webnovel

Emma Membuat Rencana

Sebenarnya sangat mudah bagi Emma untuk mengetahui apa yang direncanakan Haoran, tetapi ia telah memutuskan untuk tidak menginvasi privasi Haoran untuk hal-hal remeh seperti itu. Lagipula, ia masih ingat saat terakhir ketika ia membaca pikiran pemuda itu.

Astaga... Haoran membayangkan Emma tanpa busana dan bercinta dengannya! Emma kemudian menyadari, rupanya imaginasi Haoran cukup liar dan ia bahkan dapat membayangkan semua lekuk tubuh indah Emma dengan sempurna. Sungguh membuat wajah Emma memerah setiap kali ia mengingat hal itu!

"Baiklah.. kalau begitu aku akan memikirkan hadiah ulang tahun yang tepat untukmu," kata Emma akhirnya. Ia lalu melihat keluar dan menyadari bahwa hari sudah malam. Ia selalu senang bersama Haoran hingga sering lupa waktu. "Aku harus pulang sekarang. Oma akan mencariku."

Haoran mengangguk. Ia menutup laptopnya dan mengambil kunci mobil dari lemari. Ia selalu mengantar Emma pulang setelah mereka menghabiskan waktu seharian setiap Sabtu.

"Lain kali kita kencan di luar, ya," kata Haoran sambil mengedip ke arah Emma ketika ia membukakan pintu mobilnya. Gadis itu hanya melempar senyum dan mengangguk.

Akhir-akhir ini wajah Emma tampak lebih cerah dari biasanya dan hal itu tidak luput dari perhatian Oma Lin. Wanita tua itu menduga Emma sekarang sudah memiliki teman dan banyak menghabiskan waktu dengan mereka.

Oma Lin tidak akan turut campur dalam kehidupan pribadi Emma. Kalaupun ia mengirim SMS kepada Emma untuk menanyakan keberadaannya saat jam makan malam tiba, itu hanya karena ia memperhatikan gadis itu, bukan ingin mengatur-atur hidupnya.

Biasanya pada hari Minggu Emma akan belajar sendiri di rumah, mengutak-atik berbagai program komputer yang dipelajarinya dari tempat kursus. Kini, ia telah mengerti hampir semua pengetahuan dasar teknologi informasi dan pelan-pelan ia bahkan sudah mulai meretas beberapa website untuk menguji kemampuannya.

Setelah bekerja berjam-jam, ia akan berhenti dan membantu Oma Lin untuk memasak makan siang bersama. Emma mulai menyukai kegiatan memasak dan mencoba resep masakan baru setelah ia tinggal bersama wanita tua itu.

Dulu, Oma Lin adalah seorang koki yang memiliki kedai makanan sendiri. Ia mengerjakan usahanya bersama sang suami dan sangat banyak pelanggan yang menyukai masakannya. Sayangnya, setelah suami Oma Lin meninggal, beliau terlilit utang dan terpaksa harus menutup kedainya. Kini beliau hidup dengan bantuan tunjangan dari pemerintah.

Kerinduannya memasak bagi orang lain menjadi terobati ketika Emma tinggal bersamanya. Gadis itu sangat menyukai masakan-masakan Oma Lin. Wajah wanita tua itu selalu berseri-seri saat Emma memuji kelezatan masakan buatannya. Kini, mereka menetapkan setiap hari Minggu sebagai hari untuk mereka memasak bersama.

Siang ini mereka memasak jamur saus tiram dan daging sapi lada hitam untuk makan siang. Saat mereka duduk menghadapi masakan buatan mereka hari ini, Emma menjadi terpikir untuk memasak makan istimewa bagi Haoran sebagai hadiah ulang tahunnya.

'Ahh.. tapi kan tanggal 1 ia akan makan siang dengan ayahnya,' pikir Emma. Ia merenung sejenak dan kemudian mengenyahkan pikiran itu. Hmm.. ia harus memikirkan hadiah lain.

Ini sungguh hal yang sangat sulit. Haoran berasal dari keluarga sangat kaya dan dapat memperoleh apa pun yang mereka inginkan dengan mudah. Emma tidak tahu hadiah seperti apa yang dapat diberikan bagi pemuda yang memiliki segalanya.

***

Allan masih selalu berusaha duduk di sebelah Emma di kelas Database dan Operating System. Ia semakin tertarik kepada Emma karena melihat betapa cepatnya gadis itu memahami semua materi yang diajarkan trainer di kelas. Rasanya ia belum pernah menemukan gadis secantik dan secerdas ini.

Ah, ya... sewaktu ia masih di sekolah, ia sempat dekat dengan Bianca, adik kelasnya yang juga menjadi wakil ketua Dewan Siswa. Ia tahu Bianca sangat menyukainya dan Allan sangat senang mendapatkan perhatian dari seorang gadis populer yang demikian cantik dan pintar.

Satu-satunya penyebab ia dan Bianca tidak pacaran adalah karena telah berjanji kepada ayahnya untuk tidak pacaran selama ia masih duduk di bangku SMA. Bianca mengetahui hal itu dan dengan setia menunggunya serta mendukung Allan untuk masuk ke fakultas kedokteran.

Sebenarnya, kini Allan sudah mendapatkan lampu hijau dari orang tuanya untuk menjalin hubungan dengan seorang gadis. Namun kini, setelah ia bertemu Emma, pandangan Allan menjadi berubah. Hatinya tidak lagi diisi oleh Bianca, melainkan Emma.

Ahh... ia harus memikirkan cara agar ia dapat terus bertemu dengan Emma setelah kursus musim panas mereka berakhir. Akhir Agustus ia akan mulai masuk kuliah dan Emma akan kembali bersekolah. Mereka tidak akan bertemu lagi.

"Hai, Emma... sepertinya kau sangat tertarik dengan computer science ya..." komentar Allan pada suatu hari. "Apakah kau tertarik untuk datang ke konferensi internasional Cyber Security dua minggu lagi? Aku kenal salah seorang pembicaranya dan aku bisa mendapatkan dua tiket untuk kita. Acaranya eksklusif sekali, lho."

Emma yang sedang membereskan buku-bukunya mengangkat wajah dan mengerutkan keningnya. Ia pernah mendengar tentang acara konferensi itu dan mengetahui bahwa itu adalah acara yang cukup bergengsi dan dihadiri oleh banyak orang terkemuka di bidang cyber security dan juga hacker terkenal.

Goose tampaknya sangat sibuk dan telah meminta maaf kepada Haoran karena ia tidak bisa menjadi mentor bagi Emma. Mungkin ada baiknya Emma datang ke konferensi tersebut dan melihat-lihat. Siapa tahu ia bisa belajar sesuatu.

Akhirnya gadis itu mengangguk. "Tentu saja."

"Ahh... bagus sekali!" Allan sangat senang mendengarnya.

"Kapan acaranya?" tanya Emma sambil membuka ponselnya. Ia hendak memasukkan acara tersebut ke dalam kalendernya.

"Sabtu, 19 Agustus," jawab Allan.

Emma mengangguk dan membuat catatannya. "Terima kasih."