Catatan author:
Adegan ini cukup panas ya. Hanya untuk yang sudah cukup umur.
.
.
"Ahh..." Tanpa dapat ditahan lagi, Emma mengeluarkan suara desahan pelan saat bibir Haoran mencium dadanya dan kemudian mengulum putingnya yang mulai mengeras. Pemuda itu tersenyum mendengar suara desahan seksi dari bibir Emma. Ia tahu bahwa gadis itu menyukai apa yang barusan ia lakukan.
"Mmm... sudah lama aku ingin melakukan ini," bisik Haoran ia meremas payudara kanan Emma sambil mengisap payudara kirinya, dan terus begitu bergantian.
Emma merasakan seluruh tubuhnya seolah kesemutan, tapi dalam cara yang sangat menyenangkan. Ia kemudian menyadari bahwa Haoran masih mengenakan celana panjangnya, sementara Emma hanya tinggal mengenakan selembar pakaian dalam sutera tipis yang menutupi kehormatannya.
Dengan malu-malu Emma mengarahkan tangannya ke pinggang Haoran dan membuka ikat pinggangnya lalu kancingnya, dan ritsletingnya. Haoran yang melihat inisiatif Emma, membantu gadis itu untuk melepaskan celana panjangnya pelan-pelan, tanpa berhenti mencium dan mengisap dadanya yang membuat Emma berkali-kali merintih nikmat.
Kini keduanya berdiri dengan hanya mengenakan pakaian dalam masing-masing. Haoran menghentikan ciumannya dan berdiri terpaku mengagumi lekuk tubuh sempurna gadis jelita di depannya. Emma pun demikian. Ia tersenyum malu-malu dan jarinya menelusuri dada bidang Haoran, turun ke perutnya yang rata, dan kemudian ke bawah perutnya.
Wajahnya memerah saat ia meraba kejantanan pemuda itu yang terasa hangat dan mengeras. Haoran memejamkan mata saat ia merasakan tangan Emma menyentuh kejantanannya dari luar.
Tangannya reflesks menarik tangan Emma dan memasukkannya ke dalam boxernya dan memandu gadis itu untuk membelai penisnya yang terasa begitu sensitif.
Secara alami Emma menggerakkan jari-jarinya naik turun meraba kejantanan Haoran. Ia terkesima. Ia belum pernah memegang kelamin pria sebelum ini dan tidak punya ekspektasi sama sekali.
"Mmm..." Haoran mendesah dan menggigit bibirnya saat sentuhan naik turun dari tangan Emma membuat darahnya berdesir. Ia merasa seolah tubuhnya akan meledak akibat sukacita berlebihan. Ia lalu membuka matanya dan menarik Emma ke dalam pelukannya dan memberikan ciuman panas ke bibir gadis itu, lalu berbisik mesra. "Mmmm... pelan-pelan, sayang. Kita tidak dikejar waktu. Ayo kita mandi dulu."
Ia takut kalau Emma meneruskan perbuatannya, ia tak akan dapat menahan diri dan segera memasuki Emma. Ia harus bersabar dan melakukannya pelan-pelan. Dari berbagai buku dan referensi yang dibacanya, pengalaman pertama setiap gadis akan sangat menyakitkan.
Karena itulah ia benar-benar ingin melakukannya dengan benar dan meminimalisir rasa sakit yang akan dialami Emma.
Emma menelan ludah dan mengangguk. Akal sehatnya sudah pamit, namun ia menuruti ajakan Haoran yang menariknya berjalan ke arah bathtub. Haoran lalu melepaskan boxernya dan masuk ke dalam bak. Ia lalu memberi tanda agar Emma masuk juga dan duduk di pangkuannya.
Emma melepaskan pakaian dalamnya dan melangkah masuk ke dalam bak, lalu duduk di depan Haoran. Pemuda itu segera memeluknya dari belakang dan membenamkan kepalalnya di bahu gadis itu.
Keduanya memejamkan mata dan mendesah bersamaan. Perasaan yang mengisi dada mereka saat ini sungguh tak dapat digambarkan dengan kata-kata. Wangi sabun dan bunga serta lilin dapat berpadu sempurna seolah menenggelamkan mereka ke dunia baru yang penuh cinta.
Emma dapat mencium wangi vanilla, karamel, dan bunga segar berpadu dengan begitu sempurna.
Ahh.. betapa beruntungnya ia memiliki suami seperti pemuda itu. Haoran benar-benar berusaha membuat pengalaman pertama mereka menjadi kenangan yang tak terlupakan. Emma ingat beberapa hari yang lalu mereka hampir berhubungan seks di Swiss.
