haoran. Ahh... rupanya ini maksud Haoran waktu itu saat ia mengatakan ia ingin mengajak Emma ke tempat istimewa.
Emma memang belum pernah ke laut sejak ia kehilangan orang tuanya. Anak-anak panti asuhan tidak memiliki kemewahan untuk menikmati liburan seperti anak-anak lainnya.
"Aku pernah ke laut, tapi sudah lama sekali," kata Emma kemudian. "Aku tidak tahu tempatnya di mana, tetapi ayah dan ibu pernah membawaku ke pantai yang dipenuhi plankton yang bersinar kebiruan saat malam tiba. Indah sekali."
"Ahh.. benarkah? Kurasa itu Maldives. Di sana ada pantai yang kalau malam hari terlihat seperti dipenuhi berlian yang bersinar-sinar kebiruan indah sekali. Kapan-kapan aku bisa membawamu ke sana," kata Haoran.
"Ah.. terima kasih," Emma sangat senang mendengar janji Haoran. "Kalau begitu sekarang kita ke dermaga?"
Haoran mengangguk. "Benar. Kapal ayahku ada di Marina Harbour."
Ia mengendarai mobilnya dengan santai dan sepuluh menit kemudian mereka pun tiba di wilayah Marina Harbour, tempat kapal-kapal pesiar berbagai ukuran milik orang-orang terkaya Singapura diparkir.
"Ayahku tinggal di salah satu villa di sebelah sana," kata Haoran sambil menunjuk arah timur setelah memarkir mobilnya.
Tempat yang ditunjuknya adalah kawasan perumahan mewah Jade Harbour Residence dengan berbagai villa mewah yang menghadap ke perairan. Villa-villa itu memiliki tempat parkir sendiri untuk kapal mereka di halaman belakangnya. Sungguh terlihat eksklusif dan Emma tak dapat membayangkan betapa mahal harganya.
Tadinya, ia mengira villa tempat tinggal Haoran di Lotus Garden sudah sangat mewah.. ternyata masih tidak ada apa-apanya dengan berbagai villa di Jade Harbour. Ia hanya bisa menelan ludah. Emma tak bisa membayangkan berapa besar kekayaan keluarga Lee sebenarnya.
"Ayo, kapalku ada di dermaga biasa. Nanti kalau aku pindah ke Jade Harbour, aku juga akan memarkir kapal di dermaga pribadi," kata Haoran sambil tertawa kecil. "Kau harus bersabar ya.. enam tahun lagi."
Emma hanya memutar matanya dan memukul bahu Haoran. Pemuda itu seolah kembali mengingatkan Emma akan ucapannya sewaktu mereka di Paris dulu. Haoran mengatakan bahwa kemungkinan enam tahun lalu Emma sudah menjadi istrinya. Maka, pada saat itu, semua milik Haoran juga akan menjadi milik Emma.
"Lho.. kok aku dipukul?" Haoran pura-pura protes.
"Kau selalu bicara sembarangan," kata Emma sambil tertawa. Ia lalu berusaha mengalihkan pembicaraan. "Oh, ya.. aku tidak tahu kita akan ke laut. Aku tidak membawa pakaian renang."
Haoran hanya tersenyum penuh arti saat mendengar kata-kata Emma. Ia segera membuka bagasi mobilnya dan mengeluarkan sebuah kantong kertas besar dan menyerahkannya kepada Emma. "Ini untukmu."
"Apa ini?" Emma mengerutkan keningnya saat menerima kantong itu. Wajahnya seketika tampak terkejut dan matanya membulat. Ia menoleh kepada Haoran. "Ini untukku?"
"Benar. Ini kejutan. Aku tahu kau tidak akan membawa pakaian ganti dan baju renang, jadi aku membelikannnya untukmu," jawab Haoran sambil mengangkat bahu. "Coba keluarkan. Aku ingin tahu apakah kau menyukai model yang kupilihkan."
Emma menaruh kantung kertasnya di kap mobil lalu mengeluarkan isinya. Ada seperangkat bikini yang cantik sekali, celana pendek praktis untuk bersantai, gaun musim panas, beberapa atasan berwarna cerah. Semuanya sangat cantik dan berasal dari merek ternama. Gadis itu menekap bibirnya dengan shock.
"Uhm... aku hanya menyebutkan ukuran dan memilihkan pakaian luar. Kalau pakaian dalamnya dipilihkan penjaga toko. Aku tidak berani masuk," kata Haoran buru-buru. Wajahnya seketika memerah. "Kuharap kau suka modelnya. Aku sengaja membelikan banyak karena aku tidak tahu mana yang kau suka."
Emma tak dapat berkata apa-apa selama beberapa saat. Ia sama sekali tidak menduga ini. Ia menyukai semuanya. Menurutnya Haoran memiliki selera yang sangat bagus dan berkelas. Gadis itu memasukkan kembali semua barang-barang itu ke dalam kantong dan berdeham.
"Ngomong-ngomong, dari mana kau tahu ukuranku? Semua pas," kata gadis itu.
Haoran hanya tertawa mendengar kata-kata Emma dan mengangkat bahu. "Aku tahu saja."
Emma kembali memukul bahunya. Gadis itu sama sekali tidak marah. Ia agak malu karena kembali teringat momen di malam ulang tahun David dulu dan ia membaca pikiran Haoran saat pemuda itu sedang berfantasi membayangkan tubuh Emma yang telanjang.
Siyal... sepertinya Haoran memang sangat pandai menilai ukuran. Semua lekuk tubuh Emma dalam bayangan pemuda itu sangat akurat. Tanpa sadar Emma batuk-batuk.
Haoran cepat menepuk-nepuk punggungnya sambil tertawa. "Kau tidak apa-apa?"
Emma menggeleng dengan susah payah. Ia mengambil tumbler dari tasnya dan meneguk air minum untuk meredakan batuknya. Setelah ia kembali menjadi tenang, Emma memeluk Haoran dan berjingkat untuk mengucapkan terima kasih di telinganya.
"Semuanya bagus sekali. Aku suka. Terima kasih, Haoran!"
Haoran tersenyum lebar dan mengangguk. Ia menahan kepala Emma yang barusan berjingkat untuk berbisik kepadanya dan melayangkan ciuman hangat ke bibir gadis itu. Mereka berciuman selama beberapa menit dengan mesra, tanpa mempedulikan sekeliling mereka. Mereka baru melepaskan diri saat sudut mata keduanya menangkap bayangan orang berjalan ke arah mereka.
"Ahem... Aku senang kau suka," Haoran tersenyum dan mengacak rambut Emma. "Ayo kita ke kapal."
Ia mengambil kantong belanjaan tadi dari kap mobil dan tasnya dari jok belakang dan menggenggam tangan Emma untuk berjalan mengikutinya menuju dermaga tempat kapal-kapal berukuran lebih kecil. Mereka berjalan berdampingan dengan santai hingga ke ujung dermaga.