webnovel

Puisi Penderitaan Kekasihku

Cerita ini mempunyai latar percintaan seorang siswi SMA dan seorang siswa yang berbeda jurusan kelas. Mengambil latar belakang tahun 90'an. Percintaan ini berbeda dengan cerita percintaan modern. Dimana kisahnya lebih banyak unsur dramanya. Dimana tokoh utama wanita yang bernama Eva mempunya trauma dengan yang namannya cinta. Sedangkan tokoh wanita laki-laki yang mencintainya yang bernama David adalah seseorang yang mempunya kepala yang keras, hati yang lapang, dan pantang mundur jika ada hal yang diinginkan oleh hatinya. Cerita ini penuh konflik dan drama disetiap bab-nya. Dimana cerita dikemas dalam balutan tulisan-tulisan lembut yang mudah dibaca oleh semua orang. Hingga

ArifJmsh · Teen
Not enough ratings
5 Chs

Intuisi Bakitkan Keegoisan

MALAMNYA. Eva terbaring di tempat tidurnya yang lembut, empuk. Beralaskan kain seprai putih tak bernoda. Bercorakan ukiran-ukiran batik Jawa. Baju yang super ketat dan celana ketat yang super pendek, tidak membuat Eva merasa kedinginan karna Air Conditioner di kamarnya.

Mata Eva tak henti memperhatikan putaran jarum-jarum jam dindingnya. Menunggu jam dindingnya menunjukan tepat jam tujuh. Ia menunggu dengan sabar. Sabar. Sabar. Sabar. Dan akhirnya jam dindingnya menunjukan jam tujuh malam. Dengan cepat ia langsung menghidupkan mini componya. Memantapkan saluran radio yang tengah ia cari.

Nah, ini dia salurannya! Eva mengambil posisi duduk yang nyaman. Tangannya memegang camilan. Mulutnya tidak henti mengunyah camilannya. Telinganya dipasang, agar ia tahu acara apa yang ada di saluran radio itu.

Ketika suara radio itu terdengar samar-samar kecil. Eva menambah volumenya. Jelas terdengar sebuah lagu mellow tengah mengalun merdu. Lagu Cinta Sejati.

- Aku jatuh cinta padamu

Sejak pertama kita bertemu  

Diam menghuni relung hati  

Kau tak pernah perduli.  

Tuhan mengapa kau anugerahkan  

Cinta yang tak mungkin tuk bersatu  

Kau yang t lah lama kucintai  

Ada yang memiliki.  

Cinta sejati  

Tak akan pernah mati  

Slalu menghiasi  

Ketulusan cinta ini. -

Cinta sejati! Apa itu cinta sejati? Apa arti dari cinta sejati? Apakah masih ada cinta sejati itu di dunia ini? Bisik hati Eva.

Cinta sejati! Jika memang di dunia ini cinta itu ada..., kenapa? Kenapa dulu saat aku mencintai seseorang dan telah menganggapnya adalah cinta sejatiku, cinta itu malah mati! Dia tak pernah mau mengerti! Hingga semua yang dilakukannya saat itu, terasa hanya ada untuk berusaha menjauh dari cintaku! Membuat cinta yang kuanggap cinta sejatiku itu perlahan memudar dan mati!

Cinta sejati! Cinta yang hanya ada di cerita Adam dan Hawa! Rama dan Shinta! Romeo dan Juliet! Jaman sekarang gak ada cerita yang seperti itu! Yang ada sekarang hanya ada cinta yang perlu digojlog sedemikian rupa, agar cinta itu tak membuat kecewa!

Bagiku, cinta sejati itu cinta se-jati! Sekuat-kuatnya pohon jati hidup, pasti ia akan mati juga! Hingga saat ini belum ada seorang pun yang bisa meyakinkanku bahwa cinta sejati itu memang ada dengan arti sejatinya!

Yang aku inginkan saat ini, hanyalah sebuah kepastian! Kepastian tentang apa yang sedang kutunggu di sini! Bisik hati Eva. Mengiringi lagu yang masih mangalun penuh perasaan. Yang tak henti mengundang segenap kilasan bayang-bayang satu sisi hitam kenangannya yang datang dari masa lalunya. Yang tengah mengantri di ruang ingatannya.

***

LAGU bernada sendu itu telah usai. Namun Eva belum juga berhenti mengunyah camilannya. Lamunannya akan masa lalu semakin membuatnya terdiam dalam kebisuan sang malam yang semakin dingin terasakan.

Ketika suara Penyiar radio itu mulai terdengar dari mini componya. Eva mulai tersadar dari lamunannya yang tiba saja hancur terbelah oleh sebentuk suara dari Penyiar radio itu. Eva kembali menambah volume suara radionya.

