webnovel

28

Ditengah kenikmatan klimaks itu, Dengan cepat Pram mencabut kedua jarinya, lantas memasukannya kedalam mulutku.

Aku benar-benar sedang melayang jauh, sedang berada dipuncak kenikmatan, sehingga krdua jarinya itu kujilati, kuhisap sampai bersih. Aku tak memperdulikan bahwa ada banyak cairan klimaksku masih menempel di jarinya. Aku benar-benar tidak memperdulikannya!

Tubuhku benar-benar lemas, seluruh tenagaku terkuras habis karena menahan kenikmatan hebat sambil berdiri. Pram dengan sigap menahan pinggangku, agar aku tak ambruk ke tanah.

Hampir satu menit berlalu, Pram membimbing tubuhku agar menungging di tanah. Kedua tangan dan lututku kugunakan sebagai tumpuan. Pram ingin menyetubuhiku dengan 'doggie style!'

Tanpa memberi tanda, Pram langsung menghujamkan pentungannya kedalam bagian bawahku. Lagi-lagi aku dikagetkannya dengan aksinya yang liar dan buas.

Pinggulnya mengentak dengan keras dalam setiap tusukan, dan mampu membuat tubuhku terhuyung-huyung. Pram lantas membimbing kedua kakiku untuk merapat, yang akan mengakibatkan liang bagian bawahku menyempit. Setelah itu, ia kembali menghujamkan pentungannya. Ukurannya yang besar dan panjang mampu membuatku kembali bergairah.

Gesekan dengan dinding liang bagian bawahku saat pentungan itu menghujamku terasa seperti sedang menggaruk liang kemaluanku. Dalam beberapa saat, aku kembali larut dalam birahi, sedang menapaki jalan menuju klimaksku yang kedua.

Aku benar-benar sedang kembali terangsang. Aku menoleh kebelakang, dan kulihat Pram begitu bersemangat, begitu buas menyetubuhiku. Kedua belah bongkahan belakangku diremasnya, dan setiap kali pinggulnya maju menghentak, ia menarik pinggulku ke arah pentungannya. Dan hasilnya tentu saja kemaluan Pram tenggelam sempurna, terjepit diantara liang bagian bawahku dan ujung pentungan Pram mampu menyentuh bagian terjauh didalam kemaluanku. Aku sangat menyukainya, dan sangat menimatinya.

Sekujur tubuhnya bermandikan peluh, membuatnya terlihat semakin seksi. Aku sangat bergairah melihatnya.

Hampir 15 menit menit ia menyetubuhiku dalam tempo cepat, mehujamkan pentungannya dengan sangat dalam dan penuh nafsu kedalam liang kenikmatanku, hingga akhirnya perlahan melambat.

Pram lantas berhenti menyetubuhiku, mengeluarkan pentungannya dari rongga bagian bawahku.

Lagi-lagi, dengan sedikit kasar ia menarik tanganku, memaksaku mengikuti langkahnya menuju ke ruang tengah.

Sekilas kulihat pintu masih terbuka lebat, dan keadaan sangat sepi diluar sana. Tampaknya kedua penghuni kost yang lain belum pulang. Pram sedikit mendorong tubuhku, hingga aku jatuh terlentang diatas sofa. Posisiku menghadap ke pintu, ke arah luar.

"Sayaaaggg.. pintunya belum ditutup lhoo.." kataku dengan mesra sambil mengusap pipinya dengan kedua tanganku.

"Biarinnn.."Jawab Pram singakat sambil menuntun kedua pahaku agar terbuka lebar.

Aku sedang menuai karmaku. Pram telah mengingatkanku tentang pintu yang masih terbuka saat aku hendak memulai percintaan kami, namun aku tak menggubrisnya. Cemas, khawatir jika saja ada orang yang datang, atau kedua penghuni kostku melintas, mereka akan langsung melihatku dengan jelas. Mereka akan melihat tubuh telanjangku, sedang bergumul dengan Pram.

Bukannya langsung menyetubuhiku, ia malah kembali memasukan 2 jarinya ke liang kenikmatanku. Permaina jemari itu berlangsung pelan dan penuh kelembutan, seirama dengan jilatan-jilatannya yang menghujani sekujur dadaku.

Lama-kelamaan, gerakan jemarinya semakin bertambah cepat, bahkan tubuhku sampai bergoyang dibuatnya. Perlakuan yang sama pun terjadi di kedua gunung kembarku, jilatan-jilatannya berubah menjadi hisapan-hisapan yang sangat keras, diselingi gigitan yang tak kalah keras di kedua putingku, secara bergantian dan membabi buta.

