Semua hidangan sudah tersaji di meja. Zesa dan Sumirah duduk di samping kiri. Sementara di samping kanan adalah kursi para tuan muda.
Baru dua tuan muda yang duduk di meja makan. Ketiga tuan muda lainnya sedikit terlambat malam ini. Sebelum mereka tiba, makan malam tidak akan dimulai.
"Zesa, apa makanan favoritmu?" Zoe mengajak gadis itu bicara sambil menunggu kakak-kakaknya tiba.
"Saya tidak pemilih dalam hal makanan, tapi saya suka jajan bakso," jawab Zesa dengan ramah.
"Wah, makanan favoritmu sama seperti kakakku. Lain kali, kita pergi makan bakso bersamanya. Kalau aku lebih suka mie ayam," ucap Zoe. Karena tidak nyaman bicara berjauhan, Zoe pindah tempat duduk. Ia mengambil kursi dan duduk di samping Zesa.
"Zoe! Kenapa pindah ke sana? Balik ke tempat dudukmu!" Zayden memarahi adiknya karena duduk di samping Zesa. Zayden merasa tidak suka adiknya dekat-dekat dengan gadis itu.
"Ya, Kak," jawab Zoe dengan patuh. "Kita mengobrol setelah makan malam nanti, oke," ucapnya pada Zesa sebelum kembali ke tempat duduknya.
Tidak lama, terdengar suara tiga orang yang sudah mereka tunggu sejak tadi. Mereka tampak melangkah terburu-buru karena sudah terlambat setengah jam dari waktu makan malam. Ketiganya memang sering sekali terlambat.
Pekerjaan ketiga tuan muda itu tidak tentu, hingga mereka sering terlambat karena jadwal yang padat. Hari ini, mereka juga terlambat karena alasan yang sama. Mereka sudah membuat komitmen, sesibuk apa pun, mereka harus berkumpul, dan makan malam di rumah. Tidak ada yang boleh melanggar aturan yang dibuat oleh Zayden.
"Selamat malam semua. Maaf, aku terlambat," ucap Ian Arya Wicaksana, sang fotografer.
"Aku terjebak macet di jalan. Maaf, Kak," ucap Kay Hansen Wicaksana. Aktor itu tidak bisa menghentikan syuting semaunya, hingga ia sering melarikan diri untuk sekedar pulang dan makan malam di rumah. Kecuali dia sedang berada di luar kota, selain itu, Zayden tidak menerima alasan apa pun.
"Aku~"
"Sudahlah. Kalau kau aku sudah tahu apa alasannya. Pasti terjebak di apartemen Miss Universe," potong Zayden. Aron si pemain wanita itu selalu mengkhayal bisa bertemu Miss universe, hingga ia sering mengatakan alasan yang tidak masuk akal.
"Hah? Memangnya dia ada di Indo?" Zesa menyela pembicaraan mereka dan berakhir mendapat tatapan tajam. Belum ada yang berani menyela pembicaraan antara Zayden dan Aron. Zesa adalah gadis pertama yang melakukannya. "Maaf." Zesa segera menyadari kesalahannya.
"Siapa dia?" Aron bertanya dengan senyum khasnya.
"Pembantu baru, Kak," jawab Zoe dengan semangat. "Namanya Zesa, dia~"
"Aku tidak bertanya padamu. Dasar bocah!" Aron memukul pelan kepala Zoe.
"Berisik! Cepat duduk dan makan! Kalian sangat sibuk, bukan?" Zayden mengakhiri perdebatan Aron dan Zoe. Ia sudah tidak sabar merasakan masakan gadis itu.
"Zesa, layani mereka," perintah Sumirah.
"Baik, Bu." Zesa melayani mereka satu persatu. Dimulai dari mengambilkan nasi, sampai menuangkan air minum. Aturan selalu berlaku di rumah itu. Zayden adalah orang pertama yang harus dilayani, lalu berurutan ke anak kedua sampai si bungsu Zoe.
Zesa juga melayani Sumirah seperti ibunya. Pemandangan itu tak lepas dari perhatian kelima tuan muda, terutama Aron. Gadis itu cukup menarik perhatiannya, membuatnya ingin memiliki gadis itu.
"Kamu makan yang banyak. Bekerja di sini akan menghabiskan banyak tenaga, jadi kau harus kuat."
Sumirah mengatakanya sambil melirik para tuan muda. Selama ini, mereka selalu mencari masalah agar pelayan di mansion itu mengundurkan diri setelah beberapa hari bekerja. Sumirah akan membantu gadis itu untuk bertahan.
Seusai makan malam, Zesa membersihkan meja, mengambil piring kotor, dan membawanya ke dapur untuk dicuci. Saat ia sedang sibuk mencuci piring, Aron tiba-tiba berdiri di belakangnya, dan memeluk pinggang Zesa. Sontak saja Zesa menjerit.
