webnovel

Bab 1 Flash Back

Aku duduk di depan jendela, memandangi awan yang berubah menjadi kelabu di siang bolong itu. Aku mulai terhanyut saat memandang mendung, seperti menonton kilasan kejadian yang membekas. Lamunan itu berakhir seketika, aku mulai bertanya bagaimana aku akan memulai memperbaiki ini semua. Usiaku sudah tidak remaja lagi, aku sudah bekerja selama 6 tahun, bisa-bisanya aku berpikir bagaimana cara untuk memulai. Aku yang sudah termakan Doktrin untuk mengangkat derajat keluargaku, saat meninggalkan kampung halaman. Jarak yang sangat jauh, sinyal selular yang belum bisa benar-benar dijadikan penghubung, kami sudah terpisah ruang dan waktu. 10 tahun akan menjadi singkat dalam ucapan.

Aku masih mengingat dengan jelas hari-hari terakhir sebelum aku pindah ke kota ayahku untuk melanjutkan Kuliah. Jurusan kuliah yang sampai saat aku luluspun belum benar-benar mengerti dan memutuskan jurusan apa yang akan aku ambil, bukan karena aku tidak memiliki cita-cita untuk hidupku. Aku sudah memiliki impian yang sudah terpampang nyata dalam benakku, akan tetapi biya dan siapa yang akan menanggungku selama berkuliah membuatku tidak yakin bila impian itu akan menjadi tujuan akhir setelah berkuliah. Ketika peminatan tetap ku tuliskan ke-2 jurusan yang aku idamkan itu, Perhubungan Internasional dan Ilmu Farmasi, nilai ujian akhir yang baik itu membuatku masih berharap untuk berkuliah di Kampus Negeri pula. Persiapan mendaftar jalur prestasi sudah kupersiapkan semua berkasnya, tak lupa juga ku penuhi koper ukuran 25 cm dengan semua bajuku, ibu juga sudah membelikan beberapa baju baru yang membuatku semakin bersemangat saat berkemas-kemas.

H-2 sebelum waktu untuk berangkat ke Kota Ayahku yang berada di luar Pulau, angkatan kami mengadakan Trip ke sebuah pantai pasir putih, tentu aku belum pernah kesana. Mungkin ini akan perjalan ke puluhan kali untuk temanku yang lain, tidak heran aku menjadi orang yang paling antusias, ayahku adalah orang yang paling tidak membolehkan kami berlibur ke pantai, terkecuali ada keperluan Study, berbeda dengan kali ini ayah mengijinkan, mungkin karna ini akan menjadi Trip terakhirku sebelum pergi berkuliah. Pada tahun itu belum ada larangan pick up atau Truck mengangkut penumpang di bak belakang, sehingga kami dengan leluasa mengambil posisi yang kami sukai dalam bak belakang.

Aku paling menyukai berdiri di tengah bak, ditambah lagi sensasi angin yang menyambar wajahku dan separuh tubuhku, membuat hawa panas dan terik terpental terbawa angin. Demi menambah keseruan bermodalkan handphone Jadul yang saat itu membuat orang yang memilikinya terlihat cool dan terkenal, walaupun demikian suara musiknya tetap terdengar di tengah gempuran suara pick up dan suara angin, sungguh keseruan bertambah saat kami bernyanyi bersama. Benar-benar kami masih merasakan euphoria kelulusan 100 % angkatan kami, hari itu kami solah mengukuhkan diri bahwa kami adalah orang yang paling senang sedunia.

"andaikan Ija ada disini, dan sayangnya lagi jalur ini tidak melewati rumahnya, melihatnya saja sudah membuatku senang, lusa aku benar-benar tidak akan bertemu dengannya, kemungkinan itu untuk selama-lamanya" ujarku dalam hati, membuat berhenti bernyanyi sejenak, menyadarkanku bahwa aku haus, akan tetapi kuperhatikan sedari tadi itdak ada kawanku yang minum, membuatku mengurungkan niat untuk menghilangkan dahaga.

