webnovel

Menggemaskan Sekali

Emma dan Haoran saling pandang. Wajah keduanya tampak dipenuhi rasa kagum dan kegembiraan yang tak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Akhirnya.. setelah berusaha keras dan bersabar sekian lama, Emma dapat pergi ke bulan dan bertemu dengan AWA, asisten AI ayahnya yang tentu akan dapat menjawab begitu banyak pertanyaan Emma.

Tanpa dikomando, keduanya segera berlari menghampiri pesawat itu dan menunggu dengan napas tersengal-sengal. Tidak lama kemudian, sebuah pintu terbuka dan sebuah tangga logam meluncur turun ke rumput.

Emma dan Haoran buru-buru mengambil kedua koper mereka dari bagasi mobil lalu berjalan naik ke dalam pesawat tanpa ragu. Tangga logam dan pintu menutup segera setelah keduanya masuk. Di dalamnya tampak seperti interior pesawat futuristik yang tidak terbayangkan sebelumnya oleh Haoran dan Emma. Mereka berjalan ke bagian depan untuk mencari tahu siapa pilot yang menjalankan pesawat ini.

Tidak ada siapa-siapa. Keduanya saling pandang. Di bagian yang seperti anjungan ada beberapa kursi yang nyaman dengan sabuk pengaman dan berbagai layar di dinding. Di bagian tengah ada panel kontrol berisi banyak tombol. Sepertinya ini adalah anjungan kendali.

Lalu siapa yang mengemudikan pesawat ini kemari?

"Selamat datang, Tuan Putri. Silakan duduk dan mengencangkan sabuk pengaman, kita akan segera berangkat."

Tiba-tiba sebuah layar menyala, dan muncul wajah AWA di sana. Ia memberikan instruksi agar Emma dan Haoran duduk dan bersiap-siap karena pesawat ini akan segera berangkat.

"Sebentar, kami membawa koper. Sebaiknya di mana kami menyimpan barang-barang kami?" tanya Emma.

"Tuan Putri bisa menyimpannya di ruang penyimpanan di sebelah kiri."

Emma memberi tanda kepada Haoran untuk membuka sebuah ruangan di sebelah kiri pintu masuk. Di dalamnya ada ruang kecil yang cukup untuk menaruh barang-barang mereka. Setelah menaruh koper di sana, keduanya kembali berjalan ke ruang anjungan.

"Kapalnya sudah hampir berangkat. Kita harus duduk dan memasang sabuk pengaman," kata Emma kepada Haoran sambil menunjuk deretan kursi di dalam anjungan. Haoran mengangguk.

Emma dan Haoran mencari kursi yang berdekatan lalu duduk dan mengencangkan sabuk pengaman mereka. Semua lampu di dalam pesawat menyala dan tiba-tiba terdengar musik lembut yang menenangkan. Haoran mengulurkan tangannya dan menggenggam tangan Emma.

Pesawat bergetar halus dan tidak lama kemudian mereka merasa ada gelombang kuat di luar pesawat, lalu diikuti dengan bunyi ZING.

Walaupun Haoran belum pernah naik pesawat luar angkasa sebelumnya, ia bisa merasakan bahwa pesawat mereka sudah lepas landas dan sekarang melesat ke luar bumi. Selama sepuluh menit pertama, ia merasa agak tidak nyaman karena getaran dari pesawat yang terasa cukup kuat menggoncang tubuhnya.

Namun, tidak lama kemudian goncangan itu hilang dan perjalanan menjadi terasa mulus.

"Kita sudah melewati atmosfer bumi," kata Emma sambil menoleh kepada Haoran. Pemuda itu mengangguk mengerti. Ia baru menyadari bahwa goncangan yang tadi mereka rasakan pastilah akibat gesekan antara pesawat ini dan atmosfer pelindung bumi.

Sekarang, pesawat sudah meluncur mulus dalam kehampaan ruang angkasa. Jika perhitungan AWA benar, maka 2,5 jam lagi mereka akan tiba di bulan.

Tidak lama lagi.

