webnovel

Bab 23

Sejenak Sofia tengelam dalam ketakutannya. Ribuan terkaan bergelayut di dalam benaknya, semakin membuat wajah ayu Sofia terlihat begitu cemas.

"Sam, apakah aku tidak salah mendengar?" ucap Sofia mengalihkan tatapannya pada Sam. "Sejak kapan hal itu terjadi, Sam?" cetus Sofia dengan wajah yang semakin pucat.

"Setelah kesalahan operasi itu terjadi!" tegas Sam membalas tatapan Sofia serius.

"Apa!" desis suara Sofia terdengar begitu lirih sekali. Tubuh Sofia gemetaran, rasa ketakutan semakin menyiksa jiwanya. Satu tangan Sofia membungkam mulutnya yang menganga. Wajahnya nampak panik dan ketakutan. Sementara benaknya terus menggali kejadian-kejadian yang terjadi setelah Nico selesai operasi.

"Jadi, selama ini Nico sudah menipu kita. Bukan kita yang menipu Nico!" lirih Sofia dengan suara lemas seperti tidak bertenaga.

"Iya, Sofia, sepertinya begitu. Kita harus segera merebut perusahaan itu sebelum Nico menjadikan kita gembel di jalanan!" pekik Sam dengan nada penuh penekanan. Netranya memicing sekilas melirik pada Sofia yang duduk di bangku samping kemudi, kemudian beralih pada jalanan yang ada di depan mobil.

"Sam, apakah Nico juga mengetahui tentang perselingkuhan kita?" Sofia memegangi pergelangan tangan Sam, menatap pias pada lelaki yang duduk di bangku kemudi.

"Entahlah aku tidak tahu, Sofia!" balas Sam nampak tidak berfokus.

Dreg! Dreg!

Ponsel yang berada di dalam saku kemeja Sam bergetar. Sejenak wajah Sam terlihat gugup, sekilas ia melirik pada Sofia yang masih tercengang dengan kenyataan yang baru saja Sam sampaikan kepadanya. Satu tangan Sam meraih ponsel dari dalam saku celana. Sekilas menatap pada layar yang sedang berkedip sebelum ia menekan tombol hijau.

"Halo!" lirih Sam semakin gugup. Beberapa kali ekor matanya melirik pada Sofia yang semakin pucat duduk di sampingnya.

"Apa?" cetus Sam sedikit menaikkan nada suaranya saat mendengar kabar dari seseorang yang berada di balik telepon. Wajah Sam nampak terkejut sekali.

"Sam, ada apa, Sam?" Sofia langsung menoleh pada lelaki yang duduk di bangku kemudi. Wajah Sam panik, tangannya segera memutar kemudi menepi pada jalanan yang ramai.

"Sam ada apa, kenapa berhenti?" Sofia kebingungan, karena Sam mematikan mesin mobil dan membuka safety belt yang ia kenakan. Sepertinya kabar yang seseorang berikan di balik telepon itu cukup mengguncang Sam.

"Sayang, segera transfer uang 50 juta ke rekeningku sekarang!" Sam menelangkupkan kedua tangannya pada pipi Sofia, menjatuhkan tatapan serius dan penuh kekhawatiran.

"Buat apa, Sam? Apa yang sebenarnya terjadi?" cerca Sofia tidak mengerti dengan ucapan Sam.

"Please tolong aku! Nanti aku akan menceritakannya kepadamu setelah semuanya beres." Sam bergegas menjatuhkan kecupan kecil pada kening Sofia. Lelaki itu meringsut turun dari dalam mobil meninggalkan Sofia.

"Sam, tunggu! Ada apa ini!" teriakan Sofia sama sekali tidak diindahkan oleh Sam. Laki yang mengenakan kemeja berwarna biru laut itu berlari ke seberang jalan, memberhentikan sebuah taksi yang membawanya pergi entah kemana.

"Sam!" teriak Sofia kesal. Ia meremas rambutnya. Lalu menghujani dasbor mobil dengan pukulan bertubi-tubi, untuk melampiaskan kekesalannya.

_____

Wanita itu berjalan mondar mandir di depan lobby kantor. Sekali melirik arloji yang melingkar pada pergelangan tangannya. Waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore. Tetapi seorang yang ia tunggu-tunggu tidak juga kunjung datang.

"Ibu, kok belum pulang?" tanya Satpam yang bertugas hendak menutup kantor.

