webnovel

PUTRI ARABELLE

"Apa kamu tidak mau memeluk adikmu Bima?" Thomas yang tau tatapan Bima menuju pada arabelle bertanya dengan senyuman. "adik!" seru Bima mengalihkan pandangan pada Thomas kemudian berganti lagi pada arabelle. "Adik ku hanya Mikael,adelard dan si curut itu. Aku gak punya adik perempuan dan bunda dan mami juga gak pernah melahirkan anak perempuan." Ujar Bima dengan santai. "Jaga bicaramu Bima!" Argani memperingatkan sang putra dengan tatapan yang serius. "kenapa? memang seperti itu kenyataan nya bukan." balas Bima dengan acuh kemudian berbalik meninggalkan meja makan. "Bim...."

sanah_Caeprica · Teen
Not enough ratings
24 Chs

PENYAMBUTAN

Bima cashel Carlos,putra pertama dan cucu pertama keluarga carlos. Dingin,irit bicara dan tidak perduli dengan orang sekitarnya. Pria yang mengutamakan pekerjaan dibanding apapun.

Bima bingung dengan suasana rumahnya, sejak pulang dari kantor ia melihat para maid beserta bunda dan maminya yang sedang sibuk seakan sedang mempersiapkan sesuatu untuk penyambutan tamu. Awalnya ia tidak begitu perduli,tapi melihat bunda dan maminya yang nampak antusias mendekor sebuah kamar yang tidak jauh dari kamarnya.

Rasa penasaran seakan muncul begitu saja. Bima menghampiri keduanya serta memperhatikan seisi kamar yang dominan warna ungu muda yang dipadukan dengan warna pink dan putih sehingga menghadirkan nuansa kalem dan ceria disaat bersamaan ,terlihat juga warna dinding dan perabotan dengan warna yang sama.

Bima juga melangkah menuju walk on closet,ia melihat deretan lemari yang dipenuhi barang-barang perempuan seperti dress,sepatu,tas dan aksesoris lainnya.

"apa ada yang akan tinggal disini?"

Pandhita dan Stella berpandangan setelah itu mereka tersenyum. keduanya tidak ada yang berniat menjawab Bima.

"pasang semuanya! jangan sampai ada kesalahan!" Stella meminta maid untuk memasang hiasan dinding.

"bunda! mami!" keduanya menoleh ke cucu pertama keluarga Carlos tapi keduanya kembali menanggapi dengan senyuman. Bima mengerutkan kening melihat tak ada sedikitpun respon dari keduanya. mereka seolah sedang bermain tebak-tebakan.

"lihat saja nanti! kamu bakalan melongo kaget!" Stella melangkah menuju pintu meninggalkan Bima.

"mami?"

Pandhita juga berlalu sembari melambaikan tangannya tak ingin menjawab sang keponakan.

Bima melongo melihat keduanya mengacuhkan nya,ini kali pertama mereka melakukannya padanya. Selama ini tak ada yang berani mengacuhkannya ataupun menolak perkataan nya bahkan sang kakek sekalipun tidak pernah berani.

Karena rasa ingin tahunya yang sangat tinggi Bima berinisiatif bertanya pada adelio,sepupu nya yang tengil.

Bima memasuki kamar adelio tanpa mengetuk pintu atau meminta izin terlebih dahulu,baginya sangat tidak penting untuk melakukan itu semua. Mendengar suara gemericik air, Bima melangkah menuju kamar mandi. Bima mengetuk pintu dengan keras agar adelio mendengar nya.

"BENTAR WOY BENTAR"

Bima tak mempedulikan teriakan adelio,ia semakin gencar mengedor pintu dengan keras alhasil pintu pun terbuka menampakkan adelio dengan rambut yang masih pakai sampo dan handuk yang bertengger di pinggangnya. Adelio mendengus melihat pria di depannya itu. Bima langsung bertanya pada adelio tentang apa yang terjadi dirumahnya.