Hai, hai, hai sahabat hati! Ketemu lagi sama Gua, Rudi Prihatin. Rudi yang akan selalu berusaha prihatin sama Lu semua yang lagi patah hati, kecewa, berduka, dan juga yang lagi disapa sedih. Suara Rudi penyiar radio terkemuka itu terdengar penuh semangat. Oke, Gua akan kasih tahu sama Lu semua yang baru aja gabung sama gua. Gua akan nemenin Lu semua, sampai dua jam ke depan! Dalam sesi; Buka hati! Oke, sekarang Gua akan buka line telphonnya untuk Lu-Lu semua yang mau buka hati. Tapi ingat! Passwordnya ya, oke!

Eva nampak serius. Mendengarkannya dengan seksama.

Oke. Gua Rudi, akan membuka Penelpon pertama. Ya hallo! Buka hati! Password? kata Rudi.

Tak lama kemudian, suara Penelpon yang pertama, terdengar. Ungkapkan isi hatimu atau tidak sama sekali! ujar si Penelhon.

"Ya, siapa nih?" tanya Rudi.

"Gua David!"

Eva mencoba mendekati mini componya, saat ia mendengar si Penelpon tersebut bernama David.

"Gila! Kalau gak salah Lu itu David Pandy, kan?" nada suara Rudi terdengar jelas penuh keterkejutan. "Gimana Brow, sama cewek yang Lu suka itu? Yang pasti Lu sukses dong?" Tanya Rudi.

"Iya Rud ini Gua!" jawab David, "Gua belum berhasil, Rud!" sambungnya.

Eva terdiam. Hampir tak mempercayai apa yang tengah didengarnya, bahwa si Penelpon yang sedang didengarnya itu adalah David yang selama ini ia kenal. Yang berusaha mendekatinya.

"Gila Lu, ya! Udah berapa lama Brow, Lu gagal melulu!" ujar Rudi. Keheranan. "Pertama, Lu gak berani ngomong sama dia! Eeee, sekarang Lu bisa ngungkapinnya tapi malah gagal melulu!"

"Iya nih, Rud. Gua juga gak tahu kenapa bisa begitu!" jawab David, "Setiap Gua nyoba untuk ngungkapin perasaan Gua sama dia, dia selalu jutek sama Gua! Tapi tenang aja Rud. Gua nggak akan nyerah sampai di sini!"

Eva diam.

"Wah, bagus tuh Brow. Berjuang terus pantang mundur!" kata Rudi memberi semangat, "oh iya Brow, dari pertama Lu telphon ke sini sampai sekarang ini, udah berapa lama ya?" Tanya Rudi.

"Kalau gak salah udah hampir sebulan, Rud!" Jawab David.

Eva tercenung. Masih setia di depan mini componya.

"Gokil! Bener-bener Gokil! Kalau Gua jadi kayak Lu, Gua gak akan sesabar itu kali, Brow," ujar Rudi terkejut, "dan kalau saat ini posisi Gua ada di kayak Lu itu, mungkin Gua udah bunuh diri lagi, kali, Brow. Gua akan gantung diri di pohon kelapa, tapi yang masih jadi tunas," sambung Rudi berkelakar. Tertawa.

"Ah bisa aja Lu, Rud."Kata David tertawa." Lagian Gua baru dua kali nembak sama dia! Kemarin, sama kemarinnya lagi!"

" Jadi sekarang Lu tetep kekeh nih, sama dia?" tanya Rudi.

" Ya iyalah, Rud!" tegas David.

" Bagus, bagus!" ujar Rudi kagum." Oke, sekarang Lu langsung aja deh ungkapin perasaan Lu!"

Eva mencoba bergerak tuk lebih dekat lagi dengan mini componya, saat David akan berbicara.

" Eva, meskipun aku tahu kamu akan selalu bersikap sama seperti biasanya, tapi aku akan selalu berusaha bilang sama kamu bahwa aku itu sayang sama kamu! Dan semua yang sekarang ini aku rasakan di dalam hati, itu semua karna datang dari satu rasa, yaitu cinta! Aku harap kamu bisa cepat terbangun dari kebutaan yang sedang menguasai mata hatimu itu tuk melihat cintaku yang mencintaimu ini. Dan aku yakin, sekarang ini kamu lagi dengar aku!"Senandung kata David yang sepenuhnya datang dari dasar dataran hatinya seakan membuat alam terbuai dalam keagungan cinta yang sanggup membius segala hal yang tak pernah terpikirkan tuk terkendali menjadi amat jinak dibuatnya, meskipun putaran prahara sekalipun.

Rudi terdiam. Tak terdengar suaranya.