Semua berlari ke dapur dan melihat Zesa menampar Aron. Sedetik kemudian, Zesa gemetar ketakutan karena telah melakukan hal yang menyinggung tuan muda kedua di rumah itu. Di luar dugaan, keempat tuan muda lainnya justru tertawa melihat Aron ditampar.
"Ma-maaf, Tuan muda Aron. Saya melakukannya karena Anda melecehkan saya," ucap Zesa membela diri.
"Haha …. Tidak perlu meminta maaf padanya. Dia selalu melakukannya untuk menguji pelayan baru kami. Kau sangat berbeda dengan pelayan yang sebelumnya bekerja di sini. Aku yakin, Kak Aron juga setuju," kata Ian, si pria yang memiliki sifat penyayang, perhatian, dan suka membantu orang lain. Ia tidak pernah berbicara kasar sejak Sumirah merawatnya.
"Aron, pergi ke kamarmu!" perintah Zayden. Dialah penguasa mansion. Semua adik-adiknya sangat patuh padanya. "Dan kamu, lanjutkan pekerjaanmu. Setelah selesai, buatkan minuman untuk kami."
"Baik, Tuan muda."
Zayden menatap tajam kepada mereka yang masih berdiri di dapur. Mereka langsung berlari ketakutan seperti anak kecil yang melakukan kesalahan. Ia pergi sambil tersenyum tipis hampir tidak terlihat, hanya ujung bibir yang sedikit terangkat.
Akhirnya mereka memiliki pelayan yang sesuai dengan selera mereka. Pelayan yang tidak kepada tuannya, pelayan yang benar-benar datang ke mansion itu hanya untuk bekerja. Selama ini, belum ada yang mampu menolak pesona Aron, si playboy kelas kakap yang selalu berhasil menggoda gadis yang diinginkannya.
Pertama kali dalam sejarah hidup Aron, ia ditolak. Rasanya semakin menarik setelah ditolak Zesa. Ia semakin bersemangat untuk mengambil hati gadis itu. Mereka tidak pernah pandang bulu dalam hal percintaan.
Kay bahkan pernah berpacaran dengan salah satu fans-nya. Seorang gadis yang berasal dari keluarga tidak mampu. Entah ada apa dengan gadis itu, tiba-tiba saja menghilang tanpa kabar berita.
Zesa mengantarkan minuman sesuai catatan yang ditulis oleh Sumirah. Namun, mereka menatapnya dengan tatapan aneh. Membuatnya canggung dengan tatapan intens yang seperti menusuk jantungnya.
"Apa saya salah, Tuan muda?" tanya Zesa dengan takut. Ia meremas ujung bagian bawah apron putih yang dipakainya.
"Tidak salah, kok, Zes. Cuma, mungkin Bu Sumirah lupa memberitahumu. Setelah makan malam, kami hanya minum secangkir teh hijau. Lebih ke … ingin menjaga kesehatan saja. Begitu kira-kira," jawab Zoe menjelaskan.
"Maafkan saya. Saya pikir~"
"Kamu pikir apa? Malam-malam begini menyajikan es untuk adik-adikku. Mau membuatnya sakit?" tanya Kay dengan sinis. Namun, seperti yang ditulis Sumirah, ia berubah dalam waktu sekejap. "Lain kali harus dicatat. Oh, ya, buatkan empat cangkir saja. Aku harus kembali ke lokasi syuting."
"Iya, Tuan muda. Terima kasih atas pengertian Anda," ucap Zesa dengan tulus.
"Tidak apa-apa. Membuat kesalahan di hari pertama adalah hal yang wajar. Semangat, ya, bekerja di sini," kata Kay memberi semangat kepada zesa sambil tersenyum lebar, menampakkan gigi putih yang terawat. Wajahnya lima menit yang lalu dan wajahnya saat ini, membuat Zesa mengakui sesuatu dalam hati.
'Pantas saja dia menjadi aktor paling top. Dalam kehidupan sehari-hari saja sifatnya bisa berubah secepat kilat. Tadi, aku sangat ketakutan dengan kemarahannya, tapi dia berubah menjadi baik dalam beberapa detik kemudian.'
"Sedang berpikir apa? Sana buatkan minumannya!" bentak Zayden yang tidak suka melihat gadis itu melamun menatap punggung Kay yang menjauh. "Kamu pikir bisa bekerja santai di sini?"
"Maaf, Tuan. Saya akan segera membuatnya," jawab Zesa. Ia membawa kembali minuman yang ada di meja dan menggantinya dengan teh hijau hangat.
Di antara mereka semua, Zayden-lah yang paling membuat Zesa takut. Awal mula ia bisa masuk ke mansion itu, juga karena urusannya dengan Zayden. Ia harus lebih mematuhi laki-laki itu dibanding tuan muda lainnya.
*BERSAMBUNG*