"kenapa bertanya padaku? memang nya aku ini wartawan yang harus mengetahui semua kegiatan mereka! CK macam aku tidak punya kerjaan saja"

Bima menyikut perut adelio karena ia kesal tidak mendapat jawaban yang memuaskan dari sepupunya itu. Otomatis adelio meringis merasakan perutnya yang sakit, dan ia kembali membersihkan dirinya.

Bima berniat kembali ke kamarnya,sayup-sayup ia mendengar suara Bunda nya sedang berbicara dengan seseorang.

" kalian sudah di depan? baiklah. cepat masuk,bunda sudah tak sabar ingin memeluknya"

Bima yang mendengar nya bergidik ngeri siapa yang mau dipeluk bundanya ? apakah bundanya punya simpanan lain? tidak mungkin jangan sampai itu terjadi,ia akan jadi orang yang pertama membunuh orang tersebut. Bima melihat Stella yang jalan terburu-buru. Ia tak terlalu peduli dan segera pergi. Rasa penasarannya sekita menghilang dia berfikir mungkin saja teman arisan sang bunda.

*****

Arabell saat ini berada di salah satu mobil mewah yang sedang berjalan beriringan,ia duduk di bangku penumpang bersama ayah kandungnya yang saat ini memegang tangan nya dengan possesive takut kehilangan. Ia ingin menyangkal betapa nyamannya saat-saat ini. sedangkan Thomas berada di mobil lain.

Arabell memandang ke arah jalanan yang mereka lewati. seumur-umur ia tidak pernah meninggalkan daerah tempat ia dibesarkan.

Mobil yang mereka tumpangi perlahan memasuki rumah dengan gerbang hitam yang sangat tinggi. pekarangan yang luas beserta taman bunga yang bermekaran dengan sangat indah seperti menyambut kedatangannya.

Dan dihadapannya dirinya terlihat istana mewah berwarna putih yang sangat mengagumkan baginya. Sang supir membuka pintu mempersilahkan mereka untuk keluar. Dari belakang Thomas menyusul anak dan cucunya,keduanya memegangi tangan arabell berusaha menenangkan arabell agar tidak nervous dan takut.

Argani dan Thomas membimbing arabell masuk kedalam rumah,disana sudah terlihat para maid yang berbaris untuk menyambut. Arabell nampak tertegun dengan pemandangan di depannya,ia seolah menjadi tuan putri saat ini.

Seorang wanita paruh baya yang masih tampak cantik dan elegan berlari kecil kearahnya. wanita itu adalah Stella. Stella memeluk arabelle dengan sangat erat seperti kerinduan yang dipendam lama tertumpah hari ini. Arabelle yang merasa hangat dipeluk, membalas pelukan Stella. ia sangat merasa bahagia bisa diterima dengan baik layaknya anak kandung sendiri. padahal ia sempat berfikir akan ada drama-drama penolakan seperti yang selalu di tonton nya di tv.

Argani berjalan menghampiri keduanya,dan ikut memeluk. " hey... aku juga ingin memeluknya,jangan berlama-lama" nampak seorang perempuan lagi dihadapan arabell dia adalah pandhita. keduanya melepas pelukan setelahnya pandhita mendekati arabell dan memeluknya. "welcome your home sayang,aku istri paman mu panggil saja mami. ok! ini istri ayah mu kamu bisa panggil dia bunda. " arabell mengangguk,rasanya ia seperti di alam mimpi saat ini. "oh tuhan...akhirnya aku punya putri" pandhita berteriak histeris dengan sangat bahagia sembari merangkul arabell agar mengikutinya.

Stella tersenyum memeluk suaminya,matanya berkaca-kaca sehabis menangis tadi. Akhirnya keinginan suaminya yang ingin hidup bersama terwujud begitupun dirinya. Sekarang dia memiliki putri yang sangat cantik,dan itu membuatnya sangat bahagia.