Eva terdiam. Terpaku lamunan kosong. Terlintasi kilasan kata-kata David yang baru saja didengarnya yang berubah menjadi barisan-barisan kata yang berjalan pelan dalam hitam putih pandangan lamunannya.

"Woi Rud! Rudi! Lu tidur ya?" ujar David berkelakar.

Eva tersadar dari lamunannya. Kembali simak suara David yang tengah didengarnya.

"Eh iya, Brow! Sorry! Gua diam bukannya lagi tidur, tapi Gua diam karna Gua terenyuh mendengar kejujuran kata hati Lu yang tulus itu, Brow!" kata Rudi, "By the way, hurup terakhir nama belakang Lu ditulisnya sama hurup Y, kan?" tanya Rudi.

"Ya iyalah pasti, Rud! jawab David, Memangnya kenapa, Rud?" Tanya David.

"Gua mau tulis nama Lu di deretan orang-orang yang gak punya malu." ujar Rudi berkelakar.

"Aaaaah, bisa aja Lu, Rud." Ujar David. Tertawa. "Oh iya Rud, Gua request lagu cinta sejatinya Ari Lasso dong! Lagu ini Gua sending buat Eva yang lagi ngedengerin! Puterin ya, Rud! Jangan sampai nggak!"

"Oke deh! Demi Lu, Gua akan puterin lagu cinta sejatinya Ari Lasso, sekali lagi!" kata Rudi. "Tapi Brow, Gua ada satu pertanyaan lagi sama Lu, Brow. Apa Lu yakin gebetan Lu itu lagi ngdengerin Lu?" Tanya Rudi.

"Pasti, Rud! Soalnya Gua pernah nyuruh dia tuk ngdengerin acara Lu. Gua yakin sekarang ini dia lagi denger Gua, karna sekarang Gua lagi ada tepat di bawah jendela kamarnya. Di belakang rumahnya!"

Ketika David selesai berbicara. Mematikan ponselnya. Lagu Cinta Sejati kembali terngiang di telinga Eva. Eva yang terkejut mendengar David ada di bawah jendelanya, langsung berlari ke arah jendela kamarnya. Membukanya. Memastikan apakah perkataan David itu benar.

***

Eva terkejut. Ia melihat David benar-benar ada di belakang rumahnya tepat di bawah jendela kamarnya tengah menatap ke arahnya sembari tersenyum. Eva terpaku pandang dan hatinya berkata; Ya Tuhan! Ini benar-benar nyata! Dia ada di sini! Dia belum juga mau nyerah!

Baiklah, kalau itu mau kamu! Sekarang aku berjanji kepada diriku sendiri, aku akan terima kamu kalau kamu bisa terus nembak aku sampai enam kali dan bisa bertahan selama itu!

Aku tak ingin kecewaku dulu terulang lagi! Aku akan uji kamu! Mampukah cintamu itu membuatmu bertahan! Dan sekarang baru ketiga kalinya kamu nembak aku! Masih ada tiga lagi! Aku harus tetap uji kamu!

Ketika kata hati Eva terucap sampai habis di dalam hatinya sendiri. Tiba-tiba Eva spontan berteriak histeris. Meneriaki David yang sedang tersenyum kepadanya.

Maling! Maliiiiiiiing! Maling buruuuung! Teriak Eva berulang-ulang.

Saat itu juga David terlihat kalang-kabut. Panik. Ketakutan. Dan saat para tetangga dan termasuk kedua Orang tua Eva mencoba memburunya. David tampak sudah terlebih dahulu lari terpontang-panting. Terbirit-birit ketakutan. Dan para Pemburunya nampak terlihat seperti barisan para Mahasiswa yang tengah bersiap akan berdemo. Berbondong-bondong. Berkelompok. Berteriak-teriak.

Para Pemburu mengejarnya dengan sebuah pemukul kasti di setiap tangan-tangannya. Seperti pasukan perang yang tengah mengejar musuhnya. Seperti selayaknya puluhan sang Pemburu yang tengah berada di tengah hutan belantara. Yang tengah memburu seekor rusa yang ketakutan. Untung saja para pemburunya tak ada yang membawa hewan peliharaan seperti; seekor anjing rumahan, seekor anjing penjaga rumah, ataupun seekor singa sekalian, tuk dibawanya mengejar David, kalau benar iya ada....

Eva tersenyum melihat semua kejadian itu. Ia seakan-akan tak merasa bersalah sama sekali. Seakan dalam pikirannya tak ada selintas pun kata; Seandainya, jika, ataupun bila tuk menjadikannya di posisi David saat itu. Seakan mata hatinya telah tertutupi asap hitam dan tebal yang datang dari api keegoisan yang baru saja dinyalahkannya. Karna yang ada dipikirannya hanyalah sebuah janji yang harus ditepatinya.

***