Melihat kejadian yang sangat mengerikan ini, Waruka sedih dan kasihan pada para kontu. Ia tahu bahwa dirinya bukanlah siapa-siapa, ia hanyalah seseorang yang tidak tahu harus kemana, namun jiwa kemanusiaannya terusik untuk membantu para kontu yang kini hanya tersisa 23 (dua puluh tiga).
"Bagaimana cara membantu mereka? Bukankah saya tidak memiliki kekuatan melawan ratu? Bagaimana cara melawan ratu? Seperti apakah ratu? Apakah memang dia kejam dan menakutkan seperti ini? Bukankah membantu adalah hal baik? Bagaimana jika terjadi sesuatu padaku? Apa yang harus aku lakukan?", segala pertanyaan berkecamuk dalam benak Waruka. Namun jiwa kemanusiaannya masih saja merontah-rontah mendesaknya untuk membantu kontu dengan tanpa peduli siapa dirinya.
"Abantukomiyu (aku akan membantu kalian)!", kata Waruka. Para kontu terkejut dalam kesedihan mendengar pernyataan Waruka. Salah satu dari kontu melangkah mendekati Waruka, menjatuhkan lutut hingga mengenai tanah, sujud memberi penghormatan pada Waruka. "Oyintu kabalagamani (kamu pemimpin kami)!?", Sahutnya. Para kontu yang lain pun mengikuti jejaknya, menjatuhkan lutut ke tanah, sujud ke Waruka, serentak mengatakan,"Oyintu kabalagamani (kamu pemimpin kami)!?".
Sementara Waruka masih menyusun rencana mengenai apa yang akan dilakukannya, Ratu yang sedang duduk disinggasana mengumpulkan semua pasukan dari berbagai penjuru kehidupan bawah. Jika saja Waruka melihat semua pasukan ratu, bukan hanya rasa takut akan menghantuinya melainkan akan membuatnya mati seketika itu. Bagaimana tidak, membayangkannya saja sudah sangat menakutkan apalagi melihatnya.
Kekuasaan ratu meliputi seluruh kehidupan bawah. Istana yang ditempatin ratu berdiri ditanah seluas 5000 Hektar, disemua sisi tertutup tembok-tembok menjulang tinggi, dijaga ketat pasukan ratu yang tidak ada henti siang dan malam.
Secara garis besar, selain istana utama, ada juga istana lain dari beberapa wilayah kekuasaan ratu. Ada 8 istana lain yang berada dari luar istana utama. kedelapan istana mengelilingi istana utama pada titik wilayah tertentu, diluar tembok-tembok yang menjulang tinggi. Musuh yang ingin melawan ratu tentu harus berhadapan dengan pasukan ratu dari istana lain terlebih dahulu sebelum bisa masuk ke istana utama.
Begitu sangat luas dan kuatnya kekuasaan ratu, tidak ada yang bisa mengalahkannya. Belum juga ratu memiliki kemampuan bertempur yang tidak diragukan lagi oleh pasukannya, sementara Waruka, apa yang dimilikinya, tidak ada yang dimilikinya, mungkin hanya Tuhan yang tahu apa yang akan terjadi pada Waruka ketika ia memutuskan untuk membantu Para Kontu.
"tokola touleyi kantea buou (kita akan mencari markas baru)!", kata Waruka. "Nando ba kanteato (ada satu lagi markas kita)", sahut salah satu kontu.
"Paye (tidak)! Paye nambalia takumala namayitu (kita tidak bisa ke sana)!!", tegas Waruka. Ia berpikir bahwa markas disana juga telah diketahui ratu mengingat sebelumnya adanya penghianat diantara para kontu. Ia tidak ingin kejadian pembantaian yang dilakukan ratu saat ini terulang kembali.
"koye ba sega aoana (mulai sekarang, tidak ada kontu yang lain selain yang ada disini)!", Waruka menegaskan pada semua kontu. "Miina ba niparcaya (tidak ada yang bisa dipercaya selain kalian yang disini)!", perintahnya.
"Laempaa, mboae tatumalo ratu (Tapi, bagaimana cara kita melawan ratu)?", tanya salah satu kontu. Ia berpikir bagaimana cara melawan ratu sementara jumlah mereka hanya sedikit.
"To ulei posabangka (kita akan mencari tahu bersama)!", sahut Waruka mengingat pesan ayahnya yang terlintas begitu saja dipikirannya. Ia teringat saat bersama ayah dan adik-adiknya tersesat di hutan, mereka tidak tahu harus kemana. Laudi mulai menangis, sementera Laroja terlihat panik. Waruka kebingungan. Ayahnya yang tampak tenang, memanggil ketiga anaknya. "jika suatu saat nanti kalian menghadapi situasi yang membingungkan, jangan bertindak gegabah! bersikaplah dengan tenang!", ayah menasehati ketiga anaknya. "kita akan mencari tahu bersama!?", ayahnya mengajak anak-anaknya agar mencari jalan keluar bersama saat tersesat dihutan.