webnovel

Puisi Penderitaan Kekasihku

Cerita ini mempunyai latar percintaan seorang siswi SMA dan seorang siswa yang berbeda jurusan kelas. Mengambil latar belakang tahun 90'an. Percintaan ini berbeda dengan cerita percintaan modern. Dimana kisahnya lebih banyak unsur dramanya. Dimana tokoh utama wanita yang bernama Eva mempunya trauma dengan yang namannya cinta. Sedangkan tokoh wanita laki-laki yang mencintainya yang bernama David adalah seseorang yang mempunya kepala yang keras, hati yang lapang, dan pantang mundur jika ada hal yang diinginkan oleh hatinya. Cerita ini penuh konflik dan drama disetiap bab-nya. Dimana cerita dikemas dalam balutan tulisan-tulisan lembut yang mudah dibaca oleh semua orang. Hingga

ArifJmsh · Teen
Not enough ratings
5 Chs

Kata Terindahnya

PARA PELAJAR SMA Asa Bunga. Terus menerus tak henti-hentinya membersihkan dan merapihkan sekolahnya. Dalam rangka persiapan menggelar acara Pensi. Pentas Seni. Kerja bakti di sekolah yang diadakan untuk membersihkan dan merapikan ruangan-ruangan sekolah selain ruangan kelas para murid, untuk kesekian kalinya diadakan secara bergiliran. Kini yang mendapat giliran adalah kelas Eva. Tiga IPA tiga.

Eva, Elisha dan semua teman-teman sekelasnya mendapat giliran membersihkan ruang Aula di lantai dua bangunan sekolahnya.

"Va, kayaknya kita mesti ambil air dulu, deh! Lantainya harus dipel, nih!" cetus Elisha.

"Ya udah, ayo!" ajak Eva setuju.

"Mmmm, kamu aja ya yang ambil!" ujar Elisha memanja.

"Huuh! Mentang-mentang muka Indo! Gak mau kerja berat!" kata Eva berkelakar.

Elisha tersenyum manja.

"Ya udah deh! Aku ambil airnya dulu."

"Ambilnya di toilet Guru aja! Yang di pojok itu!" saran Elisha.

"Ya iya lah, Lis! Aku juga tahu! ujar Eva ketus, Tapi disana ada embernya gak?" sambung Eva sembari tersenyum malu.

"Katanya tahu?" jawab Elisha seraya tersenyum. "Di sana ada satu!"

Eva berjalan pergi ke toilet Guru yang berada disebelah kanan pojok lantai atas sekolahnya. Langkah dan senyumannya mengiringi sang waktu yang berputar. Menapaki sinar matahari yang selalu tak lelah tuk membakar semangat jiwa mudanya.

Tak lama saat ia kembali dari dalam WC Guru. Eva melihat ada sebuah balon gas berwarna biru. Berbentuk hati. Melayang-layang. Saat ia menelusuri tali dari balon itu lewat pandangan penasaran matanya. Ternyata balon itu datangnya berasal dari arah bawah. Ia tidak tahu siapa pemilik balon gas berwarna biru berbentuk hati itu. Yang ia tahu hanya ada serangkai tulisan di antara kedua sisi balon itu. Ia putus tali balon itu. Membaca tulisannya.

- JUST FOR YOU  

EVA  -

Di sisi lain balon;

- Kalau kamu bingung  

Pecahkan balonnya.  -

Eva mengambil penjepit rambut yang ada di kepalanya. Tanpa menunggu lama lagi, Ia pecahkan balonnya. Memecahkan dengan segenap rasa kepenasarannya yang tengah berdiri di dalam sebuah tanda tanya besar dalam ruang pikir kepala yang dimilikinya.

Duaaarrrrrr! Seketika balon itu pecah. Ketika ruang dengar Eva terisi sebentuk suara yang dihasilkan dari suara balon yang pecah itu, ternyata ada sesuatu yang terjatuh dari dalam balon. Ternyata sesuatu yang jatuh itu adalah sehelai surat beramplopkan warna biru terlipat menggulung, berbau wangi melati. Ia membuka amplopnya yang berwarna biru itu. Ia membacanya.

- Aku benar-benar suka kamu.

David Pandy. -

Ketika ia melihat ukiran tulisan tangan David itu, seketika itu juga paras ayunya nampak berubah menjadi tampak masam. Dan ketika Ia mencoba melihat ke arah dari mana balon itu berasal. Ia dapati David ada tepat di bawahnya sembari tersenyum kepadanya. Tangan David tengah menggenggam sisa tali dari balon yang telah Eva putuskan.

***

Eva tak lagi mencoba tuk berpikir jauh. Dengan kesalnya. Dengan ketusnya. Dengan singkatnya, ia merobek-robek surat itu hingga kebagian yang paling terkecil, lalu melemparkannya ke arah David. Dan kertas pun terlihat berhamburan, seperti salju yang tengah turun pada musimnya. Pasti lah dingin. Pasti lah terasa terasingkan ditengah keramaian. Pasti lah pasti menyakitkan.