Sekarang ia merasa bersyukur Haoran yang perfeksionis dapat menahan diri dan memilih untuk menunggu hingga ia bisa menyiapkan momen yang sempurna untuk penyatuan tubuh mereka untuk pertama kalinya.
Selama beberapa saat keduanya menikmati rendaman air hangat dengan memejamkan mata. Detak jantung keduanya yang tadi bertalu-talu perlahan mulai mereda dan menjadi seirama. Haoran pelan-pelan melepaskan pelukannya dari pinggang Emma dan meraba dada gadis itu perlahan.
Ia sungguh menikmati mengadon kedua payudara Emma dari posisi seperti ini. Ukuran dada Emma sangat proporsional dan terasa sempurna di tangannya.
Emma melenguh pelan saat merasakan aliran kenikmatan kembali menjalari tubuhnya. Ia juga hendak menyentuh kejantanan Haoran, tetapi pemuda itu cepat berbisik mencegahnya.
"Mmm... jangan sentuh.. Nanti aku tidak bisa menahan diri," kata Haoran di telinga Emma. Suaranya serak dan terdengar sangat seksi di telinga Emma. Gadis itu mengerti maksudnya dan akhirnya hanya menyentuh tangan Haoran yang sedang meremas lembut kedua payudaranya. Keduanya menikmati proses itu dan beberapa kali mendesah bersama.
"Kau mau kusabuni?" Emma menawarkan sambil menoleh ke belakang. "Kurasa aku sudah cukup mandinya. Lebih lama lagi nanti tubuhku keriput..."
Haoran tertawa kecil dan melepaskan tangannya dari tubuh gadis itu. "Mau..."
Emma memutar tubuhnya dan menghadap Haoran lalu mengambil spons mandi dan sedikit sabun lalu mengusapkannya ke tubuh Haoran. Dengan penuh perhatian ia membersihkan leher, dada, punggung, perut, hingga ke ujung kaki Haoran.
Pemuda itu sangat menikmati perlakuan Emma dan menahan diri untuk tidak menerkam Emma dan memasukinya saat itu juga. Ia harus bersabar. Tempat terbaik untuk melakukannya pertama kali adalah di atas tempat tidur yang nyaman.
Setelah selesai mandi bersama, mereka akan segera ke sana.
"Terima kasih," Haoran menarik Emma mendekat dan menciumnya mesra. Ia lalu mengambil spons dari tangan gadis itu dan gantian menyabuni tubuh Emma. Ia mengusapkan spons ke leher, bahu, dan turun ke dada, lalu perut gadis itu... dan seterusnya hingga ke ujung kaki.
Setelah puas menyabuni Emma, ia membuka sumbat bathtub dan membiarkan airnya mengalir. Setelah itu ia menyalakan keran air hangat dan mengguyur tubuhnya dan Emma bergantian menggunakan shower.
Ahhh... rasanya sangat relaks dan menyenangkan. Tubuh mereka telah terasa begitu segar dan relaks setelah berendam tadi.
Mereka menyelesaikan shower dalam waktu sepuluh menit, saling membersihkan dan meraba, dengan dada berdebar-debar dan sekujur tubuh dihinggapi sensasi aneh yang sangat menyenangkan.
Setelah selesai membersihkan diri, Haoran segera mengambil handuk dan mengerikan tubuh Emma, sebelum kemudian mengeringkan dirinya sendiri. Ia lalu mengambil jubah dari konter kamar mandi dan menyerahkan jubah yang lebih kecil kepada Emma.
Mereka keluar dari kamar mandi dengan bergandengan tangan.
"Aku suka mandi bersamamu... ternyata rasanya jauh lebih menyenangkan dari yang kubayangkan," bisik Haoran ke telinga Emma sambil memeluknya dari belakang saat mereka tiba di depan tempat tidur mereka. "Sekarang aku tidak sabar ingin merasakan yang lainnya..."
Emma merasakan pipinya memerah mendengar kata-kata mesra Haoran, dan hangat napas suaminya di telinganya. Tangan Haoran yang memeluknya dari belakang pelan-pelan dengan nakal menyusup ke balik jubahnya dan mulai meremas payudaranya.
"Ahh...." Emma mengigit bibirnya saat tubuh bagian bawahnya berdenyut dan ujung-ujung syarafnya terasa menjadi sangat sensitif. Haoran melepaskan ikatan tali jubah tidur Emma dan pelan-pelan menarik jubahnya turun.
Kini Emma tidak lagi mengenakan apa-apa.