webnovel

High School Problems

Yoshi hanya menghela nafas kasar ketika melihat keributan di depan kelas anak IPS. Bisa dia lihat Hugo sedang menahan tangan Vicky untuk tidak mengejar perempuan yang baru saja menampar teman nya itu.

Ckck. Semoga saja masalah ini tidak sampai ke telinga para guru dan menimbulkan masalah baru.

Dengan langkah santai, Yoshi berusaha pergi ke arah parkiran mobil. Letak parkiran yang cukup mojok dan udah pasti sepi kalau - kalau jam istirahat gini adalah tempat ngedate rahasia antara dia dan cewek itu.

(Messager)

Yoshi Handoyo

Parkiran

Karina

?

Masa bodo.

Yoshi tetap melangkah kan kaki nya ke arah parkiran dan masuk ke dalam mobil yang biasa dia bawa selama kelas 3 ini.

Tak lama bunyi pintu sebelah kemudian pun terdengar, Karin masuk dengan wajah datar nya dan memandang Yoshi dengan tatapan tidak suka.

"Apa?!" Bentak nya walaupun Yoshi belum mengatakan apapun.

"Kalo lo cuma mau ceramahin gue, gue cabut!"

"Kar..." suara lembut mengalun indah ke telinga Karin ketika dia mau menarik knop pintu.

Terpaksa dia menghentikan niat nya dan berbalik menatap cowok yang sedang memandangi nya lembut.

"Cepet. Gue gak mau kita ke pergok." Karin melengos, memilih memandang ke arah lain di banding menatap balik laki - laki di samping nya.

Yoshi tidak berkata apapun, dia hanya memandai Karina lamat.

"Buru deh Yos. Gue gak mau ya ada yang liat kita berduaan gini! Udah deh, cabut gue. Ngomong nya pas balik aja."

"Capek ya?" Yoshi tidak menghirau kan kata - kata kasar yang keluar dari bibir Karin.

"Capek apaan? Gue fine aja, lo gak usah sok tau ya."

"Okay, pulang mau kemana? Kamu lagi pengen apa?"

Karina menyenderkan badan nya ke kursi mobil, terlihat sedang menimang sesuatu.

"Holy Crab?" Yoshi mengangguk, yang langsung membuat Karina tersenyum lebar.

"Pulang dulu ya tapi ganti baju."

"Ke apart lo aja." Yoshi kembali mengangguk dan akhir nya membiarkan Karin melenggang pergi tanpa mengucapkan terimakasih sama sekali.

Melihat karina, Yoshi semakin yakin untuk menekuni jurusan yang ingin dia ambil, yakin kedokteran.

Walaupun di masa depan nanti mereka tetap tidak bersama, setidaknya Yoshi ini menjadi tempat dimana dia bisa mendengar keluh kesah perempuan itu dan mengerti alasan dari setiap kelakuan perempuan yang dia sukai.

---

"Lo jadi ambil SNMPTN FK Yos?"

Sambil mengunyah baso, Yoshi menggerakan kepala nya ke atas dan kebawah menanggapi pertanyaan dari Yoga.

"Kira - kira kita bakalan satu kampus gak ya?"

"Udah pasti enggak sih. Kecuali kita semua swasta." Yoga terkekeh lalu melirik ke arah Ilham yang terlihat sibuk dengan dunia nya sendiri.

"Apa lagi orang - orang macem Ilham gini, aura nya aja udah suram."

Hugo tertawa kencang sampai - sampai menarik perhatian orang sekitar.

Oh, jangan salah. Sebenarnya mereka berdelapan semeja aja bisa menarik perhatian penghuni sekolah.

Terutama siswi - siswi junior.

"Lo kemaren kenapa bisa kena gampar si mak lampir sih Go?" Doren melirik kearah Hugo, dia gak liat adegan dimana Hugo kena tampol sih. Tapi berita nya langsung beredar sampai - sampai Hugo, Karin dan Vicky di panggil ke ruang BP sejak tadi pagi.

Yang ditanya mengangkat bahu nya cuek, "Gue sih berusaha buat nahan Vicky waktu di seret sama Karin. Gak ngerti juga gue kenapa bisa mereka berantem begitu, padahal niat gue cuma mencegah pertikaian."

"Sok ngide sih lo, jadi kena kan lo sama mak lampir. Awas di tandain~" Juna ikut - ikutan kompor.

Mereka berdelapan seperti sudah tau kalau - kalau berurusan dengan Karina Tedja bukan lah hal baik.

"Terus Vicky gimana? Gak kenapa - kenapa kan?"

"Ye anjing. Yang kena gampar gue kenapa Vicky yang lo tanyain sat?"