David hanya bisa terdiam saat melihat sehelai kertas suratnya berubah menjadi sobekan-sobekan kecil. Menerpa wajahnya yang penuh dengan sejuta senyuman untuk Eva.

Eva yang melihat David hanya tersenyum dan terdiam, tampak membuatnya semakin geram dan berkata dalam hatinya; Dasar orang aneh! Lihat suratnya disobek-sobek, kok gak marah! Gak tegas! Mana ada cewek yang suka sama cowok kayak gitu!

Entah apa yang tengah dipikirkan David dalam kepalanya di saat Eva memandang lama dirinya. Namun yang terlihat kali itu, David tampak menambah lebarkan senyumannya kepada Eva. Benar-benar seperti manusia yang tidak punya hati hingga jauh dari perihnya sakit hati dengan diperlakukan seperti itu oleh orang yang sangat dicintai dan disayanginya itu.

Ich, benar-benar orang yang aneh! Lihat aja, apa kali ini dia masih bisa senyum-senyum kayak gitu? Kata Eva dalam hati. Kedua tangannya tiba-tiba bergerak mengambil ember yang berisi air bersih yang telah dibawanya dari toilet Guru sebelumnya itu. Tanpa kata basa-basi, Eva pun menyiram David dari jauh. Dari lantai dua.

Byuuuuuuurrr! Seketika, tubuh David yang kering berubah menjadi basah kuyup. Gemuruh teriakan teman-temannya serempak tertawai dirinya.

David terdiam. Sedikit pun tak terlihat wajahnya tunjukan sebuah amarah ataupun menyimpan sebuah dendam. Namun ia terlihat menatap langit yang biru, sambil menghelakan napas panjangnya. Seketika itu juga ia kembali terlihat tersenyum. Seakan lupa akan tubuhnya yang tengah basah kuyup. Lupa akan apa yang telah dilakukan Eva kepadanya. Lupa akan keadaan sekitarnya. Lupa bahwa dia manusia, bukan malaikat. Lupa bahwa dia punya hati yang harus dijaga agar tidak tersakti oleh siapa pun tanpa terkecuali. Bahkan oleh orang yang disayanginya saat itu, nanti, ataupun selamanya.

Aku berhasil! Aku rasa kali ini dia pasti jera! Biar tahu rasa! Memangnya enak, sakit hati karna dirinya sendiri! Bisik Eva dalam hati. Dia pikir yang dilakuinnya itu romantis? Hmh, itu sih biasa aja! Buatku itu gak ada istimewa-istimewanya sedikitpun! Dasar norak! Kampungan! Lebay! Cowok aneh! Cowok gila!

Eva saat itu tak terlihat ayunya. Tapi ia seperti sedang menjadi secuil api yang sedang menjilati air didalam gelas. Ia lupa, sekeras apapun api menjilati air. Tidak akan air itu menjadi terbakar, apalagi hangus. Yang terjadi api itu akan kelelahan dan padam dengan sendirinya ke dalam ruang penyesalan.

***

Eva kembali mengambil air untuk kedua kalinya dari toilet Guru. Membawanya ke ruang aula sekolahnya. Kedua kakinya yang tengah melangkah anggun dan bibir merahnya yang tuk kali itu tampak tak pernah terputus tuk tersenyum, membawa pandangannya mendekati pintu Aula. Dekat. Dekat. Dekat.

"Lama banget! Ada apa sih tadi di bawah? Berisik banget! Ada yang lagi dihukum ya?" Tanya Elisha.

Eva tersenyum sembari menggelengkan kepala.

"Habis, apa dong? Aku kan gak tahu! Cerita dong! Please!" ujar Elisha memelas.

Eva menjabarkan seluruh kejadian yang telah dilaluinya dengan menuangkannya kedalam cerita pendeknya lewat suaranya yang sesekali disela dengan sebuah senyuman dan tawa ringannya sembari mengingat-ngingat kembali kejadian yang telah dilewatinya.

Elisha menghela napas. Dan sesekali menggelengkan kepalanya. Setelah ia mendengar keseluruhan cerita dari Eva.

Elisha seakan tidak percaya dengan apa yang sudah dilakukan oleh sahabatnya tersebut. Sahabatnya yang selama itu telah banyak mengajarkan apa itu kebaikan. Saling menghargai. Saling menyayangi kepada yang disayangi. Karna itulah mereka bersahabat sangat lama. Karna kebaikan Eva lah yang membuat Elisha yang bermuka blasteran itu tidak angkuh karna kecantikan parasnya. Karna itu pula lah Elisha semakin bingun memikirkan kenapa sahabatnya itu bisa setega itu.

***