Aku merasakan sedikit kesakitan di bagian bawah dan kedua putingku, namun entah mengapa, aku sangat menyukainya, aku sangat menikmatinya. Aku bahkan meremas rambut Pram dengan sangat keras dan menekan kepalanya kearah gunung kembarku.

"Aayyoooo… terussssiinnn sayangggggg.. cepetiiinnnnn…!" racauku sambil terus menjambak rambutnya.

Pram memenuhi permintaanku, dan kenikmatan yang kurasakan semakin berlipat ganda.

Hanya beberapa detik berselang, untuk pertama kalinya aku sampai terkencing akibat permainan cepat dankasar Pram di bagian bawahku. Aku merasakan ledakan klimaks yang hebat untuk kedua kalinya! Tubuhku menggelinjang hebat seraya berusaha menutup rapat kedua pahaku, namun apa daya, Pram menahannya dan kedua jarinya terus menusuk kasar hingga urine yang keluar perlahan perlahan terhenti.

Keringat bercucuran, sekujur tubuhku bak sedang diguyur air. Basah seluruhnya, demikian juga dengan Pram.

Aku melupakan rasa cemas dan khawatir karena pintu yang terbuka lebar. Aku benar-benar terlarut dalam badai kenikmatan yang baru pertama kali kurasakan. Mataku terasa sayu, aku benar-benar lemah tak berdaya dengan kedua pahaku yang masih terbuka lebar, menghadap ke arah luar rumahku. Aku tak lagi memperdulikan jika ada orang lain melihatku.

Urine yang keluar dari kemaluanku membasahi lantai kermaik berwara putih. Beberapa bagian cairan kekuningan itu nampak menggenag. Sebagian lagi membasahi ujung sofa yang kududuki.

Pram nampak tersenyum bangga, lalu dengan lembut mengusap rambutku. Aku membalas dengan mengusap pipinya, sambil tersenyum.

Pram lantas merebahkan tubuhku dan tetap membuka lebar kedua pahaku. Satu kakiku kutekuk, dan kuangkat keudara, lalu diikuti oleh tubuhnya yang berbaring disisiku. Ia lantas memposisikan kemaluannya tepat di depan liang bagian bawahku. Akhirnya, Pram ingin menyetubuhiku!

Aku sangat senang, dan sangat menantikan kehadiran pentungannya dalam liang kenikmatanku.

Dan benar saja, Pram mulai mendorong pentungannya, memasuki liang bagian bawahku. Kali ini ia bermain dengan sangat lembut dan santai.

Ia seolah ingin menikmati permainan kami. Tubuhku yang tadinya lemas pun tak lagi kurasakan. Aku kembali bergairah setelah melihat pentungan Pram mulai memasuki liang kenikmatanku.

Sambil menggoyang pinggulnya, kami kembali berciuman, saling melumat bibir dengan lembut dan penuh perasaan.

Sesekali kami saling melemparkan senyum, lalu kembali berciuman Puas melumat bibir, ia menjilati sekujur leherku, sesekali digigitnya dengan lembut. Aku yakin, bekas gigitannya itu pasti meninggalkan memar diatas permukaan kulitku.

"Eeeehhhmmmmppp.. teruus sayang.. puasinnnnn ibu…"

"Ibu suka..?" tanyanya ditengah deru nafasnya.

"Ibuuuu… sukaaaa… "jawabku terbata-terbata karena tiba-tiba Pram menusukkan pentungannya dengan keras dan sangat dalam.

"Aaaaaakkkhhhhhh…. Ibb… ibbuuu suka anumu sayanggggg.." lagi-lagi Pram mengentakkan pinggulnya sehingga pentungannya masuk lebih jauh, hingga terasa mentok.

Pentungan Pram terus menghujam liang kenikmatanku dengan lancar, karena cairan kental dan bening mulai kembali mengalir keluar dari bagian bawahku. Mataku memandang sayu ke arah luar, tak memerdulikan pintu yang masih terbuka lebar.

Kemaluanku yang terisi penuh oleh pentungan Pram bisa saja menjadi tontonan orang lain yang mungkin tiba-tiba muncul didepan pintu.

Puas dengan posisi menyamping, Pram lantas kembali menuntun tubuhku untuk duduk. Bongkahan belakangku diposisikannya tepat ditepian sofa. Kedua pahaku terbuka lebar, dengan lutut tertekuk.

Kedua tanganku memegang bagian belakang lutut, untuk menahan posisi tersebut, sesuai keinginan Pram.

Setelah merasa nyaman dan siap, Pram kembali memasukan pentungannya. Masih seperti tadi, ia menikmatinya dengan memaju mundurkan pinggul dalam tempo sedang, namun menusuk sangat dalam, hingga seluruh bagian batang penianya tenggelam sempurna dalam liang kenikmatanku.