Rahel masih menemani Tuan Angga menikmati pemandangan perkebunan teh yang terletak tidak jauh dari rumahnya. Setelah mereka berjalan-jalan pagi. Sesekali netranya menatap ke sekeliling perkebunan, para pemetik teh itu sedang membawa bakul-bakul di atas panggungnya yang mulai terisi penuh oleh pucuk-pucuk daun teh yang telah dipetik.
"Ayah jaga kesehatan, ya!" ucap Rahel pada lelaki yang berjalan mensejajarinya. Lelaki bertubuh subur itu hanya tersenyum tipis. Langkah kakinya begitu ringan.
"Kapan kamu akan berangkat ke Belanda?" balas Tuan Angga sama sekali tidak melirik pada Rahel yang berjalan di sampingnya. Lelaki itu membuang tatapannya ke arah pemandangan perkebunan teh yang terhampar luas di kiri jalan.
"Kemungkinan minggu depan," balas Rahel.
Langkah Tuan Angga terhenti seketika. Menoleh ke arah Rahel. "Kamu tidak ingin menemani ayahmu di sini?" Tatapan itu melukiskan sebuah harapan besar yang sangat menyedihkan yang terselip di sana.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com