Sampailah kami, namun untuk menuju pantai kami harus berjalan kaki sekitar 1km melalui hutan, rasa lelah itu terbayar setelah melihat hijau-birunya laut, ini akan menjadi kenangan yang indah, momentum dan dengan siapa aku kesana membuat pemandangan indahnya berlipat ganda. Ternyata untuk menuju pasir putih kami harus menuruni tebing yang sudah di fasilitasi tangga dan jalan dari beton yang kokoh, tak henti-henti ku pandangi laut disampingku, ada banyak ikan kecil, saking jernihnya air laut gerombolan ikan terlihat dengan sangat jelas. Sesampainya kami di pasir putih, ternyata sudah banyak orang lain yang juga kemari untuk berlibur bersama keluarga dan tetangga masing-masing, di desa berlibur bukan hanya dengan keluarga akan tetapi juga dengan siapa saja tetangga atau anak tetangga yang ingin ikut, asal sudah ijin lebih awal dan bila masih ada kuota duduk di bak Truck atau pick up.

Hal klasik seperti saling mendorong ke pinggir pantai, melemparkan air kesatu sama lain tetaplah menjadi bagian yang paling menyenangkan, aku adalah salah satu anak pulau yang tidak dapat berenang, bersama dengan anak yang malas berenang kami menyewa ban yang rencananya akan kami pakai bersantai di tepi lautan yang sedikit lebih dalam. Waktu itu ada 4 ban dengan 6 penumpang, ada yang berdua dan kebetulan sendiri dalam 1 ban, yang pandai, karna aku hanya sendiri, kebiasaanku mengantuk dimana saja melandaku, akibatnya tanpa sadar aku terseret ombak menjauhi teman-temanku kearah laut. Beruntung waktu itu, ada yang melihatku dan orang yang tak ku kenal itu melemparkan tali ksalah satu kawanku untuk meoperkannya padaku. "Selamat,,,, kalau tidak apa yang akan setelahnya" ujarku yang tidak berpikir macam-macam di alam terbuka, hanya kami berenam yang mengetahui kejadian ini, agar tidak dimarahi guru, kami sepakat tidak menceritakan pada siapapun dan kami akhirnya kembali ke tepi pantai dan memutuskan untuk makan bersama. Seusai makan mendungpun datang pak guru kami menyuruh kami segera berkumpul menuju pick up dan akan pulang sebelum nantinya hujan turun.

Sudah tidak ku ingat lagi, perjalan pulang kami sesampainya di rumah, aku masih terbayang-bayang keseruan sewaktu di pantai, namun karna lelahnya aku tertidur dari magrib sampai keesokkan subuhnya. Pagi-pagi sekali aku pergi ke sekolah untuk mengambil surat keterangan lulus (SKL), yang saat aku datang form nya belum dibuat sama sekali, maklum saja hari itu masih 2 hari setelah pengumunan kelulusan, dan harus segera di buat khusus untukku, para sahabatku Selma, Lida, Efi, Wilda dan Ani sengaja datang ke sekolah, khusus untuk bertemu denganku, karna aku bersama Ayah dank e-2 adikku akan ke Provinsi menggunakan kapal laut pada siang hari, agar ke esokan harinya tidak terlambat menaiki pesawat yang sudah Ayahku pesan. Kebiasaan mereka yang mengaret, membuat kami hanya bertemu denganku kurang dari 1 jam, mereka semua menangis saat ayahku datang menjemput, aku sama sekali tidak menangis.

Saat perjalanan pulang menuju rumah, aku mencoba memfokuskan pandanganku pada 1 rumah, namun sayangnya yang aku cari tidak dapat ku lihat. Barang-barangku sudah siap, aku hanya perlu ganti baju saja "siap sudah", kami menggunakan ojek untuk menuju pelabuhan, namun untuk terakhir kalinya aku ingin berpamitan dengan ibuku, waktu itu adalah pertama kali aku melihat ibuku menangis karenaku, namun anehnya aku tidak menangis sedikitpun, yang aku pikirkan setidaknya aku pergi bukan sebagai anak durhaka pada ibunya. Diperjalanan aku melihat sahaba-sahabatku dalam angkutan umum, memanggil-manggilku sambil melambaikan tangan, seketika itu tangisku pecah sudah tidak sanggup lagi aku menahan kesedihanku, kesedihan itu bertambah ketika seseorang yang aku cari-cari tadi tersenyum kearahku dan seolah dia menyadari bahwa aku akan pergi untuk waktu yang lama.Lamunanku ini kembali dibuyarkan dengan telpon dari salah seorang seniorku yang sudah aku anggap seperti kakak perempuanku, dalam telpon itu kak Nila mengabarkan aku bahwa ujian CPNS akan di buka bulan depan dan menganjurkan aku untuk ikut.