"Lo gak penting, gue khawatir cewek cantik di sekolah ini lecet. Kalo lo mah jamet, banyak bentukannya."

"Terus yang bikin si Vicky sama Karin ribut itu apaa?" Haris mencoba menyudahi adu mulut diantara teman - teman nya, walaupun dia kepo juga sih.

"Rebutan cowok?"

"Gak lah, Vicky mana ada deket sama laki Kecuali sama si curut ini." Oji berkomentar sambil menujuk Hugo dengan dagu nya.

Yang di tunjuk hanya garuk - garuk kepala.

"Yang gue sempet denger sih gara - gara masalah cheers. Lo semua tau, di awal dia masuk aja udah bikin ricuh, gak heran kalau sekarang pun dia seenak nya." Yoga mulai menumpahkan tea nya, yang membuat seisi meja mengangguk - ngangguk sambil berspekulasi sendiri.

"Lo gak denger apa - apa Go di ruang BP?"

Hugo menggeleng, "Gue cuma di ruang BP sebentar, terus lanjut tidur di UKS."

"Si bangsat. Pantes gak balik - balik dari mapel pagi."

Hugo nyengir kuda, kalau bisa bolos pelajaran kenapa mesti masuk? Begitu prinsip nya.

Bunyi bel tanda istirahat sudah habis berbunyi, mereka berdelapan langsung auto bubar jalan. Yoshi dan Hugo berjalan beriringan menuju kelas mereka, sesampai nya mereka di kelas mereka mendapati Vicky sedang nangis di meja nya dan juga di kerumuni oleh teman - teman sekelas.

"Kenapa nih??" Hugo buru - buru menghampiri Vicky di ikuti dengan Yoshi di belakang nya.

Yoshi dengan jelas bisa melihat keadaan Vicky yang compang - camping. Hugo sudah jongkok di dekat Vicky yang menangis, punggung cewek itu bergetar hebat.

"Ini kenapa?!" Suara bentakan Hugo menggema di kelas. Satu kelas langsung terdiam, tidak ada yang berani membuka suara satu orang pun.

Yoshi menghampiri Hugo dan memberikan jaket milik nya ke Vicky untuk menutupi coretan - coretan di baju nya yang basah.

"Mending kita beliin dia seragam sama peralatan sekolah baru. Gue minta tolong ke anak - anak juga. Nanti abis itu kita cari tau."

Sebenar nya, Yoshi gak perlu cari tau. Dia sudah tau pelaku dari pembullyan ini, siapa lagi kalau bukan tunangan nya?

---

"Kenapa? Lo peduli? Suka lo sama pelacur itu? Rebut gih dari anjingnya yang temen lo itu."

Yoshi mengusap wajah nya kasar, berusaha untuk mengontrol emosi. Menghadapi Karina gak bisa dengan cara marah - marah, dia harus lebih berkepala dingin.

"Kar, kamu udah di pindahin sekolah 2 kali sebelum nya karena masalah yang sama. Orang tua kamu nitipin kamu sekolah bareng aku supaya kamu lebih baik, Kar."

"Definisi baik menurut lo tuh apa sih? Lo tau ya gue gak akan bertindak kalo mereka nya gak mulai duluan!!"

"Tapi kamu kelewatan, Karin. Kalau BP tau, kamu bisa di dropout. Kamu mau?"

"Urusan sama lo apa?" Karina menatap Yoshi nyalang. Mereka ada di dalam mobil yang lokasi nya gak jauh dari sekolah.

"Denger ya, Yoshi Handoyo. Disini gue gak butuh lo, jelas keluarga lo lebih butuh gue. Jadi lo gak usah ikut campur soal gue! Lo urus aja keluarga lo biar gak miskin!"

"KARIN!"

"APA?! LO BENTAK GUE?!"

Yoshi mengalihkan pandangan nya ke arah lain, semakin hari kelakuan Karin makin membuat nya sakit kepala. Padahal ujian nasional sudah ada di depan mata, kalau perempuan ini terus - terusan bikin masalah itu hanya merugikan diri dia sendiri.

"GUE MAU TURUN!! BUKA PINTU NYA!!"

Kalau biasanya Yoshi akan mencoba menenangkan Karina, kali ini laki - laki itu membukakan kunci dan membiarkan Karina keluar dari mobil nya.

Di pandangi nya perempuan dengan rok span super ketat dan baju kekecilan itu. Yoshi meletakan kepala nya di stir mobil setelah melihat Karina memberhentikan taksi dan pergi dari tempat.

Seperti nya keinginan untuk kembali ke Jepang bersama kedua orang tua nya semakin tinggi.

---