Tanpa berkata apa-apa, keduanya saling pandang dan tersenyum.

***

Setelah setengah jam, AWA memberi tahu kedua penumpang pesawat itu bahwa situasi sudah aman dan mereka boleh keluar dari kursi masing-masing untuk menjelajahi pesawat.

"Ada makanan dan minuman untuk Tuan Putri dan tamu Anda di pantry pesawat. Anda juga bisa berjalan-jalan dan melemaskan kaki Anda."

"Terima kasih, AWA." Emma segera membuka sabuk pengamannya dan turun dari kursinya. Haoran mengikuti langkahnya.

Mereka lalu berjalan mengitari ruang anjungan, memeriksa kontrol panel, dan masuk ke ruang belakang yang sepertinya merupakan ruang beristirahat. Di sana mereka melihat ada dipan yang nyaman, beberapa kursi empuk dan sebuah konter dan banyak laci di bawahnya. Emma membuka salah satu laci dan menemukan beberapa botol berisi minuman dan laci lainnya berisi cangkir.

"Kau mau minum?" tanya Emma sambil menarik sebuah botol dari laci dan dua buah cangkir.

"Terima kasih." Haoran mengangguk. Emma membuka botol dan menuangkan isinya ke cangkir untuknya dan Haoran. Keduanya lalu minum sambil meresapi apa yang sedang terjadi.

Mereka sedang meluncur menjauh dari bumi, menuju bulan. Ini adalah hari yang sangat bersejarah.

***

Therius yang sedang menikmati wine di tangan sambil menikmati pemandangan angkasa luar dari jendela besar di kamarnya tampak merenung. Perjalanan mereka sudah hampir berakhir. Menurut perwira yang tadi memberikan laporan kepadanya, mereka sudah hampir sampai.

Selama tiga bulan terakhir ini ia telah menyibukkan dirinya dengan berlatih sendirian di training deck, mempelajari berbagai hukum dan undang-undang yang menjadi tugasnya selama ini, dan membaca banyak buku tentang pemerintahan.

Therius bukanlah orang yang senang berdiam diri. Walaupun ia merupakan pangeran putra mahkota, ia tak pernah menganggap jabatan itu sebagai alasan baginya untuk bersenang-senang dan tidak bekerja. Ia tahu, sedikit saja ia lengah, akan ada pihak-pihak yang berusaha untuk menjatuhkannya dari jabatan sebagai calon raja.

Raja Akkadia memiliki tiga orang anak perempuan dan satu orang anak laki-laki yang menjadi putra mahkota, sebagai calon penggantinya. Sayangnya Darius, sang putra mahkota, meninggal sebelum ia memiliki keturunan, sehingga mau tak mau kedudukannya diperebutkan oleh beberapa keponakan lelakinya, termasuk Therius.

Di antara ketiga cucu lelaki Raja Akkadia, Therius-lah yang paling disayangi raja, karena anak itu telah tinggal bersamanya sejak ia masih sangat kecil karena ia telah kehilangan kedua orang tuanya. Ayahnya adalah seorang jenderal legendaris yang gugur dalam pertempuran besar melawan pemberontak ketika ia masih sangat kecil, sementara ibunya meninggal karena berduka.

Karena kedekatan itulah, Raja Akkadia kemudian mengambil keputusan internal di dalam keluarga untuk mengangkat Therius sebagai putra mahkota yang baru. Tidak semua anggota keluarga mendukung keputusan tersebut, dan diam-diam ada pembicaraan untuk mencegah Therius naik takhta menggantikan kakeknya.

Karena itulah, Therius tidak pernah lengah. Ia terus bekerja keras dan bersikap waspada. Nanti, kalau kekuasaan sudah ada di tangannya, ia akan berurusan dengan mereka. Sekarang.. ia harus mengukuhkan posisinya.

TOK

TOK

Tanpa bertanya, Therius bisa menduga bahwa orang yang sedang berada di depan pintunya adalah sahabatnya, Xion, yang baru bangun dari tidur panjangnya.