"Pak Satpam!" Sofia melirik pada lelaki yang berdiri di belakang bangku sofa yang berada di lobby kantor.

"Iya, Pak masih menunggu supir saya!" balas Sofia menjatuhkan tubuhnya duduk pada bangku sofa.

Dari dinding kaca lobby kantor terlihat mobil sedan berwarna hitam telah berhenti di depan kantor. Sofia segera bangkit, "Itu supir saya sudah menjemput!" tutur Sofia sekilas melirik kepada petugas keamanan kantor. Kemudian berjalan menuju mobil sedan yang sudah menunggu.

"Lama sekali, Jodi!" gerutu Sofia membuka pintu mobil yang berada di belakang kemudi. Wajah Sofia nampak kesal karena Jodi tidak kunjung datang.

"Maaf, Bu, tadi saya harus mengantarkan Tuan Nico dan baby sitter Rahel pulang ke rumah dulu," balas Jodi melirik pada Sofia yang duduk di bangku belakang dari kaca spion yang berada di atas kemudi.

Sofia menghela nafas panjang. Wajah kalutnya nampak berpikir keras. "Mas Nico, sepertinya aku memang tidak bisa membiarkan kamu hidup lebih lama lagi dan sepertinya aku memang harus melakukan rencana Sam tetapi dengan caraku sendiri," batin Sofia.

"Sam!" lirih wanita itu teringat dengan kekasihnya, lelaki yang tiba-tiba menghilang setelah menerima uang 50 juta darinya.

Sofia memasukan satu tangannya ke dalam tas kerja yang berada di atas pangkuannya. Mengambil benda pintar miliknya, lalu melakukan panggilan pada nomor Sam.

Tut ... Tut ... Tut ...

Hingga terdengar nada sambung yang ke sekian kalinya, nomor Sam justru sama sekali tidak dapat di hubungi.

"Sialan, kemana sih kamu, Sam, susah sekali dihubungi!" gerutu Sofia kesal, karena tidak bisa menghubungi Sam.

Sofia mencoba lagi untuk yang kesekian kalinya menghubungi nomor Sam. Namun justru nomor itu sama sekali tidak dapat di hubungi. Sepertinya Sam sudah mematikan ponselnya.

"Ish, sialan kamu, Sam! Kenapa nomor kamu malah tidak aktif disaat keadaan seperti ini!" gerutu Sofia dengan wajah merah menyala.

Jodi melirik pada wajah Sofia dari kaca spion yang berada di atas kemudi. Wajah wanita dengan warna bibir merah cabe itu nampak semakin memerah karena kesal.

"Jodi!" panggil Sofia membuat Jodi tergeragap. Hampir saja Jodi tertangkap basah sedang memperhatikan Sofia.

"Iya, Nyonya!" balas Jodi cepat.

"Sepertinya akhir pekan ini kita harus melakukan rencana yang aku katakan kepadamu tempo hari itu, Jodi!" tutur Sofia memperhatikan wajah Jodi yang sedang mengemudi dari kaca spion yang terletak di atas kemudi.

Netra Jodi membulat penuh. "Apa? Apakah Nyonya yakin akan melakukan itu pada tua Nico?" Jodi menaikan kedua alisnya, sekilas melirik serius pada Sofia yang nampak meradang.

"Ya Jodi, aku serius dengan ucapanku. Aku percayakan semuanya kepada kamu!" cetus Sofia mantab, tatapannya penuh keyakinan melihat pada Jody.

"Nyonya, hal itu sangat berbahaya sekali, Nyonya!" Jodi nampak ragu.

"Jodi, aku yakin dengan kepandaian kamu berkemudi, kamu bisa melakukan hal itu. Kamu tenang saja, aku akan menjadi orang yang pertama kali ada di belakang kamu jika petugas kepolisian menyudutkan kamu !" desak Sofia.

Jodi melirik pada Sofia yang juga sedang mengawasinya.

"Yang terpenting adalah selamatkan diri kamu sendiri, jangan sampai kamu ikut mati!" imbuh Sofia, menatap lekat netra Jodi yang penuh tanya dari kaca spion yang berada di atas kemudi.

"Baiklah Nyonya, tapi sesuai dengan bayaran yang sudah kita sepakati tentunya!" Jodi menarik kedua sudut bibirnya sinis.

______

Bersambung ...