"Masuk," kata Therius.

Pintu menggeser ke samping dan masuklah seorang pemuda tampan berambut panjang keemasan yang bersikap acuh tak acuh. Ia mengenakan pakaian santai berwarna abu-abu dan berjalan menghampiri Therius.

"Kita sudah hampir sampai," komentar Xion.

Therius mengangguk. Ia menunjuk ke botol wine yang ada di sampingnya dan memberi tanda agar Xion menuang sendiri minuman untuk dirinya.

Xion mengambil botol wine yang setengah kosong dan sebuah gelas lalu menuang isinya untuk dirinya sendiri. Matanya sekilas menyipit melihat ada dua botol kosong lainnya yang teronggok di sudut. Ia menoleh ke arah Therius yang terus memandang keluar jendela dengan tanpa ekspresi.

"Astaga.. kau sudah minum sebanyak ini? Ada apa?" tanya Xion keheranan. "Kau bukan peminum, tetapi mengapa hari ini minum begitu banyak?"

Therius tidak menjawab. Hal ini membuat Xion kesal karena dirinya tidak memiliki kemampuan membaca pikiran. Sahabatnya ini sangat pelit bicara dan kadang-kadang Xion terpaksa harus menebak-nebak apa yang sebenarnya sedang terjadi kepadanya, walaupun mereka sudah saling mengenal begitu lama.

Karena Therius tidak menjawab, Xion akhirnya berusaha mengambil kesimpulan sendiri.

"Kau gugup?" Ia menyipitkan mata dan menatap Therius dengan pandangan geli. "Astaga, Pangeran Putra Mahkota Akkadia gugup karena akan bertemu calon istrinya. Ah.. menggemaskan sekali."

.

.

>>>>>>>>>>

Dari Penulis:

Teman-teman... terima kasih banyak atas dukungannya terhadap novel ini yaa... Wahh.. saya happy banget karena banyak yang suka dengan cerita Emma Stardust.

Novel ini sudah dikontrak Webnovel dan kayaknya hari ini, atau minggu depan akan dikunci. Kenapa dikunci sih? Biar saya bisa mendapatkan penghasilan dari bab yang saya tulis... sehingga saya bisa terus semangat menuliskan bab-bab baru.

Seperti biasa, bab yang berkunci bisa dibuka dengan menggunakan koin atau voucher buku. Kalau teman-teman berkenan dan mampu, mohon membuka bab berkuncinya dengan koin ya.. supaya novel ini bisa memberi penghasilan bagi saya.

Karena voucher buku yang didapatkan gratis setiap hari, tidak menjadi income untuk penulis. Seperti biasa, perhitungan harga babnya adalah:

200 kata = 1 coin

Jadi bab yang isinya 1400 kata harganya adalah 7 coin (diskon 60% menjadi 3 coin saja).

Jadi semakin panjang isi babnya, akan semakin banyak koin yang dibutuhkan. Jadi kalau babnya pendek, tentu harganya akan lebih murah. Nah.. kalau novelnya laris.. tentu penulis akan merasa bahagia dan semakin semangat untuk menulis lebih banyak bab.

Untuk teman-teman yang suka membaca novel ini dan tidak mampu membuka bab berkunci dengan koin, jangan sedih ya, saya tetap menghargai dukungan kalian lewat voucher buku, komentar, review, dan dorongan semangatnya. Terima kasih banyak.

Saya dulu sangat suka membaca dan ga pernah mampu membeli buku, jadi saya hanya meminjam buku-buku teman dan dari perpustakaan. Barulah setelah saya tua dan berumur, serta punya sedikit penghasilan, saya balas dendam dengan membeli semua buku2 masa kecil saya dulu. Saya cari sampai ke berbagai toko buku bekas dan toko online karena saya sayang banget pada buku-buku itu. Jadi.. saya mengerti sekali rasanya senang membaca tapi tak sanggup membeli koin. Tidak apa-apa. :)

Tetap ikuti perjalanan Emma mencari orang tuanya dan menemukan cinta yaa...

#